-Normal POV-
Bagian belakang kelab itu sama buruknya dengan selokan. Hanya saja, berbau darah. Karsten menggelengkan kepalanya. Anyir nya darah terus-terusan masuk ke otaknya, membuatnya pusing.
Setelah berhasil membuka pintu belakang secara paksa, mereka masuk ke dalam. Dan mereka terjebak di labirin itu. Dengan ajaib, pintu yang mereka rusak, hilang tak berbekas. Dylan dan Mikaela tetap tenang walau mereka nyaris tidak tau arah di sini.
Tebakan Dylan meleset jauh. Dia mengira, penjagaan di bagian belakang akan penuh dengan makhluk lain yang berbahaya. Nyatanya, penjagaan di situ benar-benar kosong. Hanya labirin sialan yang membuat mereka terjebak di situ.
Sejak tadi, Karsten bertanya-tanya, apakah Allosha dan yang lain sudah menemukan Vincent Lee? Ataukah mereka sedang dijadikan cemilan lezat para vampir?
Tidak akan, mereka Geldia yang hebat, tidak mungkin jadi santapan vampir. Pikirnya berusaha menenangkan diri.
Awalnya sih rencana si Dylan itu membereskan makhluk lain di bagian belakang supaya bisa keluar dengan mudah nantinya. Tapi malah terjebak di situ. Mau tidak mau, Karsten menyalahkan Dylan. Sekarang Dylan sukses masuk ke daftar orang paling dibenci Karsten setelah Mercer. Nama Mercer tidak akan tergeser dari daftar orang paling dibenci Karsten.Rasa benci nya pada Mercer meluap-luap hampir setiap saat. Terutama jika Allosha sedang memandangi Mercer. Dia ingin menghabisi Mercer saat itu juga. Padahal Mercer nyaris tidak pernah berbuat salah padanya.
Tetap saja, di mata Karsten, Mercer selalu salah. Karsten tidak suka Mercer berhasil membuat Allosha tertarik. Karsten benci itu.
"Kak..." tangan Zacharias menusuk-nusuk pinggang Karsten. Karsten menoleh. Dipandangnya wajah Zacharias yang ketakutan.
Karsten maklum dengan rasa takut juniornya itu. Labirin ini benar-benar gelap. Satu-satunya penerangan hanya obor yang entah bagaimana caranya bisa Dylan buat. Lagi-lagi dia tidak habis pikir, kenapa Dylan menyuruh Zacharias bergabung dengan mereka? Padahal ini jauh lebih berbahaya.
"Hn?"
"Aku takut." cicit Zacharias. Karsten nyaris tertawa mendengar suara Zacharias yang seperti tikus.
Karsten menepuk kepala anak itu pelan. "Tenanglah. Kau punya senjata, jika ada makhluk yang berbahaya, kau bisa membunuhnya. Benarkan?"
"Umm... Ya, kak." Zacharias menurut lalu memegang busur tembak nya kuat-kuat.
Karena gelap nya Labirin ini, mereka semua merasa harus waspada. Pricillia yang biasanya selalu santai jadi tegang. Senjata nya yang berupa tombak digenggamnya erat-erat.
Begitu pula Dmitri. Dmitri memasang anak panah nya dibusur dan berusaha sesiap mungkin untuk menembakkan nya.
Tampaknya hanya Dylan dan Mikaela yang santai. Mereka memimpin di depan.
Bunyi kecipak air terus terdengar. Langkah kaki mereka yang melewati jalanan becek menimbulkan suara itu.
Setelah menyusuri lorong yang lurus, akhirnya ada dua belokan. Semuanya sama-sama gelap.
"Lewat sini." bisik Dylan sambil menunjuk yang kanan. "Kyung, Dmitri, Zach, kau berjalan lah di belakang. Mewaspadai jika ada yang menyerang dari belakang."
Karsten, Zacharias dan Dmitri mengangguk patuh lalu berpindah ke belakang. Walaupun dalam hati Karsten, dia sebal karena Dylan memanggilnya 'Kyung'.
"Pricillia, Mikaela, berjaga di depan bersamaku."
Mereka memasuki lorong gelap itu dengan formasi dua baris. Karsten merasa merinding ketika sayup-sayup suara lolongan terdengar. Apakah itu makhluk lain?
![](https://img.wattpad.com/cover/59687655-288-k49833.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimidium
خيال (فانتازيا)Geldia, mereka adalah ras campuran Malaikat dan Demon. Geldia Frye, Tugas mereka adalah membereskan masalah di bumi. Masalah yang dibuat oleh Demon dan Geldia Bayre yang memihak Demon. *** Terjadi pembunuhan misteirus di Biara St. Marry, River City...