Berawal dari Tatap

394 10 3
                                    

Kelas sudah kosong sejak beberapa menit lalu. Selepas bel istirahat berbunyi, murid-murid kelas X MIA 2 (baca: MIA= Matematika dan Ilmu Alam. Dulunya di sebut jurusan IPA) langsung berhambur keluar dengan antusias. Mereka sudah bersiap memadati kantin. Wajar sebenarnya mengingat apa yang telah berlangsung tiga jam lalu. Upacara bendera yang merupakan rutinitas hari senin berlangsung selama satu jam. Setelahnya, otak mereka harus dipacu untuk bekerja ekstra keras karena matematika telah menyambut mereka di jam pertama.

Bagaimana mungkin dua 'kombinasi pas' itu tidak menghabiskan energi dari sarapan yang mereka makan tadi pagi?

Lain dengan mereka, lain pula dengan Auryn. Gadis itu lebih memilih berdiam di teras lantai tiga daripada turut berdesakan di kantin. Ia menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas. Menunduk, memperhatikan murid-murid yang berlalu lalang di lantai satu. Lebih tepatnya mencari anggota teater yang menarik perhatiannya waktu itu yang belakangan ini ia ketahui sebagai kakak kelasnya. Anggota kelas XI MIA 2.

Tiba – tiba senyum sumringah tercetak di wajah Auryn kala ia berhasil menemukan kakak kelasnya itu, berkumpul bersama teman-temannya di depan kelas XI IS (IS= Ilmu Sosial. Dulunya disebut jurusan IPS) yang letaknya berseberangan dengan tempat Auryn berdiri sekarang.

"Auryn!"

Auryn tersentak kaget saat seseorang tiba-tiba muncul dan menepuk bahunya. Spontan, ia mengelus-elus dadanya. Reflek karena kaget. Ia menoleh dan mendapati Devi sudah berdiri di sebelahnya. Devi menatap Auryn datar sambil mengunyah roti coklat.

"Kok malah nangkring disini? Lo nggak ke kantin?", tanya Devi. Ia lalu menggigit rotinya lagi.

"Nggak. Lagi males, Dev. Kantin rame banget. Liat tuh! Lagian gue juga lagi nggak laper"

Ya, rasa laparnya seolah sudah di kalahkan rasa bahagianya saat ini.

Devi tercenggang. "Seriusan? Ah, pasti tadi pas bu Trina jelasin pelajaran lo-nya tidur. Ya kan?"

Auryn lantas tertawa singkat, "Gue kan duduk semeja sama lo, Dev. Ya kali gue bisa tidur, baru nguap dikit aja udah di ajakin ngobrol sama lo"

Devi manggut-manggut, mengamini penjelasan Auryn. Sesaat setelahnya, kembali melanjutkan kegiatannya mengunyah roti. Sedang Auryn kembali memperhatikan kakak kelasnya itu dari kejauhan.

Hal ini sudah menjadi rutinitasnya sekarang. Auryn bahkan hafal hal-hal apa saja yang biasa dilakukan kakak kelasnya itu. Pertama, ia sampai sekolah pukul 06.40, mereka pernah tidak sengaja bertemu di depan gerbang sekolah. Sejak hari itu, Auryn selalu berusaha datang jam 06.40 agar bisa berjalan bersama kakak kelasnya itu.

Iya, berjalan bersama. Kakak kelasnya berjalan di depan, sedang Auryn mengekori persis di belakangnya. Sungguh, Auryn sangat senang memperhatikan punggung tegap yang begitu 'hug-able' itu. Kadang ia sampai senyum-senyum sendiri.

Hal selanjutnya yang diketahuinya adalah kakak kelasnya itu biasanya akan pergi ke kantin bersama dua teman sekelasnya dua sampai lima menit setelah bel istirahat berbunyi. Sekembalinya dari kantin, mereka bertiga akan berkumpul dengan teman-teman yang lain di depan kelas XI IS 4. Saat bel pulang berbunyi, kakak kelasnya itu biasanya akan menunggu kelasnya sepi dulu, barulah ia pulang. Tapi kadang-kadang ia bersama teman-temannya nongkrong dulu di lorong kelas atau di depan tata usaha. Earphone hitam selalu terpasang di telinganya kala sekolah usai. Menemaninya di perjalanan pulang.

Lagu-lagu macam apa yang sering di dengarnya? Siapa penyanyi favoritnya atau apa lagu favoritnya?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu kerap kali terpikirkan oleh Auryn. Tergerak oleh rasa penasaran, ia jadi ingin tau lebih banyak tentang kakak kelasnya itu. Ia ingin mengenalnya lebih jauh. Tapi, apa alasannya? Ia sendiri tidak tau kenapa bisa sepenasaran itu pada orang yang baru ditemuinya beberapa hari lalu, bahkan tau namanya saja tidak.

At First Sight [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang