Aula biara St. Marry terlihat sepi. Lampu besar tergantung di tengah Aula. Aula ini berlantai keramik usang dan temboknya sudah mengelupas sehingga menampakkan bata merah nya.
Seorang wanita berjubah suster menghampiri kami. Dia berlari dengan tergesa. "Karsten! Akhirnya kau datang!"
Yeah, Karsten lagi dan Karsten lagi. Suster Anne sangat menyukai Karsten. Entah apa alasannya, sejak dulu dia selalu menyukai Karsten. Bisa disebut salah satu fans girl nya Karsten mungkin?
"Suster Anne, tenanglah." ujar Karsten. "Bisakah kami melihat di mana mayat nya?"
Mantan Geldia itu mengangguk. Dia membawa kami ke sebuah kamar. Di situ terbaring mayat perempuan. Dylan maju memeriksanya.
"Demi Tuhan, aku tidak kuat dengan mayat." Dylan menahan muntah. Luka-luka yang ada di mayat itu membuatnya mual. "Apakah di sini ada yang biasa mengurus mayat?"
Mengurus mayat? Itu salah satu keahlian ku saat misi. Tapi aku bukan jenis orang yang suka mengajukan diri. Sampai akhirnya Gabriella mendorong bahuku. "Alls bisa memeriksa nya. Iya kan?"
Semuanya mengangguk setuju. Dylan berjalan menjauh. "Silahkan, Allosha. Uh... Maksudku, Alls."
Sejak kapan dia memanggilku dengan nama itu? Sok akrab. Aku mengangguk lalu berlutut di samping ranjang. Perlahan, aku membuka selimut yang menutupi mayat. Sudah lama aku tidak berurusan dengan mayat.
Perlahan aku memeriksa nya. Mata nya berlubang, bisa ku pastikan bola matanya remuk. Sebuah luka tusuk melubangi jantung nya. Dan sebuah sayatan panjang menyobek perutnya. Jika mau, aku bisa membuka sayatan itu dan melihat seluruh organ nya.
Luka ini dibuat sekitar 2 jam yang lalu. Bisa aku pastikan, luka-luka ini dibuat oleh pisau emas yang sangat tajam. Pisau emas itu bukan dari bumi, melainkan dari Neraka. Jantungku serasa berhenti berdegup
begitu memikirkan kata 'Neraka'. Sudah aku pastikan, ini pasti ulah Demon. Apakah ini Marchosias? Apakah dia Demon? Bisa saja ini perbuatan Lizabeth. Tapi aku tidak bisa menuduh anak baru itu tanpa bukti.Aku sama sekali tidak memerintahkan tanganku untuk membuka mulut mayat ini. Tanganku seperti dengan sendirinya meraba wajah tua itu lalu membuka bibir nya yang pucat. Aku melihat ke dalam mulut itu. Lidahnya hilang. Jelas-jelas dipotong.
Siapapun pembunuh ini, dia orang yang sangat kejam. Aku memperhatikan wajah mayat itu. Matanya terpejam dan bibirnya pucat sekali. Entah kenapa, aku merasakan ekspresi wajah wanita ini sangat ketakutan.
"Dia dibunuh dengan pisau emas. Bukan emas sembarang, itu emas yang didapatkan di Neraka. Tepatnya di daerah Dragon." jelasku.
Dylan menatapku dengan pandangan kaget. "Dari mana kau tau?"
"Eh... Ayahku mengajariku." Aku menjawab dengan nada datar, sama sekali tidak ada kesan bangga. Ayahku hanya mengajari pengetahuan tentang Geldia. Dia sama sekali tidak pernah menunjukkan sikap sebagai 'Ayah' padaku.
"Yeah, Sylvester." gumam Dylan. "Suster Anne, bisakah anda menunjukkan Portal di sini?" Dia beralih ke Suster Anne.
Suster Anne mengangguk. "Tentu. Tapi untuk apa?"
"Biasanya, jika ada Demon di sekitar Portal itu, Portal itu akan menebal." jelas Mikaela.
"Aku, Mikaela dan Gabriella akan memeriksa Portal." Dylan mulai mengatur tugas. "Kyung, Mercer dan Alls, kalian berkeliling lah. Periksa petunjuk yang kalian temukan. Mengerti?"
Kami semua mengangguk setuju. Kecuali Karsten, dia memandang sebal ke arah Dylan. Pasti gara-gara Dylan memanggilnya 'Kyung'.
Suster Anne, Dylan dan yang lain pergi menuju Portal. Portal itu semacam pintu yang menghubungkan antara Bumi, Surga dan Neraka. Tidak mudah untuk memasuki Portal. Entah apa alasannya. Seumur hidup, aku hanya berhasil sekali menembus Portal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dimidium
FantasyGeldia, mereka adalah ras campuran Malaikat dan Demon. Geldia Frye, Tugas mereka adalah membereskan masalah di bumi. Masalah yang dibuat oleh Demon dan Geldia Bayre yang memihak Demon. *** Terjadi pembunuhan misteirus di Biara St. Marry, River City...