"Gue nggak mau jadi saudara lo." Ucap bisma, aku terdiam.
"Gue suka sama lo, Glory."
Aku kembali ingin melepaskan pelukan bisma namun tetap tidak bisa, apa yang ia maksud? Bisma menyukai-ku?
"Gue tertarik sama lo, Glory." Ucap bisma.
"Gimana kalau kita ambil posisi orang tua kita, gimana kalau kita aja yang pacaran?" Tanya bisma, membuat jantungku seakan tak berdetak lagi karena terkejut, aku seperti kehilangan oksigen, aku tak mampu berkata lagi, aku benar-benar ingin mati sekarang...
Apa perkataan bisma tulus?
Hanya hatiku yang masih berfungsi, dan itulah pertanyaan yang ada didalam hatiku.
"Apa perkataan bisma tulus?"
-Bisma-
Aku sudah tidak dapat menahannya lagi, aku tidak menyukai ketika gadis itu menangis, benar-benar tidak menyukainya.
Aku memeluk tubuhnya, aku ingin menjadi sandarannya sekarang, menjadi tempat ia meluapkan segala emosi.
"Gue nggak mau jadi saudara lo."
"Gue suka sama lo, Glory."
Itu adalah kata-kata yang tak kuduga sendiri aku akan mengucapkannya, aku benar-benar sudah terjerat oleh gadis ini, aku sudah memiliki kelemahan sekarang. Ya gadis ini adalah kelemahanku sekarang.
Ketika ia bahagia, aku tenang.
Ketika ia menangis, aku marah.
Kenapa aku bisa menjadi seperti ini? Kamu kenapa bisma?
Glory tak menanggapi pertanyaanku, aku memang gila karena mengajukan pertanyaan seperti itu diwaktu yang sedang kacau seperti ini, kamu menang benar benar gila bisma!
"Besok sabtu, besoknya lagi minggu." Kataku, dia masih terisak didadaku, hm aku menyukainya. Hehe.
"Gimana kalau kita nggak pulang aja?"
Aku memiliki ide gila, anggap saja sabtu besok adalah hari tanpa beban pikiran, hari tanpa ada mama glory dan papaku, aku ingin mengajak Glory pergi jauh-jauh dari sini.
"Ayo kita pergi." Aku memegang kedua pundaknya, menjauhkan tubuh Glory dari tubuhku.
"Maksud lo, bis?"
Aku tak menjawab pertanyaan Glory lagi, aku langsung menariknya menuju mobilku, kebetulan aku membawa mobil hari ini.
"Bisma! Mau kemana?" Tanya Glory, aku tetap tidak menjawab.
"Emang lo udah ada SIM?!" Tanya Glory lagi, dia sampai lupa menghapus air matanya.
"Bisma!"
"Ry." Aku memanggilnya dengan lembut, lalu aku meletakkan kedua tanganku di kedua pipinya.
"Mending lo hapus dulu air mata lo." Kataku sambil mengusap pipinya. "Kita mau kemana? Gue juga nggak tahu yang jelas pergi dari sini." Aku pun melepaskan pipi Glory lalu melajukan mobil..
*
Aku membaringkan tubuh Glory di tempat tidur. Aku memilih untuk pergi ke vila yang papa jarang datang kesini, dan itu di Bandung. Untuk pertama kalinya aku membawa mobil sampai Bandung.
Sesampainya di villa, aku melihat Glory sudah tertidur. Aku tidak tega membangunkannya jadi aku memilih untuk membopongnya sampai kekamar.
Glory cantik juga ya. Itu yang sedang ada dalam hati dan pikiranku, aku melihat Glory dengan teliti dari atas sampai bawah tanpa sadar wajahku semakin dekat saja dengan Glory!
KAMU SEDANG MEMBACA
Star In My Life
Teen Fiction"Hidupku selalu gelap, entah itu siang ataupun malam akan selalu gelap. Aku membutuhkan sebuah bintang agar aku bisa melihat dan mengetahui apa yang akan aku lalui. Apakah kamu, bintang itu?" -Glory. "Aku tidak membutuhkan siapapun didunia ini, aku...