"Kita akan berburu di sisi utara hutan. Tempat itu sering dipakai untuk berkemah meskipun lokasinya sangat jauh dari jalan setapak. Aku yakin kita bisa menemukan beberapa hikers di sana." ujar Valerie.
"Ah, para hikers. Mereka terlalu mudah dilumpuhkan." komentar Ivanna.
"Sekedar informasi, Ivanna lebih suka mengejar-ngejar mangsanya dulu sebelum menghabisinya. Itu yang biasanya kami lakukan di Italia." jelas Baltazar.
"Yeah, aku suka melihat kengerian itu bermain di wajah mereka dan mendengarnya memohon-mohon. Rasanya seperti kau bisa menguasai pikiran mereka." tukas Ivanna. Valerie bisa melihat kilatan mengerikan itu dari mata Ivanna, dan untuk sesaat ia merasa bahwa ada kemiripan antara dirinya dengan gadis itu.
Dulu Valerie juga suka mempermainkan mangsanya hanya karena dia bosan. Ia akan sangat menikmati setiap rintihan maupun jerit ketakutan manusia-manusia lemah yang tengah menghadapi kematian melalui dirinya. Tapi sejak bertemu Reigan, ia perlahan mulai mengerti kehidupan manusia dan kerumitan jalan pikiran mereka, sehingga ia takut jika ternyata bukan hanya satu orang saja yang telah ia bunuh, melainkan keluarga dan masa depan mereka juga.
"Tidak, kita tidak akan memburu para hikers." kata Valerie, tiba-tiba berubah pikiran. "Kita akan berburu di Seattle, tapi hanya orang jahat yang boleh dibunuh."
"Sejujurnya, aku lebih suka memburu siapa saja yang terlihat lezat." balas Baltazar.
Valerie menatapnya tidak setuju. "Perburuan ini tidak boleh menarik perhatian, Baltazar."
Baltazar mengangkat bahu. Lagipula ia sudah berjanji akan mengikuti rencana perburuan Valerie ke manapun gadis itu pergi, jadi ia tidak membantah lagi. Ivanna akan selalu setuju dengan kakak sepupunya, jadi ia juga menyetujui rencana Valerie.
Altair dan Rosaline tidak banyak berkomentar. Altair diam karena ia tahu rencana Valerie untuk menjauhkan Baltazar dari Granville— lebih tepatnya, dari si manusia milik Valerie, sedangkan Rosaline akan menerima apapun rencana mereka yang penting ia bisa menghirup udara di luar kastil dan merasakan sendiri sensasi berburu yang telah dilupakannya selama bertahun-tahun terakhir.
"Baiklah, kurasa sebaiknya kita membagi dua kelompok supaya tidak terlalu menarik perhatian. Bagaimana kalau aku pergi denganmu, Rosaline?" ajak Baltazar.
Rosaline memberi Baltazar senyumnya yang langka. "Pleasure."
"Kalau begitu aku akan ikut dengan Valerie dan Ivanna." kata Altair.
Valerie mengangguk dan ke lima vampir itu melesat bersamaan ke dalam hutan.
***
Mereka sedang berada di pemakaman. Nolan meletakkan seikat bunga yang dibawanya di antara bunga-bunga dari pelayat lain yang sudah layu. Setelah memberikan penghormatan terakhirnya, Nolan berbalik menghadap Reigan.
"Ayo pergi!" ajaknya.
Sesaat Reigan hanya terdiam. Entah apa alasannya, kaki pemuda itu seperti belum ingin beranjak dari tempat sepi itu.
"Kau duluan saja."
Nolan mempertimbangkannya sesaat, kemudian mengangkat bahu. Itu bukan pertama kalinya Reigan bersikap aneh, maka ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Lagipula, ia tahu bahwa Reigan lebih akrab dengan Janet, jadi ia bisa mengerti jika pemuda itu masih ingin memberikan penghormatan terakhirnya lebih lama.
"Baiklah. Aku pergi duluan." Nolan menepuk bahu Reigan, lalu pergi.
Menit demi menit berlalu. Reigan masih tetap berdiam diri di tempat itu. Tatapan matanya tertuju pada pusara batu di hadapannya. Pikirannya merenungkan bagaimana kematian terasa begitu dekat. Ia menyesali kepergian Janet yang baginya sangat tidak adil. Janet tidak ada kaitannya dengan makhluk abadi yang juga telah merenggut nyawa banyak orang. Mereka hanya berada di tempat dan waktu yang salah. Tapi Reigan juga tidak ingin menyalahkan Valerie, karena ia yakin gadis itu juga tidak memilih kodratnya untuk menjadi seorang vampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Faith
VampireMenjadi yang terkuat, yang tercepat, dan memiliki penampilan rupawan bukanlah segalanya jika hal itu menghalangimu bersatu dengan orang yang kau cintai. Kau akan selalu dihadapkan pada ego dan cinta itu sendiri. Kadang menjadi manusia biasa adalah b...