Shinka mengeluarkan seluruh isi lemari miliknya dan adiknya. Ditaruhnya semua di atas tempat tidur lalu dipilahnya satu-satu. Berhubung dress code untuk lomba mereka adalah batik, maka Shinka memisahkan semua gaun batik dari dua tumpukan itu lalu diletakkannya sejajar.
"Cap ... cip ... cup ... cap ... cip ... cup" Telunjuk Shinka menunjuk gaun batik berwarna ungu miliknya yang sudah agak sempit. Ia menggeleng, menyingkirkan gaun itu, kemudian kembali memilah.
"Cap ... cip ... cup ... cap ... cip ... cup" Kali ini jarinya menunjuk gaun batik berwarna dasar magenta. Kembali ia menggeleng. "Kayaknya gue gak cocok deh pake pink"
Shinka duduk ditepi tempat tidur, matanya masih menatap tumpukan baju disampingnya. Perhatian Shinka tiba-tiba tertarik pada gaun batik berwarna dasar biru muda dengan motif bunga milik Sheena. Ia mengenakan gaun itu kemudian mematut diri didepan cermin lemari. Shinka berputar beberapa kali sehingga bagian bawah dari gaun yang dikenakannya sedikit terkembang. Gadis itu kemudian bercermin dari berbagai sisi, kemudian tersenyum puas.
"Sheena punya gaun bagus gak bilang-bilang sama kakaknya"
Setelah puas mematut diri, Shinka merebahkan badannya di tempat tidur sambil memeluk boneka beruangnya yang besar. Senyum tak lepas dari wajahnya, apalagi saat mengingat lomba best couple besok. Membayangkan itu membuat senyumnya kian lebar. Bahkan, peristiwa minggu lalu masih terekam jelas di otaknya.
"Reyhan aja yang ikutan best couple, pasti yang nonton banyak"cetusan ide dari salah satu anggota kelas membuat Shinka terdiam. Jujur dalam hati ia tak rela Reyhan ikut lomba itu, yah kecuali jika dia yang menjadi pasangannya.
"Gak..gak. Penonton bisa-bisa anarkis kalo gue yang ikut lomba itu. Cari yang lain aja, masih banyak ganteng kok. Satria misalnya, dia kan jomblo akut, siapa tau lepas best couple dia dapet jodoh," tolak Reyhan.
Penuturan Reyhan dihadiahi lemparan penghapus karet oleh Satria. "Ngasih saran nggak pake menghina gak bisa ya?"
Reyhan menoleh ke Satria."Yang gue bilang kan fakta"
Satria melempar penghapus untuk yang kedua kalinya. "Fakta sih fakta, tapi gak usah diperjelas juga kali"
"Gue ikhlas jadi pasangannya Reyhan kalo dia ikutan best couple"
"Gue juga pengin kali, siapa juga yang gak pengin dipasangin sama cowok ganteng"
Desas-desus dari siswi yang ada dikelasnya membuat Shinka semakin terdiam. Seperti mereka, Shinka pun mengharapkan hal yang sama.
"Tapi Reyhan pasti milih Auryn"
Ya Reyhan pasti memilih Auryn, dan bukan dirinya.
Siapapun yang punya mata pasti menyadari kedekatan Auryn dan Reyhan. Interaksi keduanya disekolah, perhatian yang ditunjukkan Reyhan, ditambah fakta bahwa Reyhan sering sharing tentang kehidupannya ke Auryn membuat Shinka semakin kecil hati. Pun bukan sekali dua kali ia merasa Auryn beruntung. Shinka iri, Shinka juga ingin merasakan ada diposisi Auryn.
Walaupun sangat ingin, tapi Shinka tidak bisa serta merta meminta Auryn menjauh dari Reyhan. Bagaimanapun, Auryn itu sahabatnya. Auryn berhak menaruh perasaan pada Reyhan, Reyhanpun begitu. Dan Shinka tidak boleh menghalanginya.
Namun, bagaimana dengan perasaannya sendiri?
"Setuju gak Reyhan yang ikut best couple? Kita Voting aja, yang setuju angkat tangan!"ujar Gerald.
90 persen dari seluruh jumlah murid perempuan dan 50 persen dari seluruh jumlah murid laki-laki mengangkat tangan. Jumlah yang lebih dari setengah kelas tersebut sudah cukup untuk membuat Reyhan menjadi calon peserta. "Oke, berdasar keputusan kelas Reyhan ditetapin jadi calon peserta"
![](https://img.wattpad.com/cover/60123107-288-k999069.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
At First Sight [On Hold]
Teen FictionAuryn Nathania is just an ordinary girl. Menurutnya, dia itu gak cantik, gak terlalu pinter, gak terkenal seperti cewek-cewek hits di sekolahnya, pokoknya semua yang ada di dia itu standar. Tapi, dengan modal pas-pasan itu dia berani menaruh perasaa...