Woops!

266 8 1
                                    

"Hai, ka", sapa Auryn pada Shinka yang duduk di meja belakangnya. Shinka yang tadinya sedang mengorat-oret buku mendongak, menatap Auryn lalu membalas sapaannya sambil tersenyum.

Auryn meletakkan tas dan beberapa buku yang dibawanya tadi. Berhubung Reyhan belum datang, jadi Auryn berkesempatan memilih di sisi mana dia mau duduk. Diputuskannya untuk duduk di sebelah kiri, serong dari posisi duduk Shinka sekarang. Alasannya, supaya lebih mudah kalau mau ngobrol sama Shinka pas jam kosong.

Auryn memutar kursinya 90o ke kanan sebelum melanjutkan obrolannya. "Tumben nggak sama Tata, ka"

Kaget. Shinka buru-buru menutup bukunya, lalu mendongak menatap Auryn lagi "Tata lagi kumpul bareng anak-anak basket di kelas IIS. Jadi gue ditinggalin sendiri deh. Tapi nggak apa-apa"

Walau pernah, tapi pemandangan ini sangat jarang terlihat di mata Auryn. Biasanya, tiap pagi Shinka dan Margaretha sudah sibuk nonton di meja mereka. Mereka itu ibarat perangko sama lem-nya. Nempel mulu.

"AURYN!!" Devi meneriaki nama Auryn dari ambang pintu "Sini, buruan!"

"Mm.. Shinka, gue tinggal dulu ya. Devi suruh gue nyamperin dia soalnya"

"Iya nggak apa-apa kok, Ryn"

Auryn mengangguk kemudian bergegas menyusul Devi yang kini sudah tak terlihat batang hidungnya.

Sementara di dalam kelas, Shinka menghembuskan napas lega. Sesaat kemudian kepalanya langsung ambruk di atas buku yang diorat-oretnya tadi.

Nyariss!! Shinka, apa sih yang lo lakuin?, Shinka merutuki kebodohannya sendiri dalam hati.

Shinka kembali membuka halaman belakang dari buku catatan biologi, tempat ia membuat coret-coretan tadi. Kembali melihat deretan huruf-huruf yang memenuhi halaman tersebut. tersusun berjajar secara diagonal dari sudut kiri bawah sampai sudut kanan atas.

SHINKA ♥ REYHAN

Buru-buru dihapusnya tulisan tersebut, takut kalau-kalau terbaca orang. Sialnya, Shinka menulis dengan segenap perasaan. Goresannya terlalu tebal. Sehingga walau itu tulisan pensil, tetap susah dihapus.

"Pagi, Shinka" Tubuh Shinka tiba-tiba menegang begitu terlinganya berhasil menangkap suara itu. Tanpa harus menoleh, Shinka sudah tau siapa yang memanggil namanya.

Dengan susah payah Shinka mengulas senyuman, lalu membalas sapaan Reyhan.

"Lagi ngapain?" satu lagi pertanyaan yang membuat jantung Shinka hampir copot hari ini. Reyhan membungkuk, mencoba melihat apa yang dikerjakan gadis disampingnya ini.

Syukurlah refleks Shinka jauh lebih cepat. Ditutupnya buku itu. Ia kembali mengulas senyum yang dipaksakan, lalu menggeleng pelan saat melihat Reyhan mengernyitkan dahinya.

"Bukan apa-apa"

****

"Dev, Gila! Lu lari cepet banget!" Auryn berhenti lari setelah berhasil menyusul Devi. Badannya membungkuk dengan dua telapak tangan ditumpukkan di atas lutut. Napasnya tersenggal-senggal.

Setelah memanggil Auryn tadi, Devi langsung berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Berbelok ke kanan menyusuri koridor. Lalu berhenti saat sudah setengah jalan. Menoleh, memastikan Auryn masih dapat mengikutinya.

"Buruan! Nyesel lo nanti!" Devi menarik lengan Auryn, mengajaknya berlari bersama agar lebih cepat sampai tempat tujuan.

Mereka berhenti di ujung lorong. Didepan ruang eskul tari modern. Untuk apa Devi membawanya ke sini?

At First Sight [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang