D I F F E R E N T : #16

4K 274 10
                                    

Gara-gara fokus ke ff HotPlate's Secret , ff atu ini ter-forget-kan >o<

Oke oke, gomen deh.. kali ini kita lanjutkan wokeyyhhh !!

Budayakan Vote sebelum membaca..

.

"Kak Sakura!"

Hinata memekik keras ketika dia turun dari taksi. Ya sesuai perjanjian, hari ini Sakura mengajak Hinata untuk bertemu di sebuah Mocca Caffe yang terkenal di Konoha.

Di depan Caffe sudah berdiri sesosok wanita berparas cantik bersurai soft pink dengan sebuah gendongan yang melingkari kedua pundaknya, dia menggendong Sarada kecil yang lucu sekali.

"Apa kabar, Hinata-chan?" sapa ibu muda itu.

Yang disapa tersenyum manis, "Aku baik, Kak. Wah, dia lucu sekali!"

Gadis indigo itu mengulurkan tangannya untuk menggendong buah hati dari Sakura dan Sasuke itu, dengan senang hati Sarada kecil menerima uluran tangan Hinata. Sekejap kemudian Sarada sudah berada dalam dekapan Hinata.

"Sepertinya anakku menyukaimu, Hina-chan," ucap Sakura.

Hinata hanya cengengesan mendengar perkataan Sakura, "Jadi ada apa Kakak mengajakku bertemu?" tanyanya.

"Ayo masuk,"

Mereka berdua pun masuk ke dalam Caffe.

Suasana Caffe siang ini tak begitu ramai. Hinata tak henti-hentinya mengajak Sarada kecil bermain dan sesekali mengajaknya berbicara. Ya, Hinata sangat menyukai anak kecil. Meskipun sifatnya galak tapi dia bisa bersikap lembut pada anak kecil.

Sementara Sakura terus mengedarkan matanya menelusuri setiap inci ruangan berharap menemukan seseorang yang dia cari. Mata emerald-nya menangkap sesosok pria bersurai coklat panjang tengah menyesap pesanannya tanpa menyadari keberadaan Sakura dan Hinata.

Tangan ibu muda itu mulai meraih tangan milik Hinata, mengajaknya untuk mengikuti langkah kakinya. Hinata hanya mengikuti perintahnya saja.

"Maaf membuatmu menunggu Kak Neji," Sakura menyapa pria yang diduga adalah Neji.

Neji mendongak, mata bulannya menangkap sosok gadis indigo yang menggendong anak kecil yang begitu akrab dengannya. Seketika itu dia langsung berdiri dengan wajah memelas menahan tangis.

"A-apakah benar dia Hinata?" tanya Neji dengan suara purau.

Hinata memandang wajah pria itu bingung, berusaha mencari tau maksud perkataan Neji.

"Seperti yang ku katakan, dialah kekasih Naruto," balas Sakura dengan senyuman puas.

Akhirnya semuanya pun duduk dan mulai memesan minum.

"Kak, siapa dia?" Bisik Hinata.

"Ah, aku hampir lupa memperkenalkan Neji padamu. Dia Hyuuga Neji, kakak sepupu mendiang Hinata,"

Hinata tercengang mendengar perkataan Sakura.

"Jadi kau Hinata?" tanya Neji.

Hinata melirik ke arah Neji, "Ya, ada apa?"

"Aku benar-benar merasa bermimpi bisa melihat adikku dari wujudmu setelah sekian lama dia meninggalkanku,"

"Hey, wanita aneh! Aku bukan adikmu!" tegas Hinata.

Neji sweatdrop ria mendengar ucapan Hinata, sementara Sakura berusaha menahan tawanya.

"Pfft... huhh~ .. Hinata dia laki-laki," bisik Sakura. Mendengar itu Hinata langsung menyengir kikuk.

"E-eh, maafkan aku. Ku kira kau wanita," Tangan mungilnya menggaruk tengkuknya yang gatal.

"Tak apa," Neji tersenyum maklum, "Omong-omong, apa margamu?" lanjutnya.

Sebelum Hinata menjawab, tiba-tiba saja pesanan mereka datang. Sakura dan Hinata mulai menyesap sedikit mocca late milik mereka, lalu melanjutkan perbincangan.

"Aku tak punya marga,"

***

Malam itu, Naruto baru saja pulang dari kantor. Hari ini tampaknya dia begitu sibuk sampai-sampai jam pulangnya lebih larut dari biasanya.

Hinata menyambut kedatangan kekasihnya dengan riang. Tak biasanya.

"Mau kopi atau teh?" tawar gadis itu.

"Kali ini aku ingin kopi, Hime" balasnya.

Hinata berlenggang ke arah dapur untuk membuatkan kopi yang diinginkan oleh kekasihnya, sementara Naruto melonggarkan dasinya dan duduk disofa. Lengan kekarnya menyelusup ke dalam kantung celananya, sesaat kemudian dia tersenyum.

Gadisnya datang dengan membawa secangkir kopi hangat dengan asapnya yang masih mengepul.

"Ini, hati-hati masih panas," Gadis itu duduk disamping kekasihnya.

Naruto meraih cangkir yang digenggam oleh Hinata tadi lalu menyeruputnya perlahan.

"Ah~ rasanya manis, aku suka sekali" puji Naruto.

"Pak tua, kau berlebihan."

"Aku serius, dattebayo!"

Hinata mendesah pelan, "Baiklah, setidaknya kali ini kopi buatanku tak membuatmu keracunan,"

Naruto tertawa renyah, "Jika aku keracunan, aku memilikimu sebagai obatnya," godanya.

Hinata mendecak sebal, "Berhenti bersikap seperti anak muda, Pak tua,"

"Aku masih muda, dattebayo!" balas Naruto sambil cemberut lucu.

"Cih, bahkan usiamu hampir kepala empat," Hinata terkekeh.

"Lantas, kenapa kau mencintaiku Hime?"

Kekehan Hinata langsung terhenti, pipinya langsung berubah memerah. "Uh.. baiklah. Tapi memang seharusnya aku tak mencintai laki-laki tua ini," elaknya.

"Apa kau menyesal mencintaiku?" Kali ini nada bicara Naruto berubah serius.

Hinata berbalik menatap mata shappire Naruto, "Hey, aku hanya becanda tuan pemarah,"

Tangan mungil itu mengelus lembut pipi bergaris milik kekasihnya, tapi tangan Naruto menghentikan pergerakan Hinata.

"Becandamu sama sekali tak lucu, Hime," ucap Naruto dengan nada yang teramat dingin.

Baru kali ini Naruto bersikap seperti itu pada Hinata. Gadis itu merasa bersalah karena telah berlebihan menggoda Naruto sampai dia benar-benar marah.

"Naruto-kun, maafkan aku"

Baru kali ini suara Hinata yang selalu garang dan tak acuh berubah melembut selembut pantat bayi (?)

Naruto perpura-pura seakan tak peduli, dia ingin membuat Hinata merengek agar dirinya memaafkan Hinata.

Hinata tau dia sedang dibodohi oleh kekasihnya itu, tiba-tiba saja tangannya menggelitiki tubuh kekar kekasihnya.

"Hahaha.... Hinata hentikan! Haahaha.. ini geli Hinata!!" Naruto memekik kegelian menahan gelitikan tangan Hinata.

"Tidak Naruto-kun. Aku takkan berhenti,"

Mereka terus becanda tawa, tak peduli dengan malam yang semakin larut.

Tbc...

Ehm..ehm.. info !
Beberapa chap lagi ini bakalan ending. Sepertinya sementara waktu aku pengen rehat dulu deh biar gak terus mikirin bikin ff. Hhe

Akhiri membaca dengan comment ya *^▁^*

[ 2 ] DIFFERENT [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang