Five. #5

2.5K 130 5
                                    

FARREL'S POV

"Koo Farrell!!!!!" teriak sebuah suara.

Aku membuka mata perlahan, Stephanie!
adik bungsuku, masuk ke dalam kamar, diikuti Josse anak pertama dari keluarga Santosa.

Pertanda buruk.

"Kamu? ngapain di sini, Steph?" tanyaku.

"Bangun, lo ga mau sekolah apa?" tanya Josse.

"Lo sendiri ngapain dateng ke sini? Lo berdua ga sekolah juga kan?" jawabku.

"Stephanie sakit! Dia kangen sama lo! Sampai kapan sih Rell, lo tinggal di apartemen kumuh ini. Pulang Rell, gue dan steph butuh lo," ucap Josse.

"Oh.. paham. Sekarang, lo berdua bisa pergi, gue mau mandi," ucapku.

PLAAK!

Josse baru saja menamparku, dan kulihat Stephanie menangis.

"Lo egois. Lo ga mikir Stephanie yang rela dateng ke sini padahal dia sakit!? Masih untung bokap ga ngebanned ATM lo, dan masih ngijinin lo pake mobil," ucap Josse.

"Gue kan ga nyuruh lo kesini," jawab gue seadanya.

"Lo emang keras kepala, Rell, ga ngerti terimakasih, milih ninggal keluarga dan tinggal di apartemen kumuh kaya gini," ucap Josse.

"Jadi lo nyalahin gue yang ninggalin keluarga? Hahahaha.. yang salah itu bokap, nyokap! Lu pikir gue bisa apa ngeliat bokap nyakitin nyokap terus!? Dan kalo lu mikir apartemen gue kumuh, lo bisa angkat kaki dari sini. Gue juga hemat lagi, duit di ATM gue juga tinggal dikit," jawabku berusaha menahan emosi.

"Lo pikir Stephanie gimana!? Dia masih kelas 4 SD, dan dia udah ngalamin hal kaya lo! Lo ga mikir gimana kasiannya Stephanie apa!?" seru Josse.

Terjadi keheningan di antara kami bertiga, sampai Stephanie menghampiriku dan menarik ujung bawah kaosku.

"Ko, Stephanie kangen main monopoli sama Ko Farrel, Ko Josse, Stephanie pengen koko pulang," ucap Stephanie sambil kembali menahan air matanya yang sudah mau menetes.

Gue hanya bisa diam. Gue..
Gue enggak tahu harus apa, dan bagaimana.

"Asal lo tau, Rell, gue lagi ngebut skripsi, waktu gue buat Stephanie engga seluang waktu lo buat dia, gue harap lo paham dengan apa yang gue bilang, Stephanie.. ayo pulang, kamu harus istirahat,"

Josse membuyarkan lamunan gue. Akhirnya, mereka pergi meninggalkan gue sendirian.

Sendirian.

Entah kenapa gue merasa sakit dan bergidik jijik. Gue jijik dengan diri gue.

06.15
Gue melirik ke arah jam dinding, setidaknya gue masih punya waktu buat mandi dan ke sekolah.

EMIL'S POV

"Papa!!!!" jeritku yang sontak membuat Papa menghentikan mobil.

"Kenapa sih, Em?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari Papa, aku langsung menuruni mobil dan menghampiri seorang cowok yang sedang di pukuli oleh dua orang preman.
Cowok, itu..
Farrel.

"STOPPP!!!!" Teriak gue.
"Gue bakal telpon polisi!" sumpah gue gak tau lagi harus bilang apa, cuma mendengar kata itu, mereka pergi dengan meninggalkan luka pada tubuh Farrel.

Aku melihat ke arah mobil Farrel, shit. Kaca mobilnya pecah, sebenernya dia kenapa sih!

Akhirnya, dengan di bantu Papa, gue membawa dia ke mobil. Well, alamat bolos deh gue.

[SKIP]

Farrel. Gue meneteskan air mata saat melihatnya tertidur. Entah tidur atau pingsan. Intinya, dari dia di mobil sampai di rumah gue, dia hanya menutup mata dan tidak berbicara satu kata pun.

"Aaah.." Farrel merintih kesakitan sambil memegang perutnya.

"Farrel? Lo udah bangun? Lo mau minum apa?" tanya gue.

"Ha? Lo.. Emil? Gue udah di surga ya?"

Surga? Ngaco nih bocah.

"Engga, Rell, lo di rumah gue. Tadi bokap dan gue nemuin lo lagi dipukulin gitu, sorry ya gue bawa lo kerumah gue," ucapku.

"Bae. Not Farrel. Remember?" ujarnya.

"Dih, sakit masih sempet modus lo," ucapku.

"Mobil gue! Anjir, mobil gue gimana?" seru Farrel tiba-tiba.

"Mobil kamu sudah di bawa anak buah Om, Farrel," ucap Mama yang datang membawa teh.

"Eeh, Tante.. maaf Tante, jadi repot gini," ucap Farrel.

FARREL'S POV

Gue meminum teh yang di berikan Tante Ruth, mama Emil.

Gila. Kenapa juga musti cewek ini yang menemukan gue?
Gimana nanti kalau dia nyeritain ke anak-anak di sekolah?

"Farrel, kok lo ngelamun sih? Mikir apa lo?" tanya Emil.

"Hm? Engga.. umm, lo rahasiain ini ya, jangan kasih tau anak-anak di sekolah,"

"Tenang Farrel, lagian apa untungnya?" ucap Emil sembari menyalakan TV.

"Bae, not Farrel," ucapku sambil tersenyum menggoda.

"Idih," jawab Emil cuek.

"Oh yaudah, gue cium lo besok, tau rasa deh lo," jawabku.

"Eeh mesum lo dasar!" seru Emil sambil menepuk pipiku.

"Aaw! Sakit bae, abis di pukulin malah tambah kamu pukul, anyway maaf ya bae kamu jadi ga sekolah nih," ucapku.

"Yelaah sok ga enak lu, udah santai aja,"

"Where is the 'bae' ?"

"Iya bae, santai aja" jawab Emil dengan menekankan kata bae sambil memutar matanya.

"Lo mau pulang?" tanyanya.

"Umm iya, ngerepotin gue nanti kalo kelamaan,"

"Maaa... Mamaaa? Nih Farrel mau pulang niiihhh," ucap Emil.

"Loh, kok udah mau pulang? Gamau sarapan dulu? Di anter Emil ya," ucap Mama.

"Udah kok Tante, gausah Tante saya bisa sendiri kok," jawabku sungkan.

"Gausah sok kuat deh lo, udah gue anter. Mana kunci mobilnya, Mah?" tanya Emil pada Mamanya.

Tidak lama kemudian gue sudah berada di mobil bersama Emil.

EMIL'S POV

"Jadi, ini kemana?" tanya gue.

"Ke McD yuk, laper gue," jawab Farrel.

"Tadi lo bilang udah sarapan, gimana sih lo?"

"Yee kan gue gamau nyokap lo ribut sayang, yuk ah..."

"Iya tapi jadi gue yang repot kan," ucapku sewot.

Akhirnya Aku menuju Mc Donald bersama Farrel.

Di Mc Donald, gue melihat Farrel memakan cheese burger miliknya dengan sangat lahap.

"Ga makan berapa lama lo?" tanya gue.

"Bae. Bukan lo, atau gue bakal cium lo nih," jawab Farrel.

"Anjir apaan sih! Udah buruan makannya, gue aja udah selesai,"

"Sabar sayang, kan aku menikmati," jawab Farrel.

[SKIP]

"Dimana rumah lo?" tanya gue.

"Ck! Bae. Bukan lo, Emil..."

"Iyaa, dimana rumah lo BAE?" ucap gue dengan terpaksa.

----------------------------------------

So, how? as ussualy, thanks for any vote and see you!
 


Thanks TOD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang