Niall POV
Bersama Selena setengah hari sangat menyenangkan sekali. Dia begitu asyik dan lucu. Beberapa kali aku sempat menyubit pipinya yang menggemaskan itu. Ah, andai saja bisa diulang kembali.
Aku memasuki apartemenku. Kosong. Sama seperti biasanya. Dasar Greg! Oh ya! Aku harus menceritakan hariku kepada Felice! Dia adalah pendengar dan pemberi solusi yang baik.
Aku kembali keluar dari dalam apartemenku dan membuka apartemen Felice. Dikunci. Apa gadis itu tidur?
"Felice bukakan pintu untukku."
"Felice? Apa kau mendengarku?" aku mengeluarkan ponselku dan meneleponnya. Tidak aktif. Shit! Aku jadi cemas sekarang. Entah apa yang harus kukatakan kepada mom saat dia menyakanku tentang putr...
Pintu terbuka. Aku langsung menghambur masuk. Dari balik pintu aku dapat melihat Felice yang sedang menundukkan kepalanya. Ada apa?
"Hey? Kau kenapa?" tanyaku. Namun dia tak menjawabku.
Agak lama saat dia mengangkat wajahnya. Astaga! Sudah berapa lama dia menangis? Wajahnya sangat mengerikan sekali. Kedua bola matanya bengkak. Hidungnya merah.
"Kau kenapa? Siapa yang menyakitimu? Aku akan menghajarnya!" ujarku sambil meninju angin.
Felice menggeleng lemah,"jauhi Selena, Niall. Dia tidak pantas untukmu!"
APAAA?
Darahku langsung naik begitu dia membawa nama gadis yang kusukai, sangat kusukai. "Maksudmu apa?"
"Selena bukan gadis baik-baik, Niall. Dia jahat. Dia sangat jahat. Dia jelmaan dar...."
Felice POV
"Kau mau memesan?" tanyaku. Heran saja. Liam membawaku ke starbuck. Aku memang suka menghabiskan waktuku disini, bersama Niall. Kalau dengan yang lainnya, aku tidak akan pernah betah. Aku juga selalu ketempat ini, selalu ditemani Niall ataupun mom. Tidak pernah dengan yang lain.
"Kau tidak ikut memesan?" tanya Liam menatapku lekat. Aku menggeleng. Rasanya tidak selera. Aku ingin pulang saja.
Liam mengagguk,"yasudah. Ayo kuantar kau pulang." katanya. Aku mengekor dibelakang Liam. Kami menuju mobil kembali.
Belum sampai dimobil, mobil lain memotong jalan kami. Aku hanya biasa saja. Namun Liam melototi mobil itu. Hingga keluarlah seseorang dari dalam mobil. Harus kukatakan nona... Karna dia perempuan.
Gadis berkulit sawo matang dengan bulu mata yang lentik dan rambut sepunggung yang berkilau. Waw. Dia seperti model saja!
"Sudah kuduga! Selena benar lagi!"
Kenapa dia membawa-bawa nama Selena?
"Darl, aku bisa jelaskan...."
Gadis itu setengah mengamuk,"tak ada yang bisa kau jelaskan kepadaku, Payne! Seharusnya sudah sejak awal aku percaya pada Selena!"
Liam memuncak,"kau sudah beberapa kali ditipunya? Sekali? Dua kali?! Jangan bodoh Sophia! Dia ingin merusak hubungan kita!"
Sop-hi-a? Jadi? Gadis dihadapanku ini adalah pacar Liam? Damn Selena! You're a good! A liar!
"A..aku bisa jelaskan. S..semua ini h..hanya kesalahpahaman, Sophia." ujarku. Namun tak berhasil sama sekali. Sophia malah menatapku dengan tajam.
Dia menunjukku,"inikah gadis yang kau pilih, Payne? Lumayan juga!" lalu dengan cepat menyambarku, menjambaki rambutku. Aku tak sempat membalasnya, yang kulakukan hanya berjaga-jaga saat dia lebih brutal lagi menerjangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Heart
FanfictionDan kau harus menerima saat dimana waktu itu akan tiba. Disaat orang yang selalu kau tunggu tak pernah datang, dan disaat orang yang selalu kau perjuangkan tak akan pernah mengetahuinya. Here's the third One Direction fanfiction by @IsnainiHermiaa...