14 - Bye Bye Daffa

467 43 11
                                    

Alena membawa beberapa tangkai bunga matahari, dan sate kerang kesukaan Daffa. Seperti biasa Daffa melahap makanannya dengan mengobrol,

"Sekarang makin kurus ya." Daffa mencubit pipi Alena, yang membuatnya meringis ke sakitan.

"Aw. Sakit tau Daff," Alena menekan nekan pipinya yang kesakitan lalu "kan gue sekarang udah rajin diet plus rajin olah raga" sambungnya.

"Sekarang berapa timbangannya?"

"Nggak tau, belum pernah nimbang sama sekali" Alena memenyunkan bibirnya.

"Yaudah gapapa, yang pentingkan makin cantik dan..." ucap Daffa jail.

"Dan apa?" Alena melirik tajam ke arah Daffa.

"Sexy." Daffa tersenyum meringis.
Mereka mengobrol sangat lama yang tanpa di sadari matahari sudah berada tepat di atas. Saat Alena hendak pulang suara pintu diketuk, "iya masuk," ucap Daffa "hai Bro." sambungnya ketika mengetahui bahwa itu Daffi. Alena menolehkan kepalanya dan melihat Daffi, ia mengemasi barang barangnya dengan sangat cepat dan keluar kamar, namun sebelum ia melangkah kan kakinya Daffa memegang tangan Alena dan menghentikan langkahnya, "Tunggu sebentar jangan pulang dulu." ucap Daffa.

"Kenapa?" tanya Alena, lalu ia meletakan tasnya dan duduk di sofa.

"Daffi cepet duduk di sebelahnya."

"Ha?" ucap Daffi bingung, akhirnya Daffi duduk disebelah Alena.

"Kalian boleh pergi kalo gue udah tidur." ucap Daffa. Alena dan Daffi ingin menolak permintaannya namun karena melihat Daffa memohon bahkan menggunakan leukemianya sebagai alasan, mereka tidak mampu menolak. Daffi dan Alena duduk berdekatan tanpa kata, mereka hanya diam menunggu Daffa tertidur.

*****

Alena bangun pagi, ia menyiapkan beberapa sushi roll lalu meletakan di dalam kotak makan. Alena menggunakan rok celana pendek rempel hitam selutut dan kemeja sifon berwarna pink sangat cocok untuknya, beberapa kali pintu rumahnya diketuk yang dibalik pintu adalah Daffa. Mereka pergi dengan mobil ke sebuah pantai yang dulu pernah di kunjungi.

Setelah sampai Alena mengeluarkan kotak makan, mereka melahap sushi roll dengan angin laut dan ombaknya yang indah. Tanpa di sadari hampir seharian mereka bermain di pantai,

"Mau liat matahari terbenam?" tanya Daffa.

"Dimana?" Daffa langsung menarik tangan Alena dan membawanya ke atap sebuah goa di dekat pantai. Setelah sampai di atap goa mereka mengambil tempat di bawah pohon, beberapa menit lagi matahari akan terbenam. Saat matahari mulai terbenam, cahayanya perlahan mulai menghilang tangan Daffa menyentuh pipi Alena dengan pelan pelan, Alena hanya mematungkan diri dan membulatkan matanya. Dengan extra pelan pelan Daffa mendekatkan wajah dan bibirnya mulai menyentuh bibir Alena. Alena hanya diam tanpa reaksi, ciuman itu begitu lembut ada getaran aneh yang mereka rasakan. Sampai akhirnya Alena yang sedari tadi kikuk tak berdaya akhirnya membalas ciuman Daffa dengan sangat amatir sekali. Mereka saling menikmati, tidak tergesa-gesa. Setelah beberapa menit Alena melepaskan ciumannya. Wajahnya merah karena malu dan suasanya menjadi sangat canggung.

Daffa menyandarkan kepalanya pada pundak Alena dan mereka berdua menikmati matahari terbenam hingga cahayanya menghilang di telan lautan. Setelah merasa puas melihat cahaya terakhir Alena tersenyum lalu membangunkan Daffa. "Daff..." ia meng goyang - goyangkan lengan Daffa dengan lembut, namun Daffa tak kunjung membuka matanya. Alena mulai khawatir dan menghubungi rumah sakit.

Ambulance datang dan membawa Daffa pergi. Sesampai di rumah sakit dokter memeriksa keadaannya, setelah beberapa jam kemudian beberapa dokter keluar dari ruangan dan mengatakan waktu kematian. Keluarga Daffa menangis histeris terutama Mamanya "Dokter Daffa anak yang baik tolong selamatkan dia sekali lagi" ucap Mama Daffa.

Alena hanya mematungkan diri yang air matanya tidak berhenti keluar. Lalu Daffi datang dan menepuk pundaknya "maafin gue" tanpa menghiraukan ucapan Daffi, Alena pergi mengabaikannya.

*****

"Daffa gue ada dipantai, apa lo ada disini?" ucap Alena kepada angin laut malam. Tanpa Alena ketahui, Daffi mengikutinya sejak di rumah sakit tadi ia mengawasinya dari jarak jauh. Mereka berada di pantai hingga matahari terbit, lalu tiba tiba Alena pingsan. Dengan cepat Daffi membawanya ke rumah sakit.

Dokter mengatakan bahwa Alena akan segera sadar dia hanya membutuhkan istirahat dan tidak boleh terlalu stress. Lagi lagi Daffi membenci dirinya sendiri.

*****

Hari ini pemakan Daffa, semua bunga matahari di siapkan oleh keluarganya. Satu persatu bunga matahari diletakkan didalam peti.

"Sayang Mama sudah siapkan bunga ke sukaan kamu, kamu yang tenang di sana ya? Mama sayang kamu" ucap Mamanya.

Alena berdiri tepat di depan peti dan memegang beberapa tangkai bunga matahari, ia meletakan bunga di dalam peti.

Setelah pulang dari pemakaman Alena memasukan beberapa pakaian dan keperluan sehari hari. Setelah selesai berkemas ia pergi ke bandara.

Alena menunggu dikursi tunggu, ia memegang tiket pesawat, paspornya dan sepucuk surat berwarna kuning. Matanya lebam karena menangis seharian.

*****
TBC

Yeee... Akhirnya update juga. Makasih buat kalian semua yang udah vote dan comment cerita aku;)

The Last SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang