Gadis itu, gadis bermata coklat yang berkesan malas. Mata coklat nya yang sayu dan terlihat kesakitan terus membayangi pikiran Maroon. Dia tidak mengenal gadis itu, tapi dia sangat mengingat nya.
Yang Maroon tau tentang gadis itu hanya nama nya, Allosha Samuelle. Beberapa tahun yang lalu, Maroon kecil bertemu dengan si Samuelle itu. Allosha yang pendiam dan pemalu saat itu bersembunyi di balik punggung neneknya. Saat pertama kali melihat Allosha, muncul keinginan untuk melihat gadis itu kesakitan. Maroon membakar Allosha itu dengan batu penangkal Geldia Frye miliknya.
Rasa puas langsung menjalar di sekujur tubuh Maroon Senciner begitu melihat Allosha yang kesakitan. Mungkin dia seorang Sadistic, entah kenapa saat dia melihat Allosha kali ini, Maroon ingin menjadikan Allosha sebagai Masokis. Dia tau, itu pikiran gila.
Mata merah darah nya memandang wajah Allosha. Sedetik kemudian, dia memutuskan untuk mengamati Marchosias melawan dua Geldia Frye laki-laki.
Marchosias cukup kewalahan karena ada beberapa luka di tubuhnya. Ck, sial... Pemulihan Amme eh... maksudku Marchosias belum sempurna, Maroon membatin kesal. Apalagi ditambah sayap Marchosias yang terpotong.
Pisau-pisau daging Marchosias menyobek tubuh dua Geldia di depannya. Tapi tidak bisa mengenai bagian intim. Maroon berdecak tidak sabar lalu mencabut kedua trisula pendek yang ada di pinggangnya. Persis seperti Leviathan Melvillei nya Allosha.
Sayap Maroon memang berbeda dari kebanyakan Demon. Sayapnya yang hitam dan ujungnya berwarna merah tua tertekuk kuat dengan luwes berlari menuju Dylan dan Karsten. Sesuai seperti namanya, Maroon yaitu merah.
Trisula nya dengan mudah menggores setiap inci dari kulit Dylan. Dylan bersimbah darah, terjatuh di tanah. Kecepatan Maroon memang luar biasa, tidak bisa dilihat. Karsten tidak lagi menggunakan matanya untuk melihat Maroon. Dia menggunakan naluri nya.
Matanya terpejam, membaca pergerakan Ventus Maroon. Ventus Maroon yang berwarna merah dengan gradasi oranye menyala di tengahnya. Karsten akui, ini warna Ventus terindah sekaligus paling mengerikan yang pernah dia lihat.
Ventus Maroon melesat ke arahnya, dengan mata masih terpejam, Karsten menggerakkan pedang nya untuk menggores bagian tubuh Maroon. Karsten merasakan ujung pedangnya menggores daerah lengan.
Namun, dia merasakan ada Ventus baru yang tiba-tiba muncul. Ventus berwarna keemasan dengan cahaya putih yang berpendar dari sekelilingnya.
Gabriel, Karsten langsung mengetahui siapa pemilik Ventus itu. Gabriel, Sang Malaikat.
Perlahan, Karsten membuka matanya lalu segera membawa Dylan ke pojok ruangan. Dylan sudah sepenuhnya berwarna merah darah, Karsten memeriksa denyut nadi pria itu. Masih berdenyut.
Marchosias dengan satu sayap nya segera mundur begitu melihat Gabriel. Sesosok laki-laki dengan tinggi diatas rata-rata, surai pirang keemasan yang panjang dan mata biru yang menghanyutkan. Di tangannya, dia menggenggam sebuah pedang panjang yang berbahaya.
"Lama tak bertemu, Gabriel." Maroon menunjukkan separuh senyumnya. "Bagaimana kabarmu, Gabe?"
"Kau bisa liat sendiri." Gabriel menggertakan giginya. Dia melirik ke arah Marchosias. "Sepertinya kau baru saja merenggangkan sayap mu, Amme Vimpton. Jiwa mu yang dipenjara telah dibangkitkan. Tapi sayap mu sudah terpotong satu."
Marchosias memegang sayapnya yang terputus. Darah mengalir dari situ. "Aku pikir kau sudah tau nama baru ku, Gabriel."
"Namamu yang baru maupun lama, sama-sama jelek." cibir Gabriel. "Sudah cukup kalian mengacau di sini!" tangannya mengayunkan pedang bercahaya nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dimidium
FantasiGeldia, mereka adalah ras campuran Malaikat dan Demon. Geldia Frye, Tugas mereka adalah membereskan masalah di bumi. Masalah yang dibuat oleh Demon dan Geldia Bayre yang memihak Demon. *** Terjadi pembunuhan misteirus di Biara St. Marry, River City...