Gue dalam perjalanan ke daerah Radio Dalam, balik ke apartemen gue. Hujan. Ish! gue benci hujan.
Aduh, duh.. ini kenapa lagi deh perut gue sakit gini?
Seven Eleven.
Gue pun berhenti, dan membeli minuman. Well, perut sakit gue cukup terobati karena roti selai kacang dan kaleng Coca-cola.
EMIL'S POV
Anjirr gue laper banget...
22.46
"Jam segini lagi, masak apa ya? Indomie kali ya?" batinku.
Aku pun bersiap menuju dapur, dan..
"Gosh... demi apaa ga ada satupun Indomie di sini,"
gue menghampiri Papa yang masih berkutat dengan laptopnya."Pah," panggilku.
"Hm? Loh, Em?"
"Aku laper nih Pah, pergi nyari makan dulu ya, Pah yaa.. boleh kan??" tanyaku.
"Laper? Yaudah sana, ati-ati ntar di begal," ucap Papaku ngawur.
"Yah si Papa, mah ngomongnya..."[SKIP]
Gue kemana ya? Apa ke warung nasi goreng tempat gue sama Hansen biasa makan? Iya deh, gue kesana aja kali ya..
"Eeh.. tunggu. Gue gak salah liat kan ya? Itu kaya Farrel deh.." gue berbicara dengan diri gue sendiri.
Gue melihat seorang cowok, tertidur di meja depan Seven Eleven. Gue menghentikan mobil, tepat di sebelah mobil..
punya Farrel. Ya, gue apal banget sama mobil yang udah bikin gue bolos sehari.Bungkus roti, dan kaleng Coca-cola yang udah habis? Kenapa lagi ini bocah...
"Hei, lo diusir dari apartemen apa gimana nih?"
Farrel terbangun dan meregangkan tangannya.
"Emil? Lo.. Lo kok disini?" tanyanya.
"Gue tadi mau makan nasgor, cuma liat lo, ini bau apaan sih?" ucapku sambil mengendus-endus tubuh Farrel, "Iuh! gila lo bau alkohol banget, mabuk lo ya?" tanyaku sambil menutup hidung.
"Hehee.. lo... cantik, Em, gue jadi wake up gini," ucap Farrel ngelantur.
Hah? Wake up? Maksudnya apa coba?
"Lo jadi idiot banget sumpah, wake up apa lagi, udah yuk pulang sama gue," ujarku.
"Aah.. lo ga liat dedek gue? Hehe.."
"Ih anjir lo, babon mesum!! Gila lo mah jijik banget, anjir!!" seruku.
EH? Gue gak salah lihat? Ada luka baru di bawah bibirnya..
Apa ini bocah abis berantem ya?Jujur Farrel, lo membuat gue penasaran.
Penasaran dengan kehidupan lo. Gue gak nyangka, dibalik kepopuleran lo, ternyata lo menyimpan begitu banyak hal yang gue sendiri tidak bisa menebaknya."Hehehe...." Farrel berdiri menghampiri gue, belum sempat gue berteriak,
"Laah eh Rell! Yah.. pingsan ini bocah? Aduuhh gimana dong??"
Mas-mas yang berjaga di Seven Eleven, melihat gue kesusahan karena tubuh gue yang menahan Farrel supaya tidak menindih gue, berlari ikut membantu gue.
"Bawa ke mobil aja deh, Mas," ucapku.
Dengan di bantu beberapa orang, Farrel berhasil masuk ke dalam mobil dengan selamat.
Terus ini mobilnya gimana??.....
Hansen!
"Iyaa halo.. eh nyet, lo ke sevel deket bukopin yg biasa kita makan nasgor itu, ... iya kesini buruan ... ntar deh gue jelasin, ... naik gojek aja dah .. Oke,"
Gue merogoh saku Farrel.
Yah mau gimana lagi, terpaksa kan.
Nah! Akhirnya gue mendapatkan kunci mobil Farrel.Hampir 25 menit gue menunggu Hansen.
"Oyy kenapa lu?"
Hansen turun, dan dia beneran naik gojek."Farrel pingsan, mabuk. Gue ketemu dia disini. Nah, ini kunci mobilnya, lo bawa biar gue yang jelasin deh,"
"Ehh seriusan lo dia mabuk? Dan bisa-bisanya lo..."
"Udah deh ah, gue mau balik, awas lo ngasih tau ke yang lain,"
"Elah Em, gue kapan sih mengecewakan lo? Haha..."
FARREL'S POV
"Rell? Farrel," panggil sebuah suara.
Sulit rasanya untuk membuka mata.
"Farrel, lo mau sekolah gak nih, ayo gue anter ke apartemen,"
"Emil? Gue.. gue di rumah lo?" tanyaku linglung.
"Iya, lo pingsan, mabuk pula. Mobil lo di bawa Hansen, abisnya gue bingung," jawab Emil.
Anjir. Kenapa sih image gue di depan cewek ini gak pernah keren? Selalu aja gue ngerepotin dia.
"Emil, gue gak tau harus berapa kali bilang maaf ke lo," ucapku.
"Santai, lo sarapan gih, gausah sekolah gue anter ke apartemen aja," ucap Emil.
[SKIP]
Disinilah gue berada, kembali duduk di mobil Avanza hitam, dengan disetiri Emil.
"Cantik," ucap gue tiba-tiba.
"Ha? Lo bilang apa? Gue tadi gak denger nih," jawab Emil.
"Eeh.. engga, gapapa,"Gue pun tertidur kembali. Efek tadi malem ini mah..
Tak berapa lama kemudian, sampailah gue di apartemen.
"Farrel, gue ga ikut turun ya, bisa telat gue," ucap Emil.
"Yoa, ati-ati bae," ucapku.Dan Emil tersenyum memandang gue.
EMIL'S POV
"Em, gimana si Farrel?" tanya Hansen yang sudah datang lebih dulu.
"Ssttt.. gila lo, nanti ada yang denger ribet," jawabku.
Tiba-tiba..
"Permisi, gue nyari Hansen. Ada?" tanya sebuah suara.
Panji. Arda. Ngapain mereka?
"Ada apa lo nyari Hansen?" tanya gue.
"Eh Em.. gue mau ambil mobilnya Farrel, tadi dia minta tolong gue gitu," jawab Panji.
"Ooh, iya.. nih," ucap Hansen sembari memberikan kunci mobil.
"Yoaa, thanks ya, gue balik kelas dulu,"
Bel masuk berbunyi.
Bahasa Inggris, pelajaran yang selalu gue suka."Em," panggil Hansen.
"Apaan?"
"Lo masih utang cerita ke gue, jadi gimana Farrel?"
"Yelah kepo lu, ya dia semalem tidur di rumah gue, tadi pagi gue anter dia pulang," ucapku.
"Ooh.. lo tau kenapa dia bisa mabuk gitu?"
"Enggak. Gue gak tahu, karena gue juga kebetulan doang sih,"———————
Finaly could done this chapter. Anyway, fyi gue ngebuat ini cerita gak sendiri dan di bantu oleh partner in crime gue. Nah, buat lo yang mungkin mau kenal kami para author lebih deket dan dalam(?) bisa add kami di line, feliandriavi (lgbt) , kvltsogg123 (jomblo, cogan) , dan anindyawe_ (berkharisma, kece, rendah hati)
K then. See you guys, xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks TOD!
Teen Fiction[On Editing] siapa sangka, gara-gara game sederhana yang biasa gue mainin, gue bisa jadiin dia sebagai perempuan gue? - Farrel Sonnie gara-gara permainan bodoh, cowok populer, sok, dan nyebelin itu bisa jadi cowok gue. aneh? - Emilia Sekar #451 in T...