Part 16

10.7K 593 2
                                        

Tiba di rumah, Shinta menceritakan seluruh kisah seharinya bersama Banyu pada orang tuanya, sejak kedatangan Banyu dan Adia ke toko pagi tadi, sampai malam ini Banyu mengantarnya pulang serta cerita detail soal adia yang telah merestuinya.

"Ibu seneng dengernya, kamu bisa cepet nikah kalau gitu sama Banyu" ucap Ibu Shinta penuh rasa syukur

"Bapak juga seneng, Bapak bisa sedikit tenang kalau kamu dan Banyu bisa melanjutkan hubungan kalian" tambah Bapak Shinta.

"tapi Shinta malah jadi ragu bu, takut gak bisa jadi istri yang baik buat mas Banyu dan mamah untuk Adia" terang Shinta memikirkan hubungannya dengan Banyu ke depan.

"kamu gak mesti menikah sekarang atau bulan depan nduk, pendekatan saja sama Adia dan keluarga Banyu, menjadi orang tua dan istri itu tidak ada sekolahnya, semua berjalan seiring waktu dan pengalaman, jadi jangan terlalu dipikirkan dan menjadikannya beban, toh nanti kamu sendiri yang praktek, sekarang tinggal meyakinkan hati kamu, harus ikhlas terima semuanya" jelas ibu Shinta yang cukup bermanfaat untuk Shinta.

"tapi ya kalau bisa jangan lama lama, bapak sudah tua, sudah waktunya pensiun dari mengurus kamu, biar suami kamu nanti yang ambil alih semuanya" jelas bapak.

"iya pak, Shinta ngerti, sehat terus ya pak, biar bisa lihat Shinta bahagia sama keluarga Shinta nanti dan doakan saja yang terbaik untuk semuanya pak" ucap Shinta sambil mencium tangan bapak dan ibunya.

___0o0___

Hari hari berjalan semakin indah untuk Shinta dan Banyu terutama, sudah memasuki bulan ke 3 kedekatan mereka dan berjalan sangat baik, bahkan mereka tidak pernah bertengkar hebat, yahh terkadang ada perbedaan pendapat yang membuat Shinta merajuk pada Banyu, tapi Banyu selalu menanggapinya dengan santai, menurutnya sikap Shinta yang seperti itu hanya karena merindukannya saja dan setiap Shinta merajuk justru hubugan mereka semakin lengket saja, seperti sekarang mereka sedang pergi ke bioskop menonton film di malam minggu, meninggalkan Adia dengan keluarga Banyu.

"pulang yuk mas, Shinta udah ngantuk" ajak Shinta pada Banyu setelah mereka selesai nonton.

"ayo, sudah malam juga, jangan tidur terlalu malam, kamu jangan sampai sakit, ingat minggu depan acara lamaran kita" jelas Banyu pada Shinta mengingatkan.

"iya mas Banyu"

Shinta sebenarnya sangat berdebar bila diingatkan kembali soal lamaran itu, karena lamaran itu hanya merupakan tanda sebagai satu langkah sebelum menuju acara pernikahan mereka dua minggu lagi, lamaran yang akan diadakan lebih mengarah pada perkenalan keluarga besar Shinta dan Banyu.

"Banyu gak mampir?" tanya ibu.

"gak bu, kasian Adia nanti nyariin klo mas Banyu pulang kemaleman" jelas Shinta sambil membereskan sepatu yang habis digunakan barusan. "Shinta tidur dulu ya bu" pamit Shinta sambil menuju ke kamarnya yang dibalas anggukan ibunya.

Ddrrtt ddrrrtt ddrrttt

Ponsel Shinta bergetar di meja samping tempat tidurnya, padahal Shinta sudah bersiap tidur, tapi melihat ponselnya bergetar yang menandakan ada panggilan masuk, membuat Shinta mengurungkan niatnya sejenak untuk merebahkan tubuhnya di kasur.

"ya mas" ucap Shinta saat menjawab panggilan di ponselnya.

"ini Adia tante" ucap suara diseberang sana yang ternyata Adia yang menghubunginya menggunakan ponsel sang papa.

"iya cantik, kenapa?kok belum tidur?kan udah malem" balas Shinta ramah.

"Adia udah ngantuk sih tapi ada yang mau ditanya sebentar sama tante, boleh gak?" tanya Adia.

"boleh donk, mau tanya apa sayang?"

"Adia boleh panggil mama gak sekarang sama tante Shinta?kan kata uti, tante Shinta mau nikah sama papa, jadi klo udah nikah nanti tante Shinta jadi mama nya Adia kan?"

"iya sayang, tante Shinta mau nikah sama papa, tapi jangan panggil mama, panggil bunda aja, gimana?" tanya Shinta memberi pilihan lain pada Adia.

"iya tante setuju, sebentar papa mau ngomong nih, selamet malem bundanya Adia" balas Adia semangat.

"iya sayang, selamat malam, selamat tidur cantik" balas Shinta.

"jadi cuma Adia yang di panggil sayang nih?papa nya enggak?" tanya Banyu pada Shinta sambil mengambil alih ponsel dari Adia.

"apa sih mas, iri aja deh sama anak sendiri" balas Shinta

"panggil sayang juga donk bunda" balas Banyu manja pada Shinta.

"ihh mas Banyu gak malu apa sama Adia, masih manja gitu sama Shinta" ucap Shinta merasa risih dengan sikap Banyu yang kadang suka manja terhadapnya.

"Adia langsung lapor ke mamah klo boleh manggil kamu bunda, seneng banget dia kayaknya, sekarang tinggal papa nih yang belom di panggil sayang" kekeuh Banyu.

"ya ampun, gak mau kalah ya sama anak sendiri!" ucap Shinta galak yang hanya disambut kekehan Banyu. "yaudah met malem mas Banyuku sayang, selamat tidur ya sayang, love you, muachhh" ucap Shinta dengan nada manja dan semanis mungkin.

"duhh kayaknya aku gak bakal tidur nih kamu ngmong gituh, minggu depan langsung nikah aja yuk?gak usah lamaran?" ucap Banyu dengan nada frustasi.

"hehehe, lohh kan kamu yang minta dipanggil sayang, udah deh sana tidur, aku udah ngantuk" balas Shinta sambil tertawa terbayang ekspresi frustasi Banyu.

"iya deh aku kalah, dah bunda sayang, bobo ya, love you too, muach muach muach" ucap Banyu. Shinta hanya tertawa dengan kelakuan Banyu, lalu segera merebahkan dirinya di kasur sambil berdoa memohon jalan yang terbaik dan kelancaran kedepannya nanti.




Adia's WantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang