To : Daffa
Daffa lo baik baik aja kan?kalo ada masalah cerita kek, kirimin alamat rumah lo! Gue bener bener bener khawatir.Alena menekan send pada ponselnya. Beberapa kali ia mulai gelisah dan melihat ponselnya berharap Daffa membalas pesannya. Hingga ia hampir saja tertidur karena lelah menunggu balasan, tepat jam 11 malam Mamanya mengetuk kamar Alena dan mengatakan bahwa seseorang sedang mencarinya.
Ia berfikir itu pasti Rio, dengan wajah hampir mirip dengan zombie yang memakai piyama dan rambut yang digulung seadanya ia membuka pintu. Setelah membuka pintu ia membulatkan matanya terkejut karena Daffa dengan senyum lebar berada didepan pintunya namun karena tidak percaya Alena mencoba menutup kembali pintunya dan mencubit pipinya sendiri.
"Auuw. Orang itu bener bener seperti hantu datang sesuka hatinya!" ucap Alena dengan kesal namun terselip senyum di bibirnya.
Dengan cepat ia membenarkan rambutnya agar menjadi rapi. Dengan rambut terurai yang berwarna hitam itu pipinya tampak tirus. Ia pun membuka pintu "Daffa?" ia menyapanya.
"Len..." ucap Daffa "rumah gue di blok AB nomer 12" sambungnya.
"Oh itu iyaiya" jawabnya dengan nada datar "Heh. Itu kan deket banget sama rumah gue cuma beda blok aja." sambungnya setelah menyadari bahwa mereka tinggal di perumahan yang sama, hanya berbeda blok.
Daffa tiba tiba menjitak kepala Alena "Dasar oon" ucapnya dengan tertawa.Karena malam itu sangat sejuk mereka berkeliling komplek dengan suasana hening sampai akhirnya suara Alena memecahkan keheningan.
"Lo nggak mau ngomong apa gitu?" ucap Alena yang berdiri di depan Daffa.
"Mau ngomong apa?"
"Eh ditanya malah balik tanya ni anak!"
"Gue sakit."
"Sakit? sakit apa? serius? udah di obati apa belum?..." ucap Alena yang terhenti karena Daffa menarik tangannya.
"Kata dokter gue cuma demam. Besok kita nge-gym bareng yaa? lo masih rajin ke tempat gym kan?" ucap Daffa dengan senyum lebar.
"Iya lah kan udah lo bayar trial untuk 5 bulan. tapi lo bener baik baik aja kan? terus kalau cuma demam kenapa sering absen sekolah?" Tanya Alena penasaran.
"Bosen sekolah!" Daffa lalu tertawa.
Alena kesal dengan perkataannya lalu menjitak kepala Daffa dan pergi."Ngomong ngomong lo khawatir sama gue ya? Ciee lo suka sama gue? terus Rio? jangan jadi play..." sebelum kalimatnya selesai Alena menutup bibir Daffa dengan tangannya dan ia pergi ke sebuah bangku.
Mereka berdua duduk di kursi yang disampingnya terdapat sebuah lampu yang mengahangatkan suasana malam itu. "Daff," Alena yang berbicara kemudian berhenti."Hm?"
Beberapa detik kemudian.
"Eh! kok nggak jadi ngomong? apa?" ucap Daffa dengan kesal.
"Nggak. Udaranya sejuk gue suka" Alena tersenyum lebar.
"Yaelah." ucap Daffa datar. Ia tau bahwa sebenarnya Alena ingin membicarakan hal penting namun ia memilih membiarkannya karena ia ingin Alena terbuka untuknya tanpa ada paksaan.
"Pulang yuk! Nanti kalau kelamaan lo bisa sakit." ajak Daffa yang kemudian ia mengantarkan Alena hingga sampai dirumah. Tanpa berbicara apa apa mereka pun berpisah. Alena memasuki kamarnya dengan ragu karena masih terselip pertanyaan di hatinya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Sunshine
RomantikDaffa adalah seorang yang merubah kehidupan Alena Savita dan tanpa sadar mereka saling jatuh cinta. Namun takdir berkata lain. Leukemia membuat kisah cinta mereka berlika liku. Adanya orang ke tiga di kota Paris yang beraroma romantis ini membuat Al...