Part 14

622 73 15
                                    

Setelah beberapa kemudian aku terbangun dan menyadari bahwa rasa kantukku sudah tak tertahan, bahkan aku meninggalkan seorang Shawn sendirian dibalik setirnya dengan seorang diri yang sedang fokus dengan jalan.

Tak lama setelah Shawn mengajak pulang, justru aku tidak ingin pulang kerumah lebih cepat. Aku justru ingin lebih lama bersamanya. Jadi aku mengajaknya jalan-jalan sebentar.

Aku mengumpulkan nyawa beberapa saat dan mencerna semuanya karena kepalaku sedikit sakit, mungkin karena aku kurang tidur .

"Kita mau kemana?"

"Entahlah, asal jangan kembali kerumah. Aku tidak mau pulang lebih awal, bisakah kita kemanapun asal tidak pulang?" Ucapku memohon.

Shawn terkekeh dan mengacak rambutku dengan sebelah tangannya, dan tangan lainnya memegang stir mobil. "Kau lucu sekali, seperti anak kecil saja yang merengek ingin dibelikan cutton candy. Haha"

Aku memajukan bibirku menjadi cemberut, dan melipat kedua tanganku, "ayolah Shawn, ini bukan saatnya untuk bercanda. Aku bosan sekali dirumah."

"Baiklah baiklah, bagaimana kerumahku saja? Kita menonton film, terserahmu mau menonton apa," katanya dengan nada lembut dan tersenyum. Oh kenapa aku jadi aneh begini saat dia tersenyum.

Tidak, tidak. Ini halusinasiku saja.

"By? Kau kenapa? Sakit?" Ia memegang dahiku antusias, "tidak panas," ucapnya dengan muka polosnya.

Deg, deg, deg

Aku tercengang saat kulit punggung tangannya menempel didahiku, lalu aku pun langsung buru-buru menjauhkan dahiku dari tangannya, "a-aku tidak apa-apa, jangan cemaskan aku."

"Jangan banyak melamun, kau membuatku takut. Bagaimana jika annabel merasuki dirimu? Ohh, aku tidak tahu jika dia benar-benar merasuki dirimu. Mungkin aku akan menjerit ketakutan atau bungkam karena saking ketakutannya"

Aku yang tadinya melamun, langsung tertawa terbahak bahak karenanya.

Apakah dirinya sepolos itu?

"Hahahahahahaha"

Shawn mengernyit, "kau kenapa?"

"Kau itu lucu ya, kau ini laki-laki, seharusnya kau menjagaku kenapa kau malah takut seperti itu? Dimana sisi gentle mu? Haha"

"Hey! Aku ini bukan penakut, kalau dibayangkan mungkin tidak bisa berkata apa-apa, By."

Aku memutar kedua bola mataku padanya, "tidak usah memotong pembicaraan, jujur saja jika kau takut, Shawn. Haha"

Dia menghembuskan nafas berat, setelah perbincangan kami tadi tidam ada satupun dari kami yang berbicara, sunyi. Hanya deruan nafas kami dan suara mesin yang terdengar.

Pun aku langsung menyalakan tape agar suasana tidak terlalu canggung, menggonta-ganti saluran yang cocok didengar dengan suasana saat ini.

I won't let these little things
Slip out of my mouth
But if I do
It's you
Oh it's you
They add up to
I'm in love with you
And all these little things

Boom! Seperti sedang ditabrak oleh sesuatu yang sangat besar, seperti sedang disindir oleh sebuah tape, "uhuk uhuk..."

Shawn memberi air mineralnya padaku, "kau kenapa?"

"Huh? Tidak, tidak apa-apa."

"Kita sudah sampai"

Aku mengenyit bingung, "sudah? Cepat sekali?"

Shawn terkekeh, "Kau hanya duduk dan aku menyetir, pasti kau akan berkata cepat sekali. Sedangkan aku? Haha"

"Uh, maaf."

"Tidak apa. Tunggu sebentar, jangan kemana-mana!" Aku mengernyit bingung, bukannya apa ini sudah sampai rumahnya tapi aku tidak diperbolehkan keluar dari mobil.

Namun aku takjub saat Shawn keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untukku. Aku diperlakukan seperti princess lagi. Entah mengapa membuat pipiku memanas, ini seperti difilm-film.

"Terimakasih" lalu Shawn menutup pintu mobilnya, "you're welcome"

Memunar knop pintu, sesaat kami berdua masuk seorang adik perempuan menghampiri kami berdua, "shawn!!" Lalu memeluknya.

Aku tersenyum kearahnya, dia menyadari keberadaanku, "dia siapa Shawn?" Bisiknya yang masih bisa didengar olehku.

Baru saja aku ingin bicara, perempuan paruh baya keluar dari dapur membawa muffin cake keruang tamu, pasti ibunya batinku.

"Pacarmu ya Shawn?"

"B-bukan, aku temannya Shawn, Abby." Ucapku sambil tersenyum ramah padanya.

"Calon"

Aku mengernyit sekaligus kaget, "what?!" Ucapku tanpa bersuara kearahnya.

Dia hanya mengedikkan bahunya, "kebetulan sekali, kami berdua sedang membuat kue kesukaan Shawn. Mau mencicipi? Maaf dapurnya masih berantakan."

"Boleh, wah ini bentuknya lucu sekali. Aku cicipi ya tante." Mengigit ujung muffinnya, takjub saat merasakannya.

"Wah, ini enak. Rasamya nggak kalah jauh sama yang ada di bakery, malah kauh lebih enak. Kenapa nggak buka toko kue tan?" Tanyaku sambil mengunyah sisa-sisa kue dimulutku.

Dia tersenyum saat mendendengar pujian dariku, "dulu pernah kita buka bakery, tapi karena nggak ada yang jaga. Jadi kami tutup kembali, sebenarnya tante bisa jaga, cuman kurang tenaga kalau seorang diri"

"Aku bisa membantu, bagaimana kalau kami kerja partime ditempat tante? Aku dan Shawn." Menaik turunkan alis sebelah kananku.

"Mom, aku sama Abby kekamar ya."

Tante karen menganggukkan kepalanya, "jangan melakukan yang aneh-aneh sebelum waktunya shawn! Haha"

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum ketika mendengarnya, "maaf, dia belum pernah kedatangan tamu perempuan sebelumnya. Jadi dia sangat antusias sekali saat kehadiranmu dirumah ini."

Keningku mengerut, belum pernah ada perempuan kesini sebelumnya? Yang benar saja. Aku perempuan pertama yang main kerumahnya? Apa dia tidak punya teman perempuan atau memang dia tidak tertarik pada perempuan?

Aku menggeleng-gelengkan kepala segera menghapus pikiranku tentang tidak tertarik perempuan. Tapi siapa sangka? Jaman sekarang laki-laki tampan pasangannya laki-laki cantik.

"Tidak tidak" ucapku spontan dengan pelan namu shawn masih mendemgarnya.

"Ada apa by?" Tanyanya

"Ah tidak ada." Shawn mengangguk mengerti, dan ia segera memutar gagang pintu kamarnya.

To Be Continued...

Maaf kalo ada salah dalam penulisan kata-kata, keep reading my story, and dont forget to vote and comment below!!

Kid In Love ✘ Shawn MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang