Auryn membuka kelopak matanya perlahan sambil mengerjap beberapa kali, beradaptasi dengan cahaya matahari yang masuk dari jendela kamarnya. Tangannya meraih weker di atas nakas samping tempat tidur. Weker itu senantiasa membangunkan Auryn setiap pagi, namun mulai hari ini sampai dua hari kedepan ia diliburkan dari tugasnya.
Pukul 08.00. ah, sudah siang rupanya. Padahal rasanya baru 5 menit Auryn tidur. Diletakkannya kembali weker itu ditempatnya, lalu ia berbalik, memunggungi asal cahaya. Ia menyambar bantal guling kesayangannya, merapatkan selimut ke tubuhnya, lalu melanjutkan tidur. Namun, baru dua menit terlelap, tidurnya kembali terinterupsi. Kali ini oleh suara notifikasi LINE dari ponselnya –yang entah sejak kapan sudah tergeletak di samping kepalanya–
"Siapa sih nge-LINE pagi-pagi gini? Hoamm.." Dengan nyawa yang baru terkumpul setengah, Auryn membaca chat tersebut
Pevita Tiffany R.: Auryn
Pevita Tiffany R.: Ryn
Pevita Tiffany R.: Oi Rynnnn!
Pevita Tiffany R.: Bangun oi!
Pevita Tiffany R.: Ryn, tolong fotoin catetan bio lo ya, kalo udah bangun.
Pevita Tiffany R.: Pas gue gak masuk ada tugas nggak?
Auryn Nathania: Libur woi libur! elah masih aja nanyain tugas
Pevita Tiffany R.: Pan kagak masuk kemaren
Auryn Nathania: Ada, tugasnya pak Hubertus. Sumpah! Bapak itu niat banget ngasih fotokopi LKS sampe berlembar-lembar. Ntar gue fotoin sekalian
Pevita Tiffany R.: Astaga tugas dari pak Hubertus lagi?! Gimana ngerjainnya coba? Kan jawabannya nggak ada di googleee
Pevita Tiffany R.: Lo udah ngerjain belom Ryn? Gue nyalin dong
Auryn Nathania sent you a picture
Auryn Nathania: Ntar, kalo gue udah dapet pencerahan ya. Kalo pertanyaannya ajaib kayak gini, bertapanya kudu lama.Pevita Tiffany R.: Haha oke, selamat bertapa. Jangan lupa bagi-bagi gue kalo dapet jawaban.
Karena sudah terlanjur bangun, Auryn jadi malas menyambung tidurnya. Alhasil, ia hanya duduk bersandar pada headboard tempat tidur sambil meregangkan otot-ototnya. Ia kembali mengambil ponselnya, bermaksud membalas pesan teman-temannya yang lain. namun suara ketukan di pintu menghentikan aktivitasnya.
"Non Auryn, non sudah bangun?", seru bi Inah dari balik pintu.
Auryn membuka pintu kamarnya dan mendapati bi Inah tengah membawa senampan sarapan. "Ya bi. Auryn barusan bangun. Ada apa?"
"Ini non, bibi bawain sarapan", ujarnya sambil menyodorkan nampan itu ke Auryn "Tadi tuan sama nyonya ngajakin non sarapan, tapi bibi ketuk-ketukin pintu kamar non nggak ada sahutan"
"Sekarang papa sama mama dimana bi? Masih sarapan ya?"
"Wah, tuan sama nyonya udah pergi kerja non. Barusan, sekitar 10 menitan yang lalu."
"Ooh, yaudah nggak apa-apa bi. Makasih ya"
"Sama-sama non, kalo gitu bibi ke bawah dulu ya, mau beres-beres"
Auryn mengangguk, lalu menutup pintu saat bi Inah sudah menuruni tangga. Ia kembali naik ke atas ranjang, kemudian mulai memakan sarapannya: dua tangkup roti dengan selai coklat ditambah segelas susu vanilla yang masih hangat.
Tangan kirinya meraih ponsel, melanjutkan aktifitasnya tadi. Karena banyak sekali chat yang masuk dari grup SC'7, Auryn memutuskan untuk melihat-lihat timeline LINE nya yang rata-rata isinya notifikasi dari game. Hingga pada satu titik, ibu jarinya berhenti. Matanya meneliti satu persatu postingan yang ternyata berasal dari sahabat-sahabatnya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
At First Sight [On Hold]
Teen FictionAuryn Nathania is just an ordinary girl. Menurutnya, dia itu gak cantik, gak terlalu pinter, gak terkenal seperti cewek-cewek hits di sekolahnya, pokoknya semua yang ada di dia itu standar. Tapi, dengan modal pas-pasan itu dia berani menaruh perasaa...