Perapian di ruangan itu memancarkan kehangatan. Tapi Marchosias sama sekali tidak merasakan hangat, yang dia rasakan hanya dingin. Hawa dingin menyelimuti nya dari kepala sampai ujung-ujung jari kakinya. Bahkan sofa empuk yang dia duduki terasa keras.
"Tuanku, apa langkah selanjutnya?" ucapnya dengan nada serendah mungkin.
Marchosias tidak sendiri. Ada seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun sedang duduk di sofa tunggal. Rambut merah pekat nya ditata acak-acakan. Mata merahnya nya yang memancarkan kedinginan memandang Marchosias.
"Aku kira kau sudah tau apa yang harus kau lakukan, Marchosias Syryn. Atau aku perlu menyebutkan nama asli mu, Amme Vimpton?" balas pria itu tenang.
Ya, Marchosias Syryn, pemimpin Geldia Bayre yang dilahirkan kembali.
Otak Marchosias terasa blank. Dia tidak tau langkah selanjutnya. Marchosias menelan ludah nya keras-keras. "Aku tidak yakin, Pangeran Senciner."
"Aku mulai berpikir untuk membuang mu saja, Marchosias. Aku sudah susah-susah membangkitkan mu kembali." Pemuda yang dipanggil Senciner itu. "Kau bahkan tidak tau apa yang harus dilakukan."
Satu petir besar menyambar jantung Marchosias. Jika dia mengecewakan tuannya, matilah dia. "A-aku tau, Tuanku. Melaksanakan tanda kedua sebelum mereka menyadari pelaku nya."
"Benar sekali." bibir tipis Senciner tersenyum puas. Maroon Senciner, sang Pangeran Demon. Dari segi fisik, dia memang bisa dikatakan luar biasa. Surai merah pekat, mata yang berbentuk kelopak bunga dan iris nya berwarna crimson menyeritkan kesan panas. Wajahnya seperti pahatan dengan rahang kokoh nya. Namun dalam segi kepribadian, dia sangat buruk. Sadis dan tidak berperasaan. Dia seperti singa yang menawan namun berbahaya.
"Apakah aku perlu membunuh lagi?" bulir-bulir keringat dingin menetes di dahi Marchosias. Dia memberanikan diri untuk bertanya.
Mendengar kata 'bunuh' Maroon Senciner menyeringai sadis. "Tentu saja, Marchosias. Aku rasa kau sudah tau, siapa yang harus kau bunuh."
Kepala Marchosias mengangguk patuh. "Ya, Tuan. Aku Marchosias Syryn, siap melaksanakan tugas. Apakah perlu kita menurunkan Joseph si Bodoh itu untuk tugas ini?"
"Aku rasa tidak perlu. Ah ya, Marchosias, mungkin sudah saatnya aku memanggil adikku. Dia akan sangat berguna." Maroon merenggang kan tubuhnya. Ini sudah saatnya menurunkan senjata terbaik, pikirnya senang. "Lizabeth Senciner."
Untuk kesekian kalinya, Marchosias terkejut dengan ide Sang Pangeran. Jantungnya berdegup keras ketika mendengar nama Lizabeth terdengar. Sampai-sampai ada kemungkinan Maroon bisa mendengar nya. Lizabeth Senciner, Sang Putri Neraka.
***
Circumdatos. Nama itu terus terngiang-ngaing di kepalaku. Siapa dia sebenarnya? Siapa itu Circumdatos? Misteri yang tidak bisa kupecahkan. Circumdatos ada di sekitar kami, begitu kata Vincent Lee."Karsten, menurutmu siapa itu Circumdatos?" tanyaku pada Karsten yang sedang menulis sesuatu di meja belajarnya.
Karsten menoleh untuk memandangku. "Entahlah. Menurutmu?"
"Menurutku, itu orang di St. Marry." Aku menjawab dengan santai sambil tiduran di kasur Karsten. Sehari setelah misi, aku menghabiskan waktu di kamar Karsten yang bersih dan nyaman. Berbeda jauh dari kamarku yang acak-acakan.
Seperti dugaan ku, Karsten akan mencela prediksi ku. "Mana ada Geldia Bayre di St. Marry? Jika ada, Suster Anne pasti sudah mengetahui nya."
"Semua kemungkinan bisa saja kan?" ujar ku membela diri. Masih mempertahankan pendapat. "Vincent Lee bilang, Circumdatos ada di sekeliling kita."
Tawa sinis khas Karsten mengalun dengan lancar dari bibir tipis cowok Asia itu. "Bagus juga teori mu, Alls."
"Aku tidak bercanda, Karsten."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dimidium
FantasyGeldia, mereka adalah ras campuran Malaikat dan Demon. Geldia Frye, Tugas mereka adalah membereskan masalah di bumi. Masalah yang dibuat oleh Demon dan Geldia Bayre yang memihak Demon. *** Terjadi pembunuhan misteirus di Biara St. Marry, River City...