Jack menyunggingkan senyumannya. "Itu untuk kau karena aku telah dimanfaatkan olehmu." Kata Jack G. Aku terkekeh kembali dan menggelengkan kepala.
"Hey Dallas! Jangan macam-macam pada adikku! Lihat saja kalau adikku pulang dengan keadaan perut besar!" Gerutu Jack.
Aku membesarkan bola mataku, lalu memberi tatapan membunuhku padanya. Apa maksud dari perkataannya. Cam hanya tertawa dan aku memutarkan kedua bola mataku.
"Tidak akan, dia masih kecil dan belum cukup umur." Kata Cam. Lalu aku mencubit pipinya dan dia meringgis kesakitan.
Jack J dan Jack G tertawa melihat kelakuanku. Rasakan itu Cam! Kau belun tahu siapa aku. Dia membalas perbuatanku, dia menggelitiki perutku, aku tidak bisa menahannya. Hingga aku tertawa terbahak-bahak.
"Rupanya kau berani malawanku, huh?" Kata Cam.
Aku menahan tangannya untuk kembali menggelitiku. "Sudah cukup, ampun. Aku lelah."
"Hey, jangan coba-coba kau mengganggu adikku, Dallas. Kau akan tahu akibatnya." Kata Jack J mengancam. Kau kalah Cam, kakakku berpihak padaku.
Akhirnya Cam memberhentikan aktifitas menggangguku, lalu dia memamerkan sederet gigi-gigi putihnya padaku dan pada Jack J dan Jack G. Aku menjulurkan lidah padanya.
Lalu dia mengelus lembut puncak kepalaku. Kami menyudahi video callnya. Ku lihat jam dinding yang berada dikamar Cam sudah menunjukkan jam 8.30am dan aku belum pergi tidur.
Aku tidak bisa tidur, "Cam, apakah kau sudah mulai mengantuk?" Tanyaku padanya. Kemudian dia menggeleng pelan. "Belum, bagaimana denganmu?" Tanyanya balik kepadaku.
Aku menggelengkan kepalaku juga. "Sama sepertimu. Aku bosan, bagaimana kalau kita bermain Truth or Dare?" Usulku padanya.
Dia menyunggingkan senyumannya dan mengangguk. "Jadi dimulai dari kau, Cam. Pilih Truth or Dare?"
"Aku pilih dare." Katanya dengan percaya diri.
Aku menyilangkan kedua tanganku didepan dada, berfikir. Kira-kira tantangan apa yang cocok dengannya ya.
"Kau yakin?" Kataku memastikan.
Dia mengangguk. "Aku yakin, kau jangan meremehkanku." Katanya.
Aku mengangguk. "Kalau begitu tantangan kau adalah......" aku berfikir sejenak. "kau harus memakan 10 cabai."
"Itu mudah." Katanya, lalu aku menyunggingkan senyumanku padanya.
"Sekarang lebih baik kau lakukan, kalau begitu." Tukasku. Lalu dia berjalan keluar, menuju dapurnya dan aku mengikutinya.
Dia sedang membuka kulkasnya dan mencari-cari dimana letak cabai, setelah mendapatkan apa yang ia cari, ia mengambil 10 buah cabai. Aku mengangguk dan dia langsung memakannya. Cabai pertama ia langsung menelannya, tanpa dikunya terlebih dahulu.
Ketika ia ingin memasukan cabai yang kedua, aku menahannya. Dia mengerutkan keningnya bingung. Lalu aku mengangkat sebelah alisku. "Kau curang." Kataku.
"Aku? Aku tidak melakukan apa-apa." Katanya. Aku menggeleng dengan cepat. "Tidak, kau curang, Cam. Harusnya kau mengunyahnya terlebih dahulu, bukan langsung kau telan. Kalau begitu caranya aku juga bisa." Ucapku padanya
Aku memberinya tatapan sinisku padanya. "Kunyah atau kau pecundang." Kataku.
Mau tak mau dia harus menuruti perkataanku, itu konsekuensinya. Itu tantangannya, jadi dia harus mau. Kulihat dia sedang memakan cabai terakhirnya dan dia hampir menghabiskan sebotol air mineral dinginnya. Aku terkekeh melihatnya, rasakan itu Dallas!