Reigan terbangun karena mimpi yang sangat nyata. Caroline ada di sana. Baginya itu sangat tidak mungkin. Seorang gadis seperti Caroline tidak akan sudi menginjakkan kaki sempurnanya di kota kecil seperti Granville.
Cahaya matahari pagi menerobos tirai jendela dari pintu balkon yang dibiarkan terbuka. Reigan tidak tahu sudah jam berapa, tapi ia merasakan tubuhnya enggan bergerak. Pikirannya kembali melayang ke alasan-alasan yang membawanya ke tempat itu.
Dulu hidupnya sempurna-- paling tidak orang lain menganggapnya begitu. Terlahir di keluarga yang terhormat membuatnya tidak pernah kesulitan mendapatkan apa saja. Semua hal-hal indah, bahkan yang hanya dapat diimpikan oleh kebanyakan orang seolah berada dalam jangkauannya. Dan kesempurnaan itu semakin bertambah ketika ia bertemu Caroline, seorang gadis menawan dari keluarga paling kaya di kota. Mereka bertemu ketika Reigan menemani ayahnya datang ke pesta ulang tahun perusahaan milik ayah Caroline. Reigan bisa melihat setiap pemuda yang hadir di pesta itu memandang Caroline dengan penuh harap-- bahkan lebih. Ia tahu mereka semua menginginkan Caroline, tapi gadis itu mengabaikan mereka dan malah memilihnya sebagai pasangan dansa.
Reigan tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang dirasakannya saat itu. Kekaguman menutupi seluruh perasaannya, sehingga yang bisa ia simpulkan hanyalah ia jatuh cinta pada Caroline. Ia bersyukur perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Caroline mengagumi ketampanan, kecerdasan, dan sikapnya yang gentle. Ini membuat kerjasama kedua perusahaan ayah mereka semakin erat. Bahkan tanggal pertunangan pun sudah diputuskan.
Perasaan Reigan kepada Caroline bagaikan kepulan asap yang tertiup angin, perlahan terkikis dan kemudian lenyap. Kesempurnaan hubungan mereka tidak selamanya membuat hidup Reigan lebih menarik. Yang terjadi justru kebalikannya. Pertemuannya dengan Caroline terasa seperti rutinitas-- semakin lama terasa datar dan monoton.
Yah, kau tidak bisa menyalahkan Reigan. Hidup memang seperti itu. Akan selalu ada fase di mana kau bosan, lelah, dan menginginkan perubahan. Kau tidak bisa menyangkalnya. Reigan pun tidak.
Reigan masih bisa mengingat bagaimana musik klasik yang biasanya menggugah minat seketika terasa bagai alunan membosankan di telinganya. Caroline marah besar soal itu. Tentu saja Caroline kesal setelah menyadari tatapan kosong Reigan selama konser musik klasik yang mereka datangi. Ia masuk ke mobil Reigan dengan wajah cemberut dan Reigan bahkan tidak menyadarinya.
Kemarahan Caroline padanya tidak mereda selama beberapa hari. Gadis itu membenci kebiasaan-kebiasaan barunya. Keteraturan hidup Reigan mulai dikacaukan oleh kebosanan. Ia benar-benar merindukan kebebasan. Untuk pertama kalinya, ia merasa sangat ingin menjadi orang lain.
Ia tidak bisa mengatakannya kepada Caroline. Ia tidak ingin melukai perasaan gadis itu dan mengecewakan orang tua mereka, meskipun ia tahu Caroline membencinya-- meskipun ia tahu perasaan Caroline bukan cinta yang murni. Ia sudah bisa menebak seandainya Caroline berhenti marah dan kembali menjadi gadis yang manis, kemudian mereka menikah, mereka akan menjalani tahun demi tahun berikutnya dengan ritme yang sama. Caroline akan selalu menjadi pusatnya. Dan itu bukanlah masa depan yang ingin ia pilih.
Caroline mulai menyadari bahwa Reigan tidak sesempurna yang ia bayangkan. Gadis itu lelah mencoba mengubah sikap Reigan, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Satu lagi campur tangan takdir yang tidak bisa mereka lawan. Sekali cermin pecah, ia tidak akan bisa kembali ke bentuknya yang semula. Reigan dan Caroline sama-sama lebih memilih menyerah dalam usaha mereka menyatukan kepribadian satu sama lain. Yah, lebih baik menerima kenyataan bahwa cermin hubungan mereka telah pecah daripada terluka karena berusaha menyatukannya kembali.
Reigan memutuskan untuk pergi dan memulai awal yang baru-- lepas dari segala kemewahan yang pernah ia miliki. Ia ingin menemukan dirinya yang baru sementara berusaha mengubur dalam-dalam masa lalunya bersama Caroline dan mengobati luka hatinya hingga sembuh. Ia yakin jarak dan waktu akan membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Faith
VampireMenjadi yang terkuat, yang tercepat, dan memiliki penampilan rupawan bukanlah segalanya jika hal itu menghalangimu bersatu dengan orang yang kau cintai. Kau akan selalu dihadapkan pada ego dan cinta itu sendiri. Kadang menjadi manusia biasa adalah b...