D I F F E R E N T : #11

4.2K 277 19
                                    

"NARUTOOO!!"

Ambruk sudah pertahanan Hinata, tangisnya pecah dan berhambur ke arah pria yang tergeletak tak berdaya disana.

Cairan merah itu masih melumuri sebuah pisau dapur yang cukup tajam, menyisakan percikan noda tepat diperut Naruto yang digenggam oleh salah satu tangannya.

Hinata merangkul kepala Naruto dan meletakan tepat dipangkuannya.

Hinata masih menangis, "Pak Tua baka! Kenapa kamu lakukan hal bodoh seperti ini.. hueeee, hiks... hiks..."

Naruto tak bergeming, matanya menutup rapat sinar shappirenya yang indah. Apa mungkin Naruto benar-benar mati?

Hinata menggoyangkan bahu Naruto, sesekali menampar pelan pipi pemuda tan itu. Tak ada respon, tapi kehangatannya masih ada.

"Ku mohon Pak Tua! Bangunlah... hiks-hiks..."

Hinata semakin terisak, pikirannya benar-benar kalut. Seandainya waktu bisa dia ulang, dia akan membuka langsung pintunya tadi, bergerak cepat untuk memeluk erat pemuda yang saat ini berbaring dipangkuannya.

Kebodohannya dan keegoisannya berhasil merenggut nyawa pemuda yang dikasihinya.

"Huueee.. hiks.. hikss... Baka Naruto! Bangunlah! Hiks..hiks... aku... aku mencintaimu... aku sangat mencintaimu Naruto-kun! Jadi bukalah matamu Naruto! Hiks.. hiks!"

Hinata menungkup wajahnya, menangis sejadi-jadinya disana. Lidahnya masih bergumam mengatakan bahwa dia mencintai Naruto meski terus terisak. Harapannya sirna sudah, bersama perginya Naruto yang sudah ma-...

"Benarkah, Hinata?"

Tunggu!

Apa? Kenapa bisa?

Hinata berhenti menangis, menyingkirkan  telapak tangannya yang sejak tadi menjadi sandarannya untuk menangis.

Naruto menguap pelan, "Hoam.. rasanya barusan aku bermimpi ada gadis manis yang menyatakan cinta padaku, ttebayo!" ucapnya tanpa dosa.

Blushh~

Wajah Hinata merona karena ucapan Naruto. Ternyata pemuda itu hanya berpura-pura.

"J-jadi k-kau sengaja?" tanya Hinata kaku.

"Hehe.. aktingku bagus kan?"

Hinata nampak kesal, dia langsung berdiri tak memperdulikan posisi Naruto yang masih setia dipangkuannya.

Dukk!

"Ittai, ttebayo! Kau jahat sekali!" Rintih Naruto meringis karena kepalanya terjatuh ke lantai.

"Baka Naruto!" umpat Hinata lalu meninggalkan Naruto untuk masuk lagi ke kamarnya.

Naruto langsung bangkit sebelum Hinata mengunci pintunya lagi.

Aksi dorong-dorongan pun terjadi. Dengan sekuat tenaga Naruto menerobos masuk ke dalam kamar.

Blam!

Naruto menutup pintu dan menguncinya, melangkah maju ke arah Hinata yang berjalan mundur.

"Jangan mendekat" pekik Hinata.

Naruto tak menghiraukannya, dia terus mendekati Hinata.

Hinata terhenti karena kakinya sudah mengenai ujung ranjang, sementara jaraknya dengan Naruto semakin dekat.

Grep!

Naruto memegang kedua pergelangan Hinata, mendorongnya perlahan ke ranjang sampai gadis itu terbaring. Naruto mengunci pergelangan tangan Hinata dengan menghimpitkannya ke ranjang, seakan tak ingin gadisnya bergerak lagi.

"Lepaskan aku!" berontak Hinata.

"Katakan sekali lagi, jika kau mencintaiku" ujar Naruto.

Hinata mendengus, "Jangan bermimpi!"

"Tck, berhentilah bersikap keras kepala!" Naruto mulai mendekatkan wajahnya ke arah Hinata, menghapus jarak antara mereka.

Hinata tak punya pilihan untuk menolak lagi, debaran didada, nafas yang menggebu, wajahnya yang memerah parah membuatnya tak bisa mengelak lagi.

Naruto semakin mendekat, akhirnya Hinata memejamkan matanya dengan refleks.

"Katakan bahwa kau mencintaiku, setelah itu aku akan memberikan ciuman yang kau inginkan" bisiknya sebelum hidung mereka bersentuhan.

Hinata mendesah, nafasnya terengah-engah bersamaan dengan hembusan beraroma mint yang keluar dari hidung Naruto.

"A-aku..."

"Katakan Hinata..."

"Aku...."

Naruto masih menunggu.

"Aku... mencintaimu,"

Naruto tersenyum puas, lalu wajahnya bergerak semakin dekat. Hidung mereka saling bersentuhan, merasakan aroma khas nafas hangat yang menyebar ke seluruh wajah. Bibir Naruto mulai menyentuh bibir ranum Hinata, sedikit bergerak untuk saling mengulum dan merasakan desiran aneh yang mulai menjalar begitu saja untuk menuntun mereka melakukannya lebih dan lebih.

Hinata mulai menghisap perlahan bibir Naruto dan pria itu merespon. Ciumannya masih lembut tanpa unsur nafsu di dalamnya.

Manis dan basah, itulah yang mereka rasakan.

Naruto mengakhiri ciumannya, lalu memandang wajah Hinata yang sudah memerah.

"Aku mencintaimu, Hime"

- T B C -

Oke ini kelanjutannya! Maaf tambah gak jelas gaes (┳Д┳)

Vomment-nya jangan lupa ♥♥

[ 2 ] DIFFERENT [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang