Eight. #8

2.1K 130 8
                                    

FARREL'S POV

Bolos lagi deh gue.
Gue masih tidak habis pikir, kenapa di depan cewe itu gue sangat rapuh?
Kenapa dia bisa begitu mudahnya mengetahui sisi gelap gue?

"Aaaarrgghh!!" seruku sambil memukul tembok.

Thank's God, I'm bajingan.
Gue cowo rapuh yang bisanya cuma mabuk, judi, melampiaskan kekesalan gue gara-gara keluarga yang bobrok.

Kruyuukk... kryuukk..

Gue lupa, gue ga sempet sarapan tadi. Dan sekarang udah jam 10.13. Pantes aja gue laper.
Duit udah gak ada di dompet.
Anjir, musti ke ATM gue.

Gue pun berjalan ke ATM dekat apartemen gue.

Setelah tiba di ATM,

"Loh.. kok gabisa ngambil duit? Rusak nih alat ya?"

Gue sudah mencoba berkali-kali namun nihil. Kartu ATM gue ke blokir.

Bokap.

Ya, pasti dia.

"Halo.."

"Farrel? Kenapa? Mulai rindu rumah?"

"Sudi banget. Lo ngebanned atm gue ya?"

"Hahaha.. kenapa? Papa pengen kamu pulang, cuma itu satu-satunya cara,"

"Lo? Lo pengen gue pulang? Gue gak akan pernah menapakkan kaki gue di rumah itu lagi, dan lo bukan lagi bokap gue. Bahkan, gue lupa kapan terakhir kali gue anggep lo Papa,"

"Kamu emang kolot. Papa capek punya anak kaya kamu,"

"Gue juga capek punya Papa kaya lo," dan gue langsung menutup telepon.

Gue kembali ke apartemen dengan lunglai. Bagaimana gue bisa hidup kalau ATM gue di banned!?
Bangsat.

Entah kenapa tiba-tiba gue kepikiran Emil.

From: Farrel Sonnie
To: Emilia Sekar

Bae...

From: Emilia Sekar
To: Farrel Sonnie

wuzzup'

knp lagi lo?

From: Farrel Sonnie
To: Emilia Sekar

Atm gw di banned bokap :(

From: Emilia Sekar
To: Farrel Sonnie

Hah?? ko bisa??

From: Farrel Sonnie
To: Emilia Sekar

Hehe, boam dah :v

Panji udh ambil mobil gw?

From: Emilia Sekar
To: Farrel Sonnie

Udh.

Lo dimana skrg?

From: Farrel Sonnie
To: Emilia Sekar

apartemen. gw laper, anjir

AUTHOR'S POV

"Hansen, atm Farrel di banned bokapnya," ucap Emil pada Hansen.

"Banned? Kok bisa?"

"Mana gue tau, gue.."

Belum sempat menyelesaikan,

"Emil, Hansen! Sekarang waktunya kalian kerjain ulangan, bukan ngobrol!" seru Ma'am Ratmi guru bahasa Inggris.

Sepulang sekolah nanti, Emil berniat untuk ke apartemen Farrel.

Entahlah, ada perasaan  khawatir di hati Emil, khawatir dengan kesehatan dia.

Ada perasaan sedih di hati Emil saat melihat Farrel seperti ini.

[SKIP]

Tok.. Tok..

Ketukan pintu terdengar.

"Siapa Rell?" tanya Arda yang sedang bermain di apartemen Farrel.

"Ga ngerti gue, Nji.. lo bukain dah, mager gue," ucapku.

Panji bangkit dan membuka pintu,

"Eh.. josse," ucap Panji.

Tanpa menjawab, Josse langsung menghambur masuk.

"Ngapain lagi lo?" tanya Farrel ketus.

"Rell, gue sama Panji cabut ya, ada urusan kita, Joss gue duluan ya," ujar Arda.

"Iye ati-ati lu," jawab Farrel.

Sekarang hanya ada Josse dan Farrel di kamar itu.

"Jadi, mau apa lo?" tanya Farrel.
"Gue ninggal kelas gue demi jemput lo! Gila bisa-bisa gue batal skripsi kalo gini terus,"

"Jemput?" tanya Farrel menaikkan sebelah alisnya.

"ATM lo di banned bokap. Gue disini, di suruh bokap buat jemput lo, asal lo tau Rell, kehidupan keluarga kita udah membaik, ga seperti dulu," jelas Josse.

"Keluarga lo. Bukan kita. Gue ga pernah ngerasa punya keluarga," jawab Farrel dingin.

"Bacot lo. Apa enaknya tinggal di apartemen kumuh kaya gini!? Lo itu mampu buat nyewa apartemen yang lebih bagus dari ini,"

"Lo ga ada hak buat ngatur gue. Pergi, sekarang," ucap Farrel.

"Lo budeg? Gue disuruh bokap jemput lo. Lagian lo mau makan pake apa kalo ATM lo di banned? Gausah sok kuat, sok bisa! Songong lu, palingan juga lo numpang makan atau ngemis sama temen-temen lo," ucap Josse.

BUKK!

Farrel memukul Josse hingga meninggalkan bekas darah di hidung Josse.

"Lo dateng kesini, cuma buat ngehujat gue, mending lo cabut. Sebelum gue bener-bener ngebunuh lo," ucap Farrel.

BRAAK!
Josse menendang Farrel hingga menyebabkan Farrel terjatuh mengenai tempat tidurnya.

"Asal lo tau, waktu gue bukan cuma buat anak sok kaya lo, kalo bukan karena bokap, gue ga sudi dateng kemari," ujar Josse meninggalkan Farrel.

EMIL'S POV 

Gue berjalan ke arah kamar Farrel.
Siapa itu? Ada sesosok cowok, keluar dengan hidung berdarah dari kamar Farrel.

Sesaat gue berpapasan dengan dia, dia sepertinya cuek dengan gue.

Pintu kamar Farrel terbuka sedikit, gue berinisiatif untuk membuka pintu tersebut.

"Lo masih mau ngehujat gue, hah!?"

Farrel. Gue kembali melihat dia dengan keaadan tak biasa. Kali ini, dia terduduk selonjor di lantai dengan menyenderkan kepalanya di tempat tidurnya, dengan luka lebam di bawah hidungnya.

"Gue cuma mau ngasih lo makan siang, gue tahu lo belum makan," ucapku.

"Hm? Emil.. kenapa? KENAPA!! KENAPA LO SELALU NGELIAT GUE GAK BERDAYA!!!" Farrel untuk pertama kalinya membentak gue.

Gue menaruh makan siang tersebut di meja belajarnya dan berjalan menghampiri Farrel.
Gue terduduk di sebelahnya.
Gue memeluk Farrel.
Gue memeluk Farrel dengan sangat erat.

Tunggu... Farrel? Dia nangis?

"Rell, lo kenapa sebenernya? Gue gabisa liat lo kaya gini terus, gue.. gue... gue sedih saat lo sedih. Gue khawatir sama lo," ucapku masih dengan memeluk dia.

Farrel terdiam.
Terdiam dan melepaskan pelukan gue.

Gue beranjak dari tempat gue duduk, dan mengambil nasi goreng yang gue beli untuk dia.

"Lo makan dulu ya?" tawarku sambil kembali duduk di sebelahnya.

"Suapin," jawab Farrel singkat.

"Iya, gue suapin, yang penting lo makan,"

Gue menyuapi dia dalam keadaan hening. Pikiran gue kacau.

♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧
Udah mulai seru nih, VOMENTS yuk :)

Thanks TOD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang