Mereka berenam masih disana, diatas balkon. Haha.. Ya, mereka berlima memutuskan bolos masuk kelas untuk menemani V meskipun V sebenarnya lebih senang sendiri. Tapi tak apalah, selama mereka tidak mengusiknya V berdiam diri saja. Mereka berlima, Namjoon, Hoseok, Jimin, Hani, dan Irene telentang di atas balkon menatap langit biru membentuk bintang dengan masing-masing kepala saling menempel satu sama lain. Berbeda dengan V yang memilih untuk duduk bersila sambil memainkan daun entah darimana.
"Ini benar-benar tidak terasa" ucap Namjoon memecah keheningan.
"Apa?" tanya Hani yang matanya masih tertuju ke atas langit.
"Sebentar lagi kita akan berpisah".
"Apa maksudmu?" kini Hoseok angkat bicara sambil mengerutkan kedua alis tebalnya.
"Kita sudah kelas 3 sekarang. Kita akan segera lulus. Bukankah kita akan segera berpisah?" jelas Namjoon.
"Ah tidak juga" senyuman smirk terbentuk di wajah Jimin yang imut.
"Maksudmu?" selidik Irene yang kini bangkit untuk duduk menatap Jimin lekat-lekat.
"Guys, come on. Jangan melankolis gini, kita masih punya waktu setahun lagi" senyum smirk di wajahnya belum juga pudar. Meskipun dalam kenyataannya, sebenarnya Jimin lah orang yang paling perasa di antara ke empat sahabat lamanya itu.
Hoseok yang mendengar godaan Jimin langsung menoyor kepala Jimin yang juga telah bangkit dari tumpukan semen padat sana. Hoseok sebenarnya tau betul bagaimana perasaan Jimin saat ini, dia hanya tidak ingin suasana menjadi semakin keruh. Hoseok dan Jimin sebenarnya sepupu juga, ibunya Hoseok adalah kakak kandung dari ayah Jimin. Mereka dibesarkan dan di rawat bersama-sama selayaknya adik dan kakak. Seperti anak kembar saja. Maka dari itu, Hoseok lebih banyak tau tentang Jimin di banding teman yang lain. Begitu juga Jimin yang banyak tau tentang Hoseok. Adil.
"V?" tanya Namjoon dengan menepuk bahu V.
"Ya?" singkatnya.
"Bagaimana denganmu?".
V mengangkat sebelah alisnya tanda tak mengerti dengan apa yang dimaksud Namjoon.
"Bagaimana denganmu selepas lulus nanti?".
"Tidak ada".
V benar-benar aneh, cetus Namjoon dalam hati. Dengan ilmu dukun dicampur kerja otaknya yang memiliki IQ tinggi, Namjoon menerka-nerka bahwa ada yang tidak beres dengan kehidupan V yang bukan lain adalah pria yang berada di sampingnya itu.
"Sudahlah" sentuhan tangan Hani ke bahu Namjoon membuyarkan konsentrasi Namjoon terhadap V.
"V, kau akan ikut dengan kami hari ini?" seru Jimin dengan cengirannya.
"Tidak".
"But.. Why? Kita akan bersenang-senang".
"Aku ingin sendiri".
"Eng.. Baiklah jika kau tidak ingin ikut, aku akan menemanimu" Jimin tiba-tiba merangkul V dan ditatapnya Jimin dengan pandangan tidak suka dari V. "Sorry" Jimin segera melepas rangkulannya dengan sedikit gugup.
"Sampai kapan kita akan disini?" kini Hoseok ikut duduk diantara mereka.
"Entahlah, tanya saja pada tuan V-ssi ini" canda Jimin.
"Kalian pulang saja" tatapan V tetap menembus jauh pada gedung-gedung pencakar langit.
"Kami tidak mau" Namjoon melipat kedua tangannya di dada dengan raut wajah yang bisa dibilang belagu.
Tanpa pikir panjang V berdiri lalu meninggalkan mereka berlima dengan tenang. Sudah sering kan aku bilang jangan mengganggu singa tidur..
Mereka berlima saling menatap kebingungan melihat perilaku V yang sangat aneh. Hoseok hanya mengangkat kedua bahunya lalu berlari hendak menyusul langkah cepat V dan diikuti pula oleh yang lainnya.
"V! Tunggu!!" teriak Hoseok yang sedikit berlari mencegah V dan berniat menghentikan langkahnya. Berhasil! Langkah V terhenti disana.
Dengan nafas yang terengah-engah Hoseok pun berhasil menghampiri V yang masih diam di tempat. "Kau ini kenapa?".
"Pertanyaan tidak penting" V kembali berjalan untuk mencapai gerbang sekolah.
Hoseok dan 4 kawan lainnya hanya terdiam dan mengekori kepergian V dengan kedua mata yang masing-masing mereka punya.
"Sudah tak apa, ayo pulang" ajak Irene dengan wajah yang kecewa.
Mereka berlima pun pulang melewati lorong-lorong sekolah yang mulai sunyi. Tak ada satu pun dari mereka yang angkat bicara karena sibuk dengan pikirannya masing-masing. Entah apa yang dipikirkan, namun perilaku V benar-benar aneh dan belum pernah mereka dapatkan selama ini dari siapa pun.
***
Hari ini weekend. Namjoon, Hoseok, Jimin, dan Hani memutuskan untuk pergi bersama ke sebuah bioskop di kawasan kota Seoul. Hani sangat antusias karena memang dia sudah lama tidak pergi menonton bersama sahabat-sahabatnya pasca kesibukan mereka untuk ujian kenaikan kelas beberapa bulan lalu. Namun tidak dengan Irene, dia lebih memilih diam saja di rumah karena mager. Irene bukan tipe orang yang begitu senang untuk berfoya-foya di hari libur, cukup dengan fasilitas rumah yang ada saja dia sudah merasa nyaman.
"Kita nonton apa nih?" tanya Jimin sambil melihat-lihat poster bioskop yang terpampang di dekat pintu masuk untuk pembelian tiket.
"Ini! Sepertinya ini seru" telunjuk Hoseok tertuju pada poster film bergenre romance.
Jimin menoyor kepala Hoseok hingga kepala Hoseok hampir menabrak orang yang lewat. "Ah tidak! Lebay sekali kau ini" ujar Jimin.
Hoseok hanya diam sambil mengelus-ngelus dahinya yang habis di toyor Jimin.
"Nah ini saja, sepertinya seru juga" kini telunjuk Jimin menunjuk sebuah poster film berjudul Psychopath already near. "Gimana?" lanjutnya antusias.
"Boleh juga" setuju Namjoon sambil mengelus-ngelus dagunya.
"Ahh, tidak mau!" kini Hani protes karna mengingat dia seorang wanita dan akan sangat ketakutan bila menonton adegan kekerasa.
"Sudahlah, Hani. Tidak apa-apa" tangan Namjoon memegangi pergelangan tangan Hani dan dibalas dengan muka jijik oleh Jimin dan Hoseok.
Akhirnya mereka pun setuju dengan ajakan Jimin. Mereka membeli tiket serta memesan tempat duduk. Masih ada 10 menit lagi untuk masuk kedalam bioskop, mereka memutuskan membeli pop corn dan minuman soda yang sudah tersedia di dekat tempat tiket terlebih dahulu.
Sesampainya di tempat TKP, Jimin sangat antusias. Berbeda dengan Hani yang beberapa kali menelan ludah dengan susah payah, wajahnya pun sedikit pucat dan telapak tangan yang dingin.
Melihat ekspresi Hani yang lucu, Namjoon tersenyum geli dan segera merangkul Hani kasar layaknya seorang sahabat untuk duduk di kursi yang sudah di pesan. "Ayolah penakut" ejek Namjoon dan hanya dibalas dengan cubitan kecil di lengannya.
Mereka pun duduk di jajaran tengah bangku bioskop. Jika diurut dari samping kiri, disana terdapat Jimin, Hoseok, Hani, lalu Namjoon. Setelah beberapa kali Hani memeluk lengan kanan Namjoon karna ketakutan, Namjoon hanya tersenyum geli.
"Jimin-ah, sepertinya kita hanya jadi obat nyamuk" gerutu Hoseok.
"Memangnya kenapa?" tanya Jimin yang masih menatap layar lebar di depannya.
"Lihat saja mereka. Hani beberapa kali memeluk Namjoon, padahal yang disampingnya kan bukan hanya Namjoon" menunjuk Namjoon dan Hani dengan dagu.
"Hahaha... Iya juga. Abaikan saja lah, lagi pula tujuan kita disini untuk bersenang-senang" celetuk Jimin dengan santainya. Hoseok melanjutkan menonton.
Jimin memang terkenal seorang playboy di sekolah. Meskipun dia jarang sekali selingkuh ketika memiliki pacar, tapi dia sering gonta ganti pacar atau hanya sekedar merayu beberapa perempuan cantik di sekolahnya. Ini semua karna mantan kekasihnya yang pergi meninggalkan Jimin begitu saja setahun yang lalu menyebabkan Jimin patah hati dan tidak begitu perduli lagi dengan kata cinta.
Haiiiiiii!!! Maaf part yang ini emang gaje alias gak jelas dan banyak typo :( tapi kalo emang pengen lanjut voment yaaa, saranghae readers :*
KAMU SEDANG MEMBACA
V-ssi
FanfictionSeorang siswa baru yang aneh dan tidak disukai siswa lainnya di sekolah baru yang ia tempati Cukup panggil ia V dan jangan panggil dengan nama aslinya karena itu akan membuatnya tidak suka Namun perubahan mulai terjadi setelah lima teman sekelasnya...