Being Workaholic

582 26 1
                                    

Hari-hari selanjutnya Lana habiskan di ruangannya. Pekerjaan team yang dia pimpin dia ambil alih seluruhnya. Padahal biasanya Lana lebih memilih mengerjakan bagiannya di rumah, kemudian datang untuk menyerahkannya pada pak Danu atau sekedar mengirim lewat email.

Ini jelas membuat anggota team Lana bingung. Akhir-akhir ini mereka merasa lebih banyak bersantai daripada bekerja. Padahal pekerjaan mereka seharusnya sedang menumpuk.

Lana sendiri sebisa mungkin menghindari anggota teamnya. Dia sedang tidak berada dalam mood untuk bersosialisasi walaupun itu sekedar dengan anggota teamnya.

Dan hari ini-seperti biasa-Lana berdiam diri di kantornya. Tidak menghiraukan semua telepon masuk di ponselnya. Atau bahkan ketukan-ketukan di pintunya yang memberi tahu bahwa sudah saatnya untuk makan siang.

Dia melamun. Kebiasaan barunya yang dia dapat setelah putus dengan Pierre. Sepanjang hari dia akan melamun, dan saat malam dia mengerjakan semua pekerjaannya.

Dia hidup seperti zombie. Matanya kini merah dan kulit di bawah matanya menggelayut kehitaman. Wajahnya hampir tidak bisa dikenali. Apalagi bajunya yang jarang diganti. Lana sendiri bahkan lupa kapan terakhir kali dia ganti baju.

Suara ketukan dari arah pintu membuat lamunan Lana buyar.

Dengan sebuah gumaman tidak jelas Lana memersilahkan orang yang mengetuk itu untuk masuk.

"Mbak, dicari Pak Danu," kata seorang gadis berusia sekitar dua puluh tiga tahunan dari ambang pintu Lana, tidak berani masuk.

"Hmm," lagi-lagi Lana hanya bergumam tidak jelas membuat gadis itu buru-buru permisi dan meninggalkan ruangan Lana.

Sambil mendesah Lana bangkit dan berjalan keluar, menuju ruangan atasannya.

Begitu pintu ruangannya terbuka, semua kasak-kusuk hilang seketika dan semua anggota team Lana terdiam melihat tampang Lana yang sudah berhari-hari tidak mereka lihat.

Suasana berubah menjadi canggung karena tidak ada yang bicara dan Lana masih diam di depan ruangannya, tidak beranjak seinchi pun.

Tapi kemudian Lana melenggang pergi meninggalkan mereka yang masih shock melihat ketua mereka.

"Mbak Lana kenapa sih? Lagi patah hati, ya?" tanya gadis yang tadi memanggil Lana.

"Nggak tahu. Kok dia diem aja gitu sih? Mana kita nggak dikasih kerjaan lagi," timpal salah seorang gadis yang bertubuh gempal dan berambut ikal.

"Udahlah, Mel. Kayaknya dari kita berlima lo yang paling seneng karena Lana nggak ngasih-ngasih kerjaan ke kita," kata seorang pria berwajah kaukasia yang berada tepat di samping wanita bernama 'Mel' itu.

Mel-wanita bertubuh gempal dan berambut ikal- hanya mencibir karena pada kenyataanya apa yang dikatakan pria kaukasia itu benar.

Sebenarnya Lana mendengar itu semua. Dan dia mengernyit bingung ketika melihat lelaki kaukasia itu.

Dia bukan bagian dari teamku, dan aku belum pernah melihatnya. Sebenarnya berapa lama aku mengurung diri di ruanganku? batin Lana mencoba memikirkannya.

Tapi tak lama karena kemudian Lana menyerah dan melanjutkan langkahnya ke ruangan atasannya.

"Oh Mbak Lana, langsung masuk aja, sudah ditunggu Bapak di dalam," kata Sarah, sekertaris Pak Danu.

Lana hanya menganggukkan kepalanya singkat kemudian membuka pintu ruangan Pak Danu.

Pak Danu yang sedang membaca sebuah dokumen mendongak menatap Lana.

"Duduk, Lana"

Lana mengangguk dalam diam kemudian duduk di hadapan Pak Danu.

"Lana," Pak Danu memulai pembicaraan. "Kamu sedang ada masalah?" tanyanya tanpa ba-bi-bu atau bo apalagi be.

Grey SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang