EMIL'S POV
"Oyyy ngelamun aja lo!" seru Felicy, salah satu sahabatku.
"Iya.. mikirin apaan lo?" balas Vita, sahabatku yang paling doyan makan.
"Ha? engga..." jawab gue seperti orang bego, "Anyway, lo tau Farrel anak kelas 12?"
"Kenapa lo nanya tentang dia?" tanya salah satu suara yang ternyata berasal dari Berlin, sahabatku yang lain.
"Lo suka dia, Em?" tanya Vita kepo.
"Idih, gue? Sudi banget deh gue suka cowok freak kaya dia," jawab gue acuh."Yee wajar kali kalau lo suka dia," ujar Felicy, "Dia kan ganteng, kaya, kapten tim futsal lagi," lanjut Felicy.
"Jadi lo tau dia?" tanya gue penasaran.
"Serius deh Em, kayanya yang gatau dia cuma lu doang. Siapa sih di sekolah ini, yang gatau Farrel Sonnie Santosa, anak dari Fajar Santosa," jawab Berlin semangat.
"Wait.. did you mean Farrel cowok freak, aneh, dan nyebelin itu anaknya Pak Fajar yang punya perusahaan kertas Matahari Jaya itu? Eh gila lo, serius dia anaknya???" tanya gue yang tidak percaya.
"Iya emang gitu, Emil.. lagian kenapa sih lo?" tanya Felicy.
"Engga, tadi malem gue bbm-an sama dia gitu," jawab gue seadanya.
"HAH!?" seru Felicy, Berlin, dan Vita serempak.
Akhirnya, gue menceritakan kejadian yang gue alami semalam.
"Oh.. iya, gue juga sekali tuh main TOD sama dia, abis itu udah ga pernah lagi, takut baper gue, Em," ucap Felicy.
"Gila lo Em, lo udah membangunkan singa yang tertidur kalo gitu, nanti gimana kalo dia nyari lo terus ngelakuin yang aneh-aneh?" ucap Vita dengan muka pucat.
"Yaelah, santai aja deh kalian. Ntar juga akhirnya Farrel sama Emil pacaran yakan.." ujar Berlin.
"HEH GILA LU! Sampe kapanpun, ogah banget gue pacaran sama dia!" seruku dengan emosi.
"Siapa yang kamu maksud, Emil?" tanya satu suara..
Anjir! Bu Ida.
"Eeh, Ibu, maaf Bu, engga kok bukan siapa-siapa Bu," dan Berlin, Felicy, dan Vita hanya bisa menahan tawanya.
Matematika, I'm coming...
[SKIP]
"Vit, kantin yuk, laper gue," ajakku.
"Enggalah, mager banget gue Em, nih liat, PR Sejarah gue aja belum ada setengah gue kerjain,"
"Yee lo sih, makanya PR kerjain di rumah, yaudahlah gue ajak Berlin, atau Feli? Yuk kantin," ucapku.
"Gue nitip nasi kuning aja 1 nih uangnya," ucap Berlin.
Akhirnya, Felicy dan gue menuju kantin.
Tiba-tiba...
BRUKK
"Ahh! Gimana sih lo, jalan liat-liat dong, asal jalan aja," ucap gue kepada seorang lelaki.
"Em, itu kakak kelas," bisik Felicy.
"Bodo amat, mau dia kakak kelas kek, kakak tua kek, sama aja! Liat nih seragam gue ketumpahan saos lo!" seru gue yang sekarang lagi menjadi sasaran tatapan anak-anak.
"Ya maaf, gue gak sengaja, sorry deh.." ucap cowok itu.
"Gamau tau gue, enak banget lo minta maaf. Seragam gue gimana woy!"
Tiba-tiba..
"Eh apaan sih Nji?" tanya seorang cowok.
"Eeh.. Emil, mending kita balik aja.." ucap Felicy.
Gue yang sibuk membersihkan baju, kembali menatap cowok yang menumpahkan saos tersebut namun,
Farrel. Farrel ada di hadapan gue, dan ini terasa nyata.
Ah bodo amat! Seragam gue kotor nih, mana abis ini PKN lagi, bu Agnes killer gak jauh beda sama bu Ida. Gila hari ini guru gue killer semua."Tunggu, lo.. lo tadi manggil dia siapa?" ucap Farrel sambil menunjuk gue.
"Emil," jawab Felicy yang kayanya hampir pingsan karena ngomong sama Farrel.
"Hahahaha..." tiba-tiba tawa Farrel meledak, dan Ia melanjutkan, "Oke, sekarang semua bubar, udah lo juga pergi aja, Nji. Biar gue yang urus. Mm.. lo bisa ikut pergi?" tanya Farrel ke Felicy.
"Apa maksud lo ngusir dia? Dia dateng sama gue dan lo, gak ada hak buat ngusir dia ya," jawab gue ketus.
Farrel hanya mengibaskan tangannya tanda tak peduli, dan berkata,
"Maafin temen gue tadi ya, Panji emang rada ceroboh, well, dia juga udah minta maaf kan tadi,"
ucap Farrel."Bodo amat," jawabku cuek dan mengajak Felicy pergi, namun..
Farrel menahan tanganku,
"Gue gak ngira kita bakal ketemu secepat ini, lo gak mau sama gue dulu gitu?" tanya Farrel.
"Demi bangkai onta juga gue gak akan mau sama lo!" teriak gue dan menggandeng Felicy meninggalkan kantin. Farrel? Dia hanya tertawa melihat gue.
Gue kembali ke kelas bersama Felicy dan langsung di beri beribu pertanyaan dari teman sekelas.
"Cepet banget berita nyebar," jawab gue cuek.
"Iyalah Em, lo itu berurusan dengan Farrel! Gimana gak jadi gosip coba," jawab Shenny salah satu teman yang ikut memberi pertanyaan.
"Minggir lo pada, sana.. hush.." ucap seorang cowok, Hansen.
"Yee apaan sih lo Sen! Gak asik," celetuk Renny salah satu temanku.
"Lu abis ngapain sih Em, sampe itu cewek-cewek ngerubungin lo gitu?" tanya Hansen.
"Dia itu abis ngelawan Farrel, tau kan lo?" ucap Berlin.
"Farrel kapten tim futsal? Waah, jamin dah, hidup lo ga bakal tenang disini," jawab Hansen asal.
"Mau lo apa sih! Bukannya ngehibur kek, malah bikin gue badmood," gerutuku pada Hansen.
"Yaelah, santai neng, yaudah nanti pulang sekolah sama gue aja, gue ajak jalan,"
"Cielaah dating dah lu berdua," ejek Vita.
"Idih, sudi banget gue dating sama cewe kaya dia, ini kan cuma karena dia lagi direndung amarah yang mendalam," ucap Hansen santai.
"Anjir lo sen, udah sana pergi!" usirku.
[SKIP]
Kasihan Hansen, dia udah setengah jam nunggu gue milih buku. Ya salah dia sendiri, ngajak gue jalan tapi gue yang milih tempat.
"Emily, udah yuk ah.. gila lo, udah 3 novel lo ambil, balik yuk laper gue Em," ucap Hansen.
"Yee lo yang ngajak, lo sendiri yang mengakhiri. Ntar deh, gue butuh satu novel lagi. Gotcha!"
"Koala Kumal, lo suka karangannya Raditya Dika?" tanya Hansen.
"Iya, abis lucu sih. Suka aja gue,"
Akhirnya, Hansen dan gue berjalan ke arah kasir dengan gue yang hanya membawa satu novel, hehe.
Tiba-tiba..
———————————
How do you think? Is it great? Thanks sudah meluangkan waktunya buat ngevote!So, to be continued and bye guys!

KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks TOD!
Novela Juvenil[On Editing] siapa sangka, gara-gara game sederhana yang biasa gue mainin, gue bisa jadiin dia sebagai perempuan gue? - Farrel Sonnie gara-gara permainan bodoh, cowok populer, sok, dan nyebelin itu bisa jadi cowok gue. aneh? - Emilia Sekar #451 in T...