[ Naruto Pov ]
"Aku... benci... padamu..."
Perkataan itu terus berulang memekik diindra pendengaranku, rasanya seribu pedang menyerbu bersamaan menghantam segumpal darah yang berada didada kiriku.
Aku tau Hinata salah paham mendeskripsikan ucapanku. Aku hanya ingin dia tau kalau aku mencintainya dengan setulus hatiku.
Mungkin iya, awalnya aku tertarik padanya karena wajahnya mirip dengan Hinata di masa laluku. Tapi sejak dia bersama denganku selama ini, bersikap konyol dan kasar yang sangat jauh berbeda dengan Hinataku dulu itu cukup membuatku menaruh perasaan padanya.
Aku tau dia berbeda, justru perbedaannyalah yang membuatku sadar akan rasaku.
Beberapa kali aku mengetuk pintu kamar, membujuknya untuk keluar. Sejak perbincangan tadi dia berlari mengunci dirinya disana.
"Hinata ku mohon buka pintunya! Ini tak seperti yang kau kira!" Pekikku sambil menggedor lebih keras lagi.
Hinata sama sekali tak meresponku, sungguh dia gadis yang keras kepala.
"Hinata, aku sungguh mencintaimu bukan karena kau mirip denganya! Ku mohon dengarkan aku!"
Dia masih tak menggubris ucapanku.
Aku mengacak surai kuningku dengan frustasi, rasanya lebih baik aku mati dari pada seperti ini.
[ Author Pov ]
Suara pintu terus berirama, membuat telinga Hinata perih. Terdengar beberapa ketukan, dobrakan bahkan mungkin tendangan frustasi dari luar sana tapi tak membuat sedikitpun perasaan Hinata goyah untuk membuka pintu itu.
Dia menangis sesenggukan dengan kedua lengan yang menyiku melingkari kakinya, memeluknya erat menahan pedih dan rasa ngilu yang dia rasakan atas ucapan Naruto tadi.
"Sesakit inikah rasanya cinta? Hiks, kenapa Tuhan kau selalu membuatku terus menderita!" ucapnya lirih menahan tangisnya yang semakin pecah.
Sejujurnya entah kenapa dan kapan Hinata bisa merasa bahwa dia mencintai Naruto. Dari awal pertemuan saat Naruto memeluknya, dia selalu berfikir kenapa dan kenapa.
Rasa ingin taunya pada Naruto yang selalu bersikap seakan mengenal Hinata membuatnya terjun dalam rasa yang namanya cinta. Perhatian Naruto, tatapannya yang menyejukkan dan semua tentang Naruto membuatnya haus dan semakin haus. Naruto bagaikan Narkoba yang membuatnya kecanduan. Gila memang.
Telinganya masih jelas bisa mendengar suara baritone pria itu yang berteriak-teriak dan memohon padanya. Hatinya merasa iba, tapi entah kenapa raganya enggan untuk bergerak.
"Hinata, maafkan aku! Aku memang menyakiti perasaanmu tapi ku mohon keluarlah"
"Apa aku harus mati agar kau memaafkanku?!"
Hinata mendongak dengan pekikan Naruto barusan. Mati? Apa dia gila?
Ya Naruto memang gila karena Hinata, dia benar-benar sudah tak waras karena gadis muda itu.
Terus apakah Hinata akan diam saja?
Itu mungkin hanya gurauan belaka agar Hinata bisa keluar dan menemuinya.
Tapi jika itu terjadi?
Tidak. Itu tidak boleh terjadi.
Suara Naruto bahkan sejak tadi sudah menghilang, dia juga tak berusaha menggedor pintu lagi.
Jantung Hinata berdebar-debar, dengan secepat kilat dia berlari ke arah pintu dan membukanya dengan kasar.
Naruto?
Tidak!! itu tidak mungkin!!
"NARUUTOOO!!!"
- T B C -
Don't forget to leave a vomment !
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 2 ] DIFFERENT [ Completed ]
RomanceSQUEL dari fanfic pertama "Sebuah Jawaban" Disini diceritakan bahwa Naruto bertemu kembali dengan Hinata setelah bertahun-tahun dia ditinggalkan Hinata yang menderita Leukimia Namun, Hinata yang dulu pendiam, lemah lembut, sopan dan feminim yang dia...