Ruangan serba putih itu menjadi saksi hancur-nya hati seorang Megan, mata cantiknya melihat laki-laki yang ia cintai hingga kini sedang mengusap pelan perut wanita yang ada dalam dekapannya. Sejenak ia terpaku, kakinya tak mampu untuk di gerakkan padahal otak-nya memerintahkannya untuk segera pergi.Ia bimbang, antara melanjutkan niatannya untuk meminta maaf kepada Morly atau mengurungkannya. Lagi-lagi dia tak mau egois, semua terjadi karena kesalahannya. Katakan dirinya jahat, sempatnya ia bersyukur pada saat itu Morly tak membalas tindakan kasar seperti dirinya. Apa jadi-nya jika ia yang ada di posisi Morly saat ini? Buru-buru Megan menghentikan pemikirannya yang mengerikan itu.
"Selamat pagi.. Maaf mengganggu kalian." Megan mencoba menetralkan suaranya, dalam hati ia berdoa pasangan yang ada di hadapannya ini tak menyadari kegugupannya.
Mereka pun menoleh ke belakang dan mendapati seseorang yang sangat tidak ingin mereka temui sekarang dengan lancang menganggu keintiman mereka, tentu saja kemarahan itu tercetak jelas di raut muka mereka.
"BERANI SEKALI KAU KEMARI WANITA JALANG, PEMBUNUH!" Teriak Morly.
"Tenanglah dulu, aku bisa mengatasinya." Dustin mencegah Morly yang ingin bangun.
"KAU TAK BISA MENGATASINYA! AKU MENYURUHMU MENJEBLOSKANNYA KE PENJARA TAPI APA? WANITA JALANG INI MASIH BEBAS BERKELIARAN." Morly juga meneriaki Dustin yang kurang tegas sambil melepaskan cekalan tangan Dustin di lengannya.
"JANGAN BICARA SEOLAH AKU TAK BERGUNA MORLY! KENYATAANNYA AKU SUDAH MENGAJUKAN TUNTUTAN DAN MIRACLE MENGGAGALKANNYA!" Dustin balas meneriaki Morly. Sedengkan Megan, ia hanya memperhatikan pertengkaran mereka. Jangan di tanya soal air mata dan hati, mereka seolah kompak untuk menyakitinya.
"Persetan dengan-mu!" Morly mencabut infus-nya dan turun dari ranjang rumah sakit untuk mendekati Megan.
"Aku hanya ingin meminta maaf, Morly." Ucap Megan saat Morly sudah di depannya.
"Bisa kau kembalikan anak ku, Megan?" Tanya-nya pilu, Dustin memalingkan wajahnya menolak melihat drama yang di ciptakan dua wanita di hadapannya.
Megan menggeleng lemah,"Kalau begitu maaf mu tak berguna, sialan!"
PLAAAKKKK
Dan satu tamparan di layangkan Morly kepada Megan. Melihat itu Dustin segera menyuruh Megan pergi sebelum sesuatu terjadi menyakiti keduanya.
"Kau pergilah!" Dustin membentak Megan sambil menahan Morly yang merangsek maju untuk menyakiti Megan.
"Biarkan aku yang membalas nya Dustin. LEPASKAN AKU! ARGHH." Morly mengerang kesakitan, memegangi perutnya. Megan membulatkan matanya saat melihat darah mengalir di kaki Morly.
"Di..dia pendarahan Dustin. Ada darah, ada darah di kaki-nya." Megan ketakutan melihat darah yang sudah menodai lantai putih itu.
"Tunggu apalagi, cepat panggilkan dokter!" Dustin membopong Morly dan merebahkannya di ranjang rumah sakit, Megan keluar ruangan memanggil para suster yang berlalu-lalang.
Tak lama ia melihat tim dokter buru-buru masuk ke ruangan untuk memberikan pertolongan. Ia berdoa semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Morly. Beruntung saat ini bayi-bayinya tidak rewel hanya sedikit tegang saja, Megan reflek mengelus perutnya untuk menenangkan bayi-bayinya.
Lama dokter belum juga keluar, Megan memutuskan untuk menunggu diluar.
"Inikah yang kau mau?" Tanya Dustin. Pria itu sedang berdiri di sampingnya. Wajahnya kusut, mata hijau-nya nampak berkaca-kaca.
YOU ARE READING
My Sugarplum (Shimmer & Glitter)
RomanceMereka saling mencintai tapi sulit bersama... Anak-anak yang harusnya bisa menyatukan mereka malah memperumit masalah... -Megan Lou Peterson -