Muhassabah

2.8K 148 0
                                    

Hujan tak henti-hentinya mengguyur kotaku, sudah hampir 4 hari rintikannya menggantikan tugas matahari. Kali ini aku berada di jalan raya dengan mengayuh sepedaku dan menikmati hati yang sedang gundah. Rasanya ingin menangis. Obrolan panjang dengan sahabat SMK ku yang baru saja pulang dari perantauannya membuatku merasa sangat kecil, sangat bodoh dan sangat hina. Aku iri dengannya yang kini telah hijrah. Aku iri dengannya mungkin saja lebih dekat dengan Tuhanku. Dia yang kini telah menutup auratnya dengan sempurna sedangkan aku, aku belum mampu untuk itu, apalagi pergaulan dengan lawan jenis yang belum terlalu berbatas. Aku yang masih suka berboncengan dengan  mereka. Astagfirullah betapa rendahnya diri ini bila dibandingkan dengannya Apalagi dihadapanMu ya Rabb.

Mungkinkah Allah akan mengampuni dosa dari jiwa yang kerap kali mengulangi kesalahannya? Air mata tak henti-hentinya mengalir sepanjang jalan ke arah rumah. Aku tak mampu membendung penyesalanku. Semoga setelah ini Allah akan memberi kesempatan pada diri yang ingin berubah ini.

Sulit rasanya berubah jika kita tidak hidup di lingkungan yang mendukung. Aku hidup dilingkungan yang umum. Saat semua orang sibuk dengan duniawi, saat hampir semua orang mewajarkan apa yang dilarang. Namun aku akan terus berusaha sedikit demi sedikit memperbaiki diri memantaskan diri dihadapanNya meskipun aku tahu diri ini masih begitu jauh jika ingin mencapai level itu.

Tak jarang keistiqomahan hilang dariku. Aku yang masih labil dalam menentukan sikap, masih labil dalam berpakaian. Hijab diri yang terkadang masih aku lepas, Ah Rabb mampukah diri ini mencintaiMu mampukah diri ini memantaskan posisinya dihadapanMu.

Aku gadis biasa yang ingin menjadi luar biasa di mataNya.
Aku diri yang penuh dengan noda dosa yang berusaha sedikit demi sedikit membasuhnya dengan air taubat.


Mengejar CintaNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang