Meet Her

626 33 3
                                    

Sebelum halaman semakin banyak dan saya semakin lupa, saya mau ngucapin makasih buat DeBievre family karena saya boleh pinjam nama keluarga kalian. Semoga kalian sekeluarga makmur di Belgia sana! Kapan-kapan main ke Indonesia lagi yah! :peace hoho.

Makasih juga buat semua yang mendukung cerita ini. Dari vote, komentar, fan, atau sekedar baca. That's mean so much for me!

Oh, and this: Felandra, thanks sis, buat setiap vote dan komentar kamu. Walaupun cuma kamu yang kasih semangat terus buat saya, cukup lah buat saya jungkir-balik senang dan berusaha ngetik di ponsel lebih cepat dan update lebih cepat juga tentunya *dan takut bikin adegan Lana+yang lain selain Al*. Once again, THANK YOU!! :*

Enjoy the story,

Xev

----------------------------------------------------------------------------

Seminggu telah berlalu sejak kejadian di Ancol bersama Lucas. Dan selama seminggu itu pula, Lucas serta Al-entah sengaja atau tidak-bergantian menemaninya. Mengantar jemputnya ke kantor,karena Kiko 'masih' belum kembali pulang-seperti kata Andika Kenjen Ben.

Dan hari ini sesuai perhitungan Lana, adalah jadwal Al untuk menjemputnya. Sejujurnya Lana malas dan jengah pergi bersama mereka, karena mulut orang-orang yang tidak pernah bisa terkunci dan senang bergosip serta mata-mata lapar, membuat Lana risih dan sebisa mungkin meminimalisir lama waktu yang dihabiskan Lana bersama salah satu dari mereka.

Dan hari ini entah kenapa, Lana berada di puncak kejengahannya. Silahkan sita Kiko semau kalian, gue nggak kerja juga oke! batin Lana jengkel sendiri.

Lana beranjak dari kasurnya mencari ponsel. Kemudian mencari kontak dengan nama Pak Danu. Segera saja Lana melakukan panggilan.

Tuuut. Tuuut. Tuuut.

Tepat pada dering ketiga panggilan itu diangkat.

"Halo, Lana?" tanya suara di seberang sana.

"Ehm," Lana berdeham. "Pak, hari ini saya kerja di rumah aja ya."

"Kenapa?"

"Lagi males, Pak. Hehehe," jawab Lana sambil cengengesan.

"Nggak pa-pa sih. Tapi nanti orang dari Pelangi mau dateng lho,"

Lana berpikir sebentar. Tidak harus dengannya untuk membahas tahap saat ini, kan? Cukup dengan orang kepercayaan Lana saja. "Sama Desty aja, Pak. Dia tahu keseluruhan rancangan gedung itu. Lagipula cetak birunya kan ada di pihak Pelangi. Nanti kalau ada yang mau diubah, baru saya yang turun tangan deh Pak," kata Lana berusaha meyakinkan Danu.

"Hmm," gumam Danu di seberang sana. "Yasudah. Lagipula biasanya kamu bolos nggak izin sama saya juga nggak apa-apa, kan?" tanyanya sembari menggoda Lana.

"Yah, sesekali jadi karyawan berbakti oke juga kan, Pak? Hehehe," gurau Lana.

"Haha yasudah. Nanti saya yang bilang ke Desty atau kamu saja?"

"Bapak saja deh. Nanti malah ditanya-tanya kenapa saya nggak masuk lagi, sama si Desty. Kan males Pak, pake jelasin lagi," jelas Lana sambil bersungut-sungut.

Terang saja, karena walaupun Lana sering absen kehadiran di kantor, mereka-anggota teamnya-masih saja senang menanyakan alasan kenapa Lana tidak hadir. Benar-benar membuat Lana malas untuk menjelaskan.

Lagipula itu hak Lana, toh Danu sudah memberikan izin, kenapa mereka sibuk mengurusi dirinya? Yah, mungkin niat mereka baik dan mengkhawatirkan kondisi bos mereka. Tapi Lana tidak senang sama sekali diperlakukan begitu oleh orang yang hanya sekedar kenal dengannya.

Grey SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang