D I F F E R E N T : #8

4.5K 312 14
                                    

Hinata nampak melamun di halte bus, menunggu dua kawannya yang akan menjeputnya untuk memecahkan misi. Surat yang dia temukan di kamar Naruto membuatnya tak bisa berhenti memikirkan perihal gadis yang memiliki nama yang sama dengannya.

Udara masih sangat dingin seiring berhembusnya angin, membuat Hinata terus merapatkan mantel tebalnya dan menyelusupkan kedua tangannya ke dalam saku.

Puk!

Seseorang menepuk bahu Hinata sampai dia tersadar dari lamunannya. Gadis itu mendesis kesal dengan perilaku seseorang yang sudah mengagetkannya.

Hinata beralih memandang pada orang itu, netra amethyst-nya menangkap wanita muda berambut soft pink dengan mata emerald-nya yang berkaca-kaca memandangnya.

Hinata mengerutkan keningnya, "Maaf nona, apa kita saling kenal?" tanyanya.

"Hinata-chan," gumam wanita itu lirih. Tangisnya pecah seiring tubuhnya terhuyung memeluk gadis muda berambut indigo itu membuat si empunya tambah bingung.

"Hinata! Apa benar kau Hinata?!" lanjut wanita itu.

"A-ah, iya.. tapi maafkan aku, aku sama sekali tak mengenalmu"

Wanita itu melepaskan pelukannya lalu memandang Hinata, "Aku Sakura, sahabat Naruto! Kau selama ini tinggal bersama Naruto kan?"

Hinata makin terkejut dengan pernyataan ibu muda itu, membuatnya salah tingkah dengan menggaruk tengkuknya.

"A-ah, itu sih sebenernya cuman kebetulan,hehe.." jawabnya kikuk.

Sakura tersenyum lalu menarik tangan Hinata, "Ayo ikut aku,"

"Tap-tapi aku sedang menunggu teman-temanku," tolaknya halus.

"Tch, sudah ajak saja mereka. Pokonya ikut saja," timpal Sakura lalu menarik paksa Hinata.

***

Waktu menunjukkan pukul 5.45 sore, Naruto yang baru saja pulang dari kantornya nampak gusar karena Hinata tak ada di apartement. Meskipun Sakura sudah memberi tau jika Hinata bersamanya, tetap saja dia merasa tak tenang.

Bahkan dia semakin resah mendengar bahwa gadisnya bersama dua orang pria. Ya, Naruto sudah mengklaim Hinata kedua ini sebagai gadisnya, lebih jelasnya miliknya sejak pertama kali dia bertemu.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu menyadarkan kegelisahan pemuda berusia 35 tahun itu, dengan segera dia melaju cepat ke arah pintu untuk membukanya.

Cklek!

Sesosok gadis bersurai indigo dengan gaya rambut diikat mencuat ke atas nampak berkaca-kaca memandang ke arah Naruto. Dibelakangnya ada dua pemuda menatap tak percaya pada pria blonde itu.

"P-pak Direktur?" Pekik Hidan dan Deidara kompak.

Pandangan Naruto beralih pada mereka dan dia juga telihat terejut. Hinata cengo memandang ekspresi tiga lelaki itu, membuatnya beralih pandangan beberapa kali.

"A-ah, silakan masuk dulu kita bicara di dalam. Diluar sangat dingin, sepertinya salju akan turun," kata Naruto dengan menggaruk tengkuknya.

Mereka pun masuk ke dalam.

----

"Jadi~ kalian kenal dengan Pak tua ini?"

Hidan mendecak kesal, "Berlaku sopanlah sedikit, dasar baka!"

"Sudahlah, dattebayo. Mereka adalah karyawanku di Kantor" jelas Naruto.

"Maafkan kami Pak, kami sama sekali tak tau kalau selama ini Hinata tinggal bersama Anda. Dia pasti sudah banyak merepotkan-"

Pletak!

"Ittai baka!"

Hinata menyeringai puas karena jitakannya berhasil membungkam mulut besar Deidara, "Rasakan Dei-baka! Mulutmu banyak ngoceh tau!"

Hidan memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pening, "Mereka selalu saja begitu" gumamnya.

Naruto terkekeh pelan, "Aku tidak merasa direpotkan. Dan berhentilah memanggilku seperti itu, ini bukanlah wilayah Kantor,"

"Pak Tua lebih enak," celetuk Hinata bosan.

"Aku masih muda, ttebayo!"

"Gayamu saja yang muda, tapi wajahmu keriput!" sindir Hinata lagi.

Hidan dan Deidara sedikit terkekeh dengan perdebatan mereka, ternyata Hinata memang selalu begitu pada laki-laki.

Naruto mendengus, "Umurku masih 35 tahun, setidaknya masih lima tahun lagi aku menginjak kepala empat!"

"Tetap saja, usiaku jauh lebih muda darimu" balas Hinata santai.

"Sudahlah, aku menyerah"

Hidan dan Deidara bertatapan seakan mengadu argument melalui netra mereka.

"Pak Direktur, kalau begitu kami pamit. Ini sudah semakin malam. Terimakasih karena telah membolehkan kami mampir," tutur Hidan lalu berdiri diikuti oleh Deidara.

"Honey, kamu jangan galak-galak ya sama Direktur kami" bisik Deidara dengan nada alaynya.

Pletak!

Ini Hinata galak banget ya, sudah dua kali si Dei-chan dapet jitakan mautnya. Lagi-lagi pemuda berambut panjang itu meringis kesakitan. Kasian-kasian...

"Baiklah kalau begitu, hati-hati dijalan" ucap Naruto.

"Pak Direktur, harus hati-hati juga ... Hinata suka menginggit lho..."

"DEIDARAA-BAKA!!"

Merekapun menghilang dibalik pintu.

Naruto masih terkekeh melihat Hinata yang mendesah menahan kesalnya, otomatis si gadis manis itu menatap tajam membuat Naruto meneguk ludah.

"Huh, menyebalkan" gerutu Hinata. Gadis itu berlalu meninggalkan Naruto sendirian sebelum sebuah tangan kekar menangkap pergelangan tangannya.

"Aku ingin berbicara denganmu, Hime"

-tbc-


Hihi~…… masih adakah yang nungguin ff gaje ini? ku harap masih ada..

gak henti-hentinya aku ngucapin makasih banget karena kalian sudah membaca dan memberi vomment di ff-ku yang satu ini.

Aku masih berharap loh sama kalian dear, buat vomment-nya ヽ(´▽`)/

Love,
Lianika

[ 2 ] DIFFERENT [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang