Part 1

2K 91 20
                                    

-Glory-

"Hei!" Aku merangkul kedua temanku yang sedang berjalan menuju sekolah sambil bercandaan, mereka berhenti melangkah dan melihatku secara bersamaan.

"Wah, kantung matamu makin besar aja ry!" Yap, mereka memanggilku riri meskipun namaku glory.

"Mang iya yah?" Aku meraba-raba mataku belaga peduli yang sebenarnya tidak.

"Ngaca aja sendiri!" Temanku yang berambut panjang dan selalu mengepang rambutnya ini memiliki nama yang sangat pasaran di Indonesia,haha putri. Dan temanku yang memiliki rambut panjang namun selalu menggerainya ini bernama sasa. Mereka adalah temanku semenjak kami masuk di sekolah ini, ya kami bersekolah disekolah elite dan favorit di wilayah kami, di Jakarta tentunya.

Kami sudah hampir 3 tahun disini, kami hampir menyeleseikan masa wajib belajar kami dan siap menggapai cita-cita kami, ssshh cita-cita kami? Ah kebanyakan murid disini adalah boneka orang tua kami, termasuk aku.

"Aisshh, dapat rangking 10 pararel nih gua, dari belakang!" Aku menghembuskan nafas kepedihan melihat peringkatku disekolah ini yang sangat-sangat menyedihkan, putri dan sasa selalu berada diatasku namun tidak jauh-jauh juga dariku, dan aku? Selalu payah! Dari dulu memang salah aku masuk jurusan IPA, tapi banyak orang yang bilang salah masuk jurusan bukan berarti masa depanku suram. Apa iya ya? Entahlah.

"Lo gapapa?" Tanya putri ke gua, ya jelas gue jawab gapapa.

"Gapapa tuh, mang napa?" Tanya gue.

"Orang tua lo, nggak kena marah lagi?" Tanya sasa.

"Ya mau gimana lagi sih? Perasaan gue udah belajar giat tapi ya gitu-gitu aja, kalau dimarahin ya didengerin." Kata gue, nenangin diri gue sendiri, haha.

"Makanya belajar dong!" Yah dia lagi. Laki-laki yang nyebelin, paling nyebelin dikelas ini karena sikap dia yang dingin dan kalau ngomong suka nyakitin hati orang, meskipun dia pintar tapi temen dia nggak banyak, tapi dia nggak peduli sama orang-orang yang ada disekitarnya, yang dia anggap penting dan berguna buat dia bakal dia deketin yang dianggap ga berguna atau gak penting baaah sama sekali nggak akan direspon sama dia.

"Apa sih lu!" Kata gue, putri dan sasa pun langsung menghindar karena memang 1 minggu ini gue kedapatan duduk disamping manusia nyebelin ini, namanya sih bisma.

"Emang lo nggak malu apa? Dapat peringkat segitu?" Tanya bisma, gue Cuma diem aja, mau bales males!

"Eh gue lagi ngomong nih." Bisma nyenggol siku gue terus gue lihatin dia.

"Napa emang? Gue biasa aja tuh, mang bisanya gini kok." Kata gue.

"Bayangin deh perasaan orang tua lo, pasti malu banget tuh punya anak yang nggak bisa dibanggain gitu, padahal ayah lo aja pejabat penting di Negara ini, dan ibu lo dokter. Minimal lo bisa lah jadi dokter." Kata bisma. "Gue ngerti banget perasaan ibu seorang dokter, lo tau kan mama lo suka cerita tentang lo ke mama gue, kan mereka satu instansi dirumah sakit." Sambung bisma, gue gak peduli, gue bener-bener males bicara sama anak satu ini, lebih-lebih sampai rumah mama pasti... ah sudahlah.

"Terserah lo mau ngomong apa, gue dengerin." Kata gue akhirnya nyerah mau dia ngomong apa gue dengerin aja..

Sampainya dirumah, gue kaget aja ya motornya bisma udah nyampai didepan rumah gue, entah ngapain dia kerumah gue tapi kemungkinan besar ambil berkas mamanya yang dititipin ke mama gue.

"Riri pulang." Bisma sama mama langsung noleh ke gue.

"Gimana nak hasilnya tengah semester kemarin? Nak bisma masuk peringkat 5 besar lagi loh." Kata mama, gue Cuma senyum aja.

Star In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang