Saat semuanya harus tahu

2.5K 120 0
                                    

Hari ini seluruh anggota remaja Masjid sangat sibuk mempersiapkan kegiatan santunan anak yatim nanti malam. Tepat memperingati tahun baru islam kami mengadakan acara santunan anak yatim. Ada ka halim yang tengah sibuk memeriksa kembali nama-nama anak yang akan menerima santunan, ada ka Husein yang sibuk dengan dekorasi panggung, ka jaka dan kawan-kawan hadroh tengah latihan sedangkan aku dan para akhwat sibuk membuat bingkisan yang akan dibagikan. Dan yang lainnya sibuk dengan tugas mereka masing-masing.

Saat membawa setumpuk buku aku merasakan kepalaku begitu berat, semuanya seperti berputar, lalu mulai buram dan akhirnya aku ambruk dan semuanya menghitam.

***

Saat aku membuka mata, aku melihat ruangan bernuansa putih. Ruangan ini sudah tidak asing lagi bagiku. Dulu tempat ini adalah tempat dimana nenek dirawat sebelum akhirnya beliau meninggal. Sakit dikepalaku belum juga hilang namun merasa lebih baik. Entah sudah berapa lama aku tertidur. Aku meraih ponselku yang berada di meja samping tempat tidur dan aku lihat hari ini hari kamis berarti sudah 5 hari aku tertidur. Lalu ibu datang menyapaku. Dalam hati aku tahu pasti ibu sudah mngetahui ada sesuutu yang terjadi di kepalaku.

"Alhamdulillah kamu sudah sadar nak, dokter-dokter."Ucap ibu begitu bahagia namun bagaimana pun ibu memang tak pernah berbohong matanya berkaca-kaca aku tahu mata itu menggambarkan kesesihan dan kekhawatiran. Setelah dokter datang dan memeriksa keadaanku. Beliau pergi bersama ayah. Entah apa yang akan mereka bicarakan.

Air mataku menetes kala ibu mendekat dan begitu jelas aku melihat kesesihan di raut wajahnya. Dan tangis pun pecah saat ibu memelukku. Kami menangis bersama. Saat ibu mengatakan " Yang sabar ya nak."Aku sudah tidak terkejut. Aku sudah mempersiapkan semuanya jauh-jauh hari. Sejak mulai ke luar kota selama empat tahun sakit di kepalaku memang sering aku rasakan. Namun menyembunyikan semua itu. Tak aku ceritakan apapun pada orang tuaku. Karena aku tahu mereka akan khawatir akan kondisiku. Sejak saat itulah aku sudah siap menerima kemungkinan terburuk sekali pun. Aku tumpahkan kesedihanku yang telah lama tersimpan.
"Bu maafkan aku jika setelah ini aku akan lebih merepotkan ibu dengan kondisiku. Maafkan aku bu."Ucapku ditengah tangisan itu lalu ibu melepas pelukannya dan menatapku dengan matanya yang sembap.
"Syrai, syrai itu anak ibu. Ibu mana yang merasa direpotkan dengan anaknya. Syrai tidak pernah merepotkan ibu. Apapun yang terjadi nanti ibu tidak pernah merasa direpotkan. "
"Ibuuu aku menyayangi ibuu"

****

Mengejar CintaNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang