Author pov
At Kalverstraat apartmentSinar bias matahari terhalang oleh bentangan gordyn yang menutupi hampir seluruh jendela kamar yang bernuansa cokelat keemasan. Dan sepasang ayah dan anak masih sibuk bergelut dengan bedcover tebal yang mereka kenakan.
Tak lama terdengar dering ponsel yang berada di atas nakas tepat di sebalah kanan kasur berukuran king size tersebut.
Pemilik ponsel itu pun segera mengambil ponselnya dan mengangkatnya telfon.
Beberapa menit perbincangan antara pemilik ponsel dan seseorang yang berada di seberang sana, ia pun segara mengubah posisinya menjadi duduk dan meregangkan otot ototnya. Ia berjalan mendekati jendela besar yang berada di kamarnya itu. Dan membuka gordyn yang menutupi seluruh permukaan jendela. Membiarkan sinar matahari pagi masuk penembus kaca jendela.
Ia berjalan menuju kamar mandi bertujuan untuk membasuh wajahnya tanpa berniat untuk mandi.
Lalu ia berjalan mengarah ke dapur dan mengambil 4 lembar roti tawar dan ia oleskan selai cokelat di atasnya. Tidak lupa membuat 2 gelas susu cokelat hangat. Setelah puas mengisi perutnya, ia kembali berjalan ke arah kamar dan mendekati bocah kecil yang masih tertidur.
"jungkook, bangunlah. Ayo sarapan. Bangunlah nak"
Jungkook pov
Di tengah kegiatan tidurku, tiba tiba aku mendengar suara yang terdengar asing namun juga tudak asing bagi ku. Aku pun mencoba untuk membuka kedua mataku. Lagi lagi kepala ku terasa pusing.
Ku edarkan seluruh pandangan ku ke setiap sudut ruangan. Asing. Sangat asing.
"jungkook ayo sarapan"
Mendengar suara itu lagi, aku segera menoleh ke arah suara. Ayah? Benarkah itu ayahku?
"ayah? Apa benar itu kau?" tanyaku dengan polosnya. Orang yang kupanggil ayah itu tersenyum ke arahku. "tentu saja. Siapa lagi kalau aku bukan ayahmu? Cepat bangun dan sarapan" balas ayahku. Ia pun pergi meninggalkan ku yang masih dilanda kebingungan.
Benarkah ia ayahku? Kalau memang benar ia adalah ayahku, ia sangat berubah.
Aku berjalan keluar dari kamar. Aku belum pernah tau tempat ini sebelumnya. Jdi aku bingung harus berjalan ke arah mana/?
"dimana ruang makan?" tanyaku. Tiba tiba ayahku datang dari arah sebelah kiri. "Kau lurus saja" balas ayah. "oh baiklah" aku pun berjalan ke arah yang ditunjukan oleh ayah.
Sudah ada roti tawar dengan selai cokelat dan susu cokelat hangat di atas meja makan. "apa ayah yang menyiapkan semua ini?" tanyaku pada diriku sendiri. "sudahlah. Yang penting aku bisa sarapan" ucapku sambil mengambil roti tawar itu dan memakannya.
Beberapa menit aku menghabiskan sarapanku,kemudian aku berjalan ke arah ruang tengah. Dan menonton tv. Tapi aku bingung. Mengapa pengisi acaranya tidak berbahasa Korea? Bahkan aku tidak tahu sedikitpun mereka berbicara apa. Kalau berbahasa inggris aku masih bisa sedikit memahaminya. Tapi ini? Entahlah. Aku hanya bisa menikmati gambarnya tanla bisa mengerti apa yang dikatan.
Tak lama ayah datang menghampiriku dengan sudah memakai pakaian rapih. Ayah benar benar berubah sekarang. Sekarang ia sudah tidak bekerja di pasar lagi. Mungkin sekarang ia sudah bekerja di perusahaan terkenal.
"mengapa kau memandangi ayahmu seperti itu? Ada yang salah?" tanya ayah sambil merapihkan bajunya. "tidak. Tapi ayah sekarang benar benar berubah" ucapku sambil memandangi ayahku dari kaki hingga kepala. "karena ayah sudah tidak bekerja di pasar lagi seperti dulu. Ayah juga sudah tidak ingin memarahimu lagi seperti dulu" ucap ayah kemudian duduk di sebelahku.
"ayah, apakah tv ini rusak? Mengapa pengisi acara berbicara bahasa aneh?" tanyaku. "di tv ini tidak ada yang rusak"balas ayah. "lalu?" lanjutku. "itu karena kita sedang tidak di seoul" bakas ayahku. "apa!? Kita sedang tidak di seoul? Lalu sekarang kita ada di mana?" tanyaku yang terlampau terkejut. "kita sedang berada di Belanda" balas ayah lagi. Aku tidak bisa berkata apa apa. Ini kali pertama aku bisa keluar seoul.
"ya sudah ayah akan berangkat kerja dulu ya?" ucap ayah. "baiklah" balasku singkat.
Author pov
Sang ayah pun berjalan keluar dari kamar apartemen.
"sampai kapan aku harus berpura pura baik kepada anak menyusahkan itu? Ini sangat memuakan" ucap sinis sang ayah.
.
.
.
.
Jungkook terlihat sangat bosan. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia pun berbaring di sofa itu dan akhirnya kembali tertidur.
.
.
.
.
At jungkook father's officeSang ayah berjalan dengan terburu buru memasuki gedung kantornya. Ia segera menuju ruangannya dan langsung mendudukan diri. Sejenak ia senderkan kepalanya pada senderan kursi yang tengah ia duduki. Dan kemudian segera membuka map map yang sudah ada di atas meja.
Matanya beralih menuju kalender yang berdiri manis di atas meja kerjanya. Dan ia melihat tanggal yang diberi tanda olehnya.
"jadi hari ini ada meeting? Baiklah" gumamnya sendiri.
Setelah selesai menandatangani isi dari map map tersebut, ayah jungkook segwra keluar ruangan dan berjalan ke arah ruang rapat
.
.
Sudah banyak orang di sana. Aku segera mendudukan diri tepat di sebelah pemimpin rapat kali ini."baiklah, karwna semuanya telah berkumpul, mari kita mukai rapat kali ini usaha penguasaan wilayah. Sebelumnya staf para perancang telah berhasil mebuat sebuah alat. Alat ini dapat melumpuhkan ingatan orang yang memakainya. Dan minggu deoan kita akan mencoba alat tersebut." jelas pemimpin rapat tersebut.
Setelah 1 jam lebih mengadakan rapat, akhirnya rapatpun selesai. Ayah jungkook kembali berjalan menuju ruangannya. Tapi barj beberapa ia melangkahkan kakinya, ia dipanggil oleh seseorang yang sangat ia hormati. Pimpinan.
"ada apa pak?" tanya ayah jungkook. "pastika minggu depan akan berjalan dengan baik. Mengerti?" ucap pimpinan. "baik pak. Saya mengerti" balasnayah jungkook. "bagus" ucap sang pimpinan sambil memegang bahu ayah jungkook.
"aku harus bisa meyakinkannya" gumam ayah jungkook sambil berjalan ke arah ruangannya.
.
.
.
.
To be continue^^
Vote and comment please
Thanks{}
KAMU SEDANG MEMBACA
alone and sadness [COMPLETE]
Fanfictionmasa kecil yang bahagia dan menyenangkan. siapa yang tidak ingin memiliki masa kecil seperti itu? semua orang pasti menginginkannya.