Nine. #9

2.1K 113 5
                                    

"Bokap gue," ucap Farrel tiba-tiba.

"Hm?"

"Semua karena bokap gue. Dia yang membuat gue hidup disini. Yang lo liat tadi, itu Josse. Kakak gue, anak pertama keluarga gue," ucap Farrel.

"Gue punya adek, masih kelas 4 SD. Namanya Stephanie, dia lucu, cantik, periang,"

Gue melihat perasaan hancur dari seorang Farrel.

"Gue anak broken home, Em. Lo tau? Bokap gue, dia berkali-kali selingkuh dari nyokap gue. Berkali-kali pula, dia bawa cewek selingkuhannua ke rumah, di hadapan gue dan nyokap,"

"Farrel, lo.. lo tau, lo ga harus cerita kalo lo ga siap.." ucapku.

"Gue mau cerita ke lo. Bukan hanya itu, bokap melakukan kekerasan ke gue, ke Josse. Kasihan Stephanie, dia udah harus ngeliat hal kaya gitu di keluarganya. Oiya, lo tau? Bokap gue sendiri bilang dia malu punya anak kaya gue, hanya karena gue gamau lagi ngomong sama dia kalau ga ada perlu. Gue udah.. gue udah terlalu jijik sama keluarga gue. Khususnya nyokap. Gue gak bisa liat dia terus menerus nangis sedangkan gue gak bisa berbuat apa-apa. Gue gak bisa liat nyokap sok kuat ngadepin bokap. Gue benci. Gue.. gue.. gue benci dengan keluarga gue, dan diri gue sendiri,"

"Farrel... gue..."

"Lo gatau harus ngomong apa, kan? Emil, lo ga harus nanggepin gue kok, sini biar gue makan sendiri,"

Farrel memakan nasi gorengnya dengan lahap. Jujur, gue mau menangis rasanya melihat cowok yang gue suka kaya gini.

Tunggu, did I just said that I love him?

.... gue bingung dengan perasaan gue sendiri.

"Lo tau kenapa gue benci hujan?" tanya Farrel setelah selesai makan.

Gue hanya menggelengkan kepala gue.

"Dulu gue TK, sampe SD kelas 4, setiap hujan, gue selalu minum susu coklat di temenin nyokap gue, itu kenapa gue benci hujan," jelas Farrel.

Entah kenapa gue hanya bisa menyenderkan kepala gue di bahunya.

Ia mengelus rambut gue perlahan.

"Makasih, Rell.. Makasih lo udah ngebolehin gue tahu kehidupan lo," ucapku sambil memejamkan mata. Menahan tangis.

Namun, terlambat. Air mata gue sudah menetes.

"Emil? Lo nangis? Jangan nangis ah, gue ga ada tissue nih," ucap Farrel sambil mengelap air mata gue dengan jemarinya.

"Gue yang harusnya makasih sama lo, lo udah jadi sahabat gue, lo mau dengerin gue, lo gak akan ninggalin gue kan, Em?" tanyanya.

"Engga. Gue, akan selalu ada di samping lo. Sama seperti Panji, dan Arda," ucapku.

"Hehe, oiya mereka berdua itu, udah kenal gue semenjak gue kelas 3 SD jadi mereka udah tau kehidupan gue, sama seperti lo," ucap Farrel sambil membelai rambutku.

Aku memejamkan mata.
Nyaman rasanya berada di samping Farrel.
Gue merasa senang, gue ada untuk dia di saat dia terpuruk.

"Farrel?" panggil gue.
"Hm?"
"Lo ga perlu malu buat kaya gini. Gue ga akan ngejek lo, semua orang punya sisi lemah. Justru karena sisi lemah lo itu, gue akan selalu ada buat lo," ucapku.

Farrel terdiam menatapku, tersenyum dan..

We're kissing. Ciuman yang begitu lembut dari seorang Farrel. He is my first kiss.

Tanpa di sadari, gue mulai mengikuti ciumannya..
gue menikmati setiap ciumannya di bibir gue.

"Thanks, bae," ucapnya melepaskan ciuman.

Thanks TOD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang