D I F F E R E N T : #12

4.2K 251 7
                                    

Pagi itu masih terasa sangat dingin jika harus beranjak dari tempat tidur, semilir angin yang berhembus dari sela-sela jendela membuat gadis indigo itu semakin menarik selimutnya.

Tapi sial, rasanya ada sesuatu yang mengganjal dibagian perutnya. Dia tak leluasa bergerak karena beban yang melingkar pada bagian sana.

Kelopak matanya yang menutup sempurna batu amethyst itu mulai bergerak, tangan mungilnya mengusap perlahan agar pengelihatannya tak buram.

"Nghhh..." dia mendesah pelan sambil merentangkan kedua tangannya, tapi aneh.. tengkuknya merasa geli karena hembusan angin tiba-tiba menerpa dibagian sana secara berulang.

Gadis itu menepuk-nepuk tengkuknya, tapi sialnya ruang disana terasa sempit.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, dia pun melirik ke arah belakang dan...

"KYAAAAA~"

Hinata berlonjak kaget karena dibelakangnya ada sesosok pria berbadan kekar tengah memeluknya. Refleks dia mendorong tubuh pria itu sampai akhirnya pria itu terjatuh dengan tidak elitnya.

blugh!

"Ittai!" Ringis pemuda itu sembil mengelus kepalanya terjatuh. Hinata tertawa setelah tau jika itu adalah Naruto.

"Hahaha..." tawanya menggema di seluruh ruangan, membuat Naruto mengerucutkan bibirnya. Ngambek ceritanya..

"Hh.. kau ini! Kenapa mendorongku, dattebayo" ucapnya ketus sambil berdiri dan duduk di tepi tempat tidur.

Hinata masih tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi Naruto cemberut seperti anak kecil, "Haha, siapa suruh kau memelukku Pak tua! Kau juga mengagetkanku"

Naruto mendengus sebal, "Bukannya kau yang memintaku untuk menemanimu tadi malam, huh?"

Hinata terdiam memikirkan perkataan Naruto barusan. Dia mengingat kejadian tadi malam, terutama pada bagian....

Blush~

Wajah Hinata merona hebat saat tau apa yang terjadi tadi malam, dia meraba bibir tipisnya dan memory-nya kembali terlintas saat Naruto menciumnya.

"A-ah, aku tak ingat," bohongnya, buru-buru dia pergi ke kamar mandi meninggalkan Naruto yang cengo.

"Dia kenapa?"

-begonya keluar lagi-

***

Siang itu, Hinata berencana untuk ke kantor Naruto membawakan makan siang untuknya. Secara kan mereka tuh udah resmi 'pacaran' , tak ada salahnya gadis muda itu belajar menjadi kekasih yang baik untuk Naruto.

Meskipun salju masih berserakan dipinggir jalanan, tapi tak membuat Hinata terhenti untuk menempuh perjalanan ke perusahaan milik kekasihnya.

tap.. tap.. tap..

Derap langkahnya mulai terdengar sedikit nyaring ketika dia sampai di depan gedung yang besar dan mewah itu.

"Permisi, apakah Pak Tua ada di tempat?" kata Hinata dengan sumringah pada resepsionis.

Sang resepsionis mengernyitkan dahinya bingung, "Pak Tua?" ujarnya.

"E-eh, maaf.. maksud saya Pak Naruto, hehe" Hinata menggaruk tengkuknya kikuk.

"Sebentar," Sang resepsionis mulai membuka buku jadwal, lalu mengecek jam kerja direkturnya.

Hinata masih menunggu sampai resepsionis itu kembali angkat bicara, "Tuan Uzumaki sedang rapat, mungkin sekitar 30 menit lagi akan selesai. Nanti kalau sudah saya beritahukan," ujar resepsionis itu.

"Um, baiklah. Bilang saja kalau Hinata mencarinya,"

"Akan saya sampaikan,"

Hinata menghela nafas pasrah, dia akhirnya keluar lagi untuk berjalan-jalan melihat perusahaan kekasihnya itu.

"30 menit? Itu tidak akan lama," gumamnya.

'Semoga saja'

Drap..drap..drap !

"Hinataa!" pekik seseorang.

Hinata menoleh ke sumber suara, "Deidara No Baka!!" Umpatnya.

Pemuda bernama Deidara itu semakin mendekat ke arah Hinata dan akhirnya sampai di depannya, "Hosh..hosh.. Ngapain kamu kesini, un?"

Hinata mendesis, "Tch, aku cuman mau ngasih makan siang buat Pak Tua itu,"

Wajah ceria yang terpancar Deidara seketika redup, lalu tersenyum palsu pada Hinata. Gadis itu memutar bola matanya malas melihat senyum temannya itu, "Menjijikan jika kamu senyum kayak begitu"

Perempat siku muncul di kepala Deidara, "Ck, dasar menyebalkan" ujarnya ketus.

"Ah sudahlah." Hinata beranjak pergi meninggalkan Deidara.

"Woy baby sweety-ku kamu mau kemana, un?" Ujar Deidara setengah berteriak lalu mengikuti Hinata.

Hinata terhenti, "Aku tak tau, soalnya Pak tua itu sedang meeting,"

Deidara menggenggam pergelangan tangan Hinata, "Ayo ikut aku"

Tbc ...

[ 2 ] DIFFERENT [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang