Date (?)

241 8 5
                                    

"Tujuh belas agustus tahun empat lima itulah hari kemerdekaan kita~" Di perjalanan menuju sekolah, Yunita menyanyikan lagu tujuh belas agustus dengan semangat. Lagu yang pas untuk menyambut ulang tahun Republik Indonesia seminggu lagi. Yunita menggerak-gerakan tangannya seperti gerakan dirigen sebagai pengiring nyanyiannya. Pun disampingnya Auryn ikut menyenandungkan lagu yang sama.

Ini kali pertama Auryn berangkat sekolah bersama sahabatnya. Kalau Yunita tidak lupa mencetak laporan kimia miliknya dan tadi pagi ia tak kerumah Auryn, pasti pagi ini Auryn masih berangkat sekolah sendiri.

Saat mereka sedang menyebrang jalan, suara klakson dari Rush hitam mengejutkan mereka. Rush itu melaju dengan kecepatan tinggi. Beruntung sang pengemudi menyadari keberadaan mereka dan masih sempat menginjak rem. Kalau tidak, mungkin Auryn dan Yunita sudah jadi rempeyek sekarang.

Auryn mengatur napasnya, masih terkejut dengan kejadian tadi. Sedang Yunita yang sudah lebih dahulu tenang menghampiri mobil yang hampir menabrak mereka tadi. Yunita merasa perlu menegur si pengemudi agar kejadian semacam ini tak terulang lagi, cara mengemudi yang seperti itu bisa saja memakan korban. "Heh! Kalo nyetir liat-liat dong! Ini jalanan umum, bukan punya tetangganya tante moyang lo!"

Pengemudi itu menurunkan kaca mobilnya. Lalu tersenyum dan memasang ekspresi tanpa dosa. Yunita hafal sekali siapa yang sering kali menunjukkan ekspresi seperti itu, karenanya ia mematung ditempatnya berdiri. Disenyumi seperti itu membuat jantungnya menggila.

"Apa sihh Yunitaa?" masih dengan senyum dan tampang watadosnya Hendri berujar.

****

"Selamat pagi kakak-kakak," seorang perwakilan dari OSIS masuk ke kelas beberapa menit sebelum bel.

"Selamat pagi adek-adek," sahut Satria dengan suara lantang.

Gadis itu menoleh ke arah Satria kemudian tersenyum ramah.

"Saya dari OSIS mau menyampaikan – " ucapan Dania – perwakilan OSIS – terinterupsi lagi-lagi karena ulah Satria.

"Lu liat gak tadi?! Gue disenyumin bro! Yes, Satria gak jomblo bentar lagi," di tempat duduknya Satria heboh sendiri. Sebenarnya dia hanya berniat mengatakan itu pada Gerald namun jadi terdengar diseluruh penjuru kelas karena volume suaranya terlalu besar.

Gerald mengkeplak kepala teman yang berada dibelakang mejanya itu saat seluruh pandangan tertuju kearah mereka. "Eh centong nasi, norak amat lu ah! Gak boleh disenyumin sama yang bening"

"Sirik aja lu, kripik singkong!"

Lagi-lagi Dania tersenyum, kali ini senyum canggung. Dalam hatinya Dania berdoa supaya ia bisa cepat keluar dari kelas ini.

Sadar semua atensi kembali padanya, Dania melanjutkan. " – dalam rangka merayakan hari kemerdekaan Indonesia, sekolah mengadakan beberapa lomba. Dimohon kelas untuk mengirimkan perwakilannya. Terima kasih"

Dania lalu menghampiri Gerald dan menyerahkan dua lembar kertas kepadanya selaku ketua kelas. "Kalau sudah diisi kertasnya di kumpul di ruang OSIS ya, kak. Saya permisi"

"Satriaaaaaaaaaaaa yang a-nya 12 dek, di add ya," Satria yang tempat duduknya dekat dengan Gerald sengaja memanfaatkan moment ini untuk modusin Dania.

"Aduh gimana ya kak, saya takut pacar saya marah kalo add orang yang nggak dikenal. Maaf ya kak," Dania tersenyum lagi ke Satria.

Gerald langsung terbahak-bahak mendengar ucapan Dania, antara geli dan kasihan. Laki-laki itu menepuk-nepuk bahu sahabatnya. Sementara Satria menatap Dania sambil memegang dada kirinya, air mukanya ia buat seolah-olah sedang sakit hati.

At First Sight [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang