Pemuda itu berdiri tepat di depan pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang tengah. Penampilannya yang serba hitam sangat kontras dengan kulitnya yang pucat, bahkan lebih pucat dari vampir pada umumnya. Vampir berdarah murni itu memiliki rambut berwarna hitam dan mata segelap malam. Secara keseluruhan wajahnya luar biasa tampan, seperti keindahan yang memancarkan kekejaman. Tubuhnya juga tampak tegap dan proporsional. Di lengan kanannya terdapat sebuah tanda mirip tato berbentuk huruf O dan Z yang saling menyilang sebagai ciri khas keluarganya.
Dialah Baltazar Ozera, vampir Rumania yang dibantu Valerie untuk bebas dari penjara sang raja vampir beberapa dekade yang lalu. Ia dihukum atas ulahnya menghabisi seluruh penduduk desa dalam satu malam sebagai bentuk balas dendamnya karena kedua orang tuanya terbunuh di tangan pemburu vampir dari desa itu.
Tiba-tiba muncul hembusan angin singkat dan detik berikutnya seorang gadis berwajah malaikat sudah berdiri di samping Baltazar. Ia tersenyum kepada kakak sepupunya sekilas, sebelum akhirnya menghambur ke depan untuk memeluk Valerie.
"Valerie Vorigan! Senang akhirnya bisa bertemu denganmu lagi!" serunya riang.
Valerie yang masih shock hanya bisa bergumam. "Ivanna."
Gadis itu melepaskan pelukannya dari Valerie, kemudian menghadap Altair sambil merentangkan tangannya lebar-lebar, namun Altair hanya menatapnya datar. Sesaat kemudian, gadis itu berubah cemberut. "Altair, kau masih saja kaku."
"Jaga sikapmu, Ivanna." Baltazar mengingatkan. Pemuda itu menarik bibirnya ke atas, menyunggingkan sebuah senyum miring yang menawan sambil berjalan dengan langkah manusia ke arah Valerie. "Lama tak berjumpa, My Dear." Baltazar meraih tangan Valerie dan sedikit membungkuk untuk mengecupnya.
Valerie terperangah menatapnya. Berbagai pertanyaan di kepalanya saling tumpang tindih, ingin segera memperoleh jawaban. Sementara Altair masih tampak tenang, meskipun sorot matanya waspada.
"Kau yang membunuh wanita ini?" tanya Valerie, berusaha menjaga agar suaranya tidak terdengar menyelidik.
Baltazar tersenyum mengejek. "To the point sekali. Kau tidak ingin mengetahui kabar kami?"
"Bagaimana kalian bisa sampai di sini, Baltazar?" Altair yang bertanya.
"Kami ingin mencari suasana baru." jawab Baltazar puas. "Aku, Ivanna, dan Bibi Moira sempat menetap di Transylvania, lalu kami meninggalkannya di sana bersama Velkan Vedrova."
"Ibuku mungkin akan menikah dengan Paman Velkan. Kami tak sabar untuk memberitahu kalian juga. Itulah sebabnya kami mampir." tambah Ivanna penuh semangat.
"Senang mendengarnya." gumam Altair, terlalu datar untuk bisa disebut 'senang'.
"Well, di mana yang lainnya? Kastil ini tampak sepi. Apakah mereka sedang berburu?" Baltazar mengamati sekelilingnya dengan pandangan ingin tahu.
"Ayah dan Ibu...meninggal." kata Valerie kaku.
"Apa? Kenapa?" seru Ivanna tidak percaya.
"Itu pilihan mereka."
Baltazar mengamati ekspresi Valerie lekat-lekat. Gadis itu tampaknya tidak suka membicarakan topik ini dan ia sangat bisa mengerti perasaannya. Maka ia mendekat dan menggenggam tangan Valerie.
"Jangan khawatir, My Dear. Kau masih punya kami."
Valerie memaksakan diri tersenyum.
"Bagaimana dengan Rosaline?" tanya Ivanna.
"Dia ada di kamarnya." kali ini Altair yang menjawab.
"Oh, masih suka menyendiri rupanya. Aku ingin menemuinya sebentar." Setelah mengatakannya, Ivanna melesat begitu saja tanpa menunggu jawaban dari yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Faith
VampireMenjadi yang terkuat, yang tercepat, dan memiliki penampilan rupawan bukanlah segalanya jika hal itu menghalangimu bersatu dengan orang yang kau cintai. Kau akan selalu dihadapkan pada ego dan cinta itu sendiri. Kadang menjadi manusia biasa adalah b...