Part 1

108 8 0
                                    

Mereka bilang, gadis itu Psikopat. Gadis Geldia Frye yang hobi membunuh tanpa perasaan. Sikap nya yang dingin dan aura nya gelap. Seperti mencegah seorang pun mendekat ke gadis itu.

Allosha Samuelle. Geldia Frye bersurai hitam gelap dan iris coklat. Dia jarang bicara dengan orang asing atau orang yang dibenci nya. Hanya beberapa orang yang bisa melihat sikapnya yang ceria.

Sebenarnya, dia sama sekali bukan Psikopat. Dia hanya menjalankan tugas untuk membunuh beberapa Demon dan Geldia Bayre. Juga beberapa makhluk supernatural lainnya.

Dia hanya seorang gadis yang kehilangan keluarga nya. Dia hanya gadis yang pendendam. Tidak lebih dari itu. Dia bukan Psikopat.
***

"Allosha!" seru seorang cewek sambil mengejar Allosha. "Tunggu aku, Allosha."

Allosha hanya mengangguk lalu berhenti menunggu si cewek. Lorong Mansion mereka tampak gelap dan sepi. Tidak ada suara selain langkah mereka.

"Ada apa, Marsiana?" ekspresi wajah Allosha tetap datar. "Mana si Sava?"

"Dia sedang sakit hari ini. Ayo kita berangkat sekarang." Marsiana menarik tangan Allosha. Allosha tersenyum samar lalu mengikuti Marsiana.

Mereka menyusuri lorong keluar. Dan seseorang lewat. Mercer Advent. Cengiran iseng Marsiana muncul. Marsiana menyenggol lengan Allosha.

"Hentikan, Marsiana." ancam nya dingin. Allosha mengacuhkan Mercer, walaupun ekor matanya sedikit mencuri curi pandang ke Mercer.

Mercer menatap Allosha dengan sinis. 'Mau apa bocah ini?' batin Allosha ketika menyadari pandangan Mercer.

Oke, bukan Allosha namanya kalau tidak punya pandangan yang lebih mematikan. Iris coklat tuanya balas menatap Mercer dengan dingin.

Ketika mereka berpapasan, terasa aura dingin dan kemarahan dari Allosha.

Lalu Mercer berjalan lurus ke arah yang berlawanan dengan mereka. "Sebenarnya ada apa? Akhir akhir ini kalian nyaris tidak bicara sama sekali."

Gaya khas Allosha kembali muncul. Bahu nya terangkat dengan kesan cuek. "Entah. Aku tidak peduli."

"Ada apa sebenarnya? Ceritakan saja padaku." Marsiana mendorong pintu keluar. "Aku tidak suka lihat kalian marahan."

Allosha menendang pintu dengan tidak sabaran. "Kami bukan apa apa. Teman saja bukan."

"Sebenarnya ada ap--"

Kalimat Marsiana belum selesai. Allosha sudah bicara. Memotong ucapan Marsiana. "Diamlah. Aku tidak mau membahas itu lagi. Aku harap kau mengerti, Marsiana Anthony."

"Ya ya ya, kau selalu saja begitu." jawab Marsiana santai.

Mereka berjalan meninggalkan Tamerdum Mansion, markas Geldia Frye di River City. Yap, mereka semua adalah Geldia Frye. Mereka sekolah seperti manusia lainnya. Tentu dengan sayap yang di sembunyikan. Geldia, Malaikat dan Demon memang punya kemampuan untuk menghilangkan sayap.

Allosha POV

Aku benci sekali dengan pagi hari. Kenapa sih kita harus bangun dan sekolah? Maksudku, aku Geldia, bukan manusia. Aku tidak perlu pendidikan formal. Yeah, para Tetua bilang, itu untuk sosialisasi dan ada beberapa Demon yang menyamar jadi siswa.

Dimidium Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang