Niall POV
Aku harus berterus terang padanya. Selena. Mengatakan bahwa aku mencintainya, bahkan lebih memilihnya ketimbang Felice. Dia bahkan tidak peduli denganku, so, apa salahnya aku juga bersikap tidak peduli padanya. Tapi masalahnya, can i?
Kurasa tidak. Jauh dilubuk hatiku, aku sangat sayang padanya. Dia adikku, keluargaku, wanita pertama yang membuat hariku bewarna sejak aku berusia empat tahun. Wanita yang selalu menghiburku dikala aku sedang sedih dan juga selalu selalu berada disampingku. Dia wanitaku.
Tapi masihkah dia ingat dengan janji lama itu? Kini kami bagaikan menjauh. Padahal dua hari yang lalu saat hari pertama masuk sekolah, kami masih akur. Ini semua salahku.
Yosh, tidak sepenuhnya juga. Melibatkan Selena didalam makiannya yang kasar merupakan sebuah pelecehan. Untung saja Selena gadis yang baik hati. Aku tak pernah tau apa yang ada didalam hatinya saat ini!
Melihatnya tertawa riang dengan Liam dan nerd, lalu melihatnya bersama ketua OSIS yang tehormat, Louis Tomlinson. Membuat rasa penasaranku tumbuh semakin kuat. Sebenarnya ada apa? Tapi masihkah aku memikirkan itu? Inilah jalan hidup. Jika dia memutuskan untuk bahagia bersama teman-teman barunya, akupun juga akan begitu.
Bersama Selena Gomez.
Felice POV
"Tebak aku bertemu dengan siapa!" seruku begitu melihat keduanya tengah berbincang dikelas.
Harry menaikkan sebelah alisnya dan Liam menyisir rambutnya dengan jari,"siapa?" sahut mereka bersamaan.
Aku jadi bersemangat untuk bercerita,"aku...baru....saja....bertemu.....dengan...." oh Gosh, should i tell? No. Maybe next time!
"Dengan siapa Mrs. Ashley?" goda Liam padaku. Aku membalas dengan menjulurkan lidah,"aku akan menceritakannya lain kali."
"Kau aneh sekali. Kau memaksa kami untuk mendengarkan ceritamu, tetapi kau malah menghentikannya." sahut Harry kesal, membuatku tertawa.
"Aku kan tidak memaksamu, curly." balasku sambil tertawa melihat ekspresinya.
Liam ikut tertawa bersamaku, menjitak kepala Harry,"bodoh." umpatnya disela-sela tawanya.
Mendadak suasana kelas riuh dan beberapa orang langsung berlari dengan tergesa-sega keluar kelas. Ada apa?
Aku menarik tangan Ariana yang kebetulan melintas didepanku,"Ariana, ada apa?"
"Ta...maa....n." dia langsung lari begitu saja. Ada apa sih?
"Hay guys, sorry, aku harus pergi dulu. Aku ada urusan sebentar." Harry berpamitan. Kami mengangguk. Semakin bingung saat kelas ini kosong. Dan beberapa murid kelas sebelah ikut berlarian.
"Mau melihat apa yang terjadi?" aku menyetujui usulan Liam. Kami berjalan beriringan. Tapi karena Liam adalah laki-laki, jalannya cepat sekali. Sementara aku mesti berdesak-desakan dikoridor. Sebanyak inikah yang mau melihat 'sesuatu' ditaman itu?
Bukkk
Aku terjatuh setelah menabrak seseorang. Lalu ada yang membatuku berdiri. Aku mengucapkan terimakasih, lupa bahwa orang inilah yang membuatku terjatuh. Seharusnya aku marah.
Orang dihadapanku ternyata laki-laki, dengan rambut hitam lebat. Bulu mata dan alis matanya lentik. Matanya bewarna coklat. Tatapannya teduh dan sejenak menghipnotisku.
"Hello, i'm Zayn." katanya sambil mengulurkan tangannya. Aku membalas ulurannya,"i'm Felice. Nice to meet you."
"Nice to meet you too. By the way, ada apa ditaman depan?"
"I don't know, Zayn. Tapi aku akan segera kesana."
Zayn mengangguk dan memberikanku jalan. "Aku akan mencarimu nanti."
Aku tersenyum dan mengangguk padanya, lalu bergegas mencari Liam.
Kurasa ada sebuah tangan yang menarik lenganku, membuatku terlonjak.
"Jangan biarkan aku meninggalkanmu lagi, Mrs. Ashley!" gerutu Liam. Wajahnya terlihat panik. Ah, dia menghawatirkanku.
Lalu untuk selanjutnya Liam mengenggam tanganku hingga sampai ditempat yang ramai, taman. Aku mengekor dan berlindung dibelakang badan Liam yang kokoh, sementara Liam berusaha untuk menerobos kerumunan hingga kami sampai dideretan terdepan. Aku menyembulkan kepalaku.
Fuck! Seharusnya aku tidak pergi ketempat ini. Sebab disinilah aku melihat dua orang yang sangat aku benci.
"Selena.... Would you be mine?" Niall mengeluarkan sekuntum mawar putih dari belakang punggungnya.
Damn it! Kurasa aku butuh pegangan saat ini.
Selena POV
"Bisa kau ikut aku sebentar?" aku menatap kearah Niall yang sangat serius pagi ini.
Aku ingin sekali, tapi bukankah sebaiknya aku meletakkan tasku dikelas terlebih dahulu? "Lebih baik aku meletakkan tasku dulu, Ni."
Niall mengenggam tanganku erat,"nanti saja." terpaksa aku mengikutinya. Dia ternyata membawaku ketaman depan, Niall mau apa?
"Apa yang ak...." kata-kataku terhenti begitu saja begitu melihat kerumunan orang berdiri mengelilingi kami. Niall menatapku dalam, sementara aku hanya bisa menatapnya dengan bingung.
"Selena, aku tahu kita baru berkenalan dua hari yang lalu. Tetapi aku sudah memiliki perasaan yang dalam kepadamu, bahkan sangat dalam. Aku sayang padamu, Selena. Dan untuk jawabannya, aku tidak akan memaksamu, semua terserah padamu."
Oh God, i don't believe that! Niall feel the same as i feel to him. "So?" tanyaku perlahan.
Aku bisa melihatnya menarik nafas sangat dalam, dia terlihat semakin cute saat serius seperti ini.
"Would," waittt! Aku bisa melihat Felice dari sini, dia berada dibelakang Liam. Wow, ternyata Liam makin dekat saja dengan gadis itu! Aku tak tahu apakah aku harus marah atau senang terhadap Sophia, marah terhadapnya lantaran dia membawa-bawa namaku, seperti waktu itu atau senang karena sudah membantuku melancarkan salah satu misiku untuk menjauhkan Felice dari Niall, "you be mine?"
Aku ternganga, semakin ternganga lagi begitu melihat Niall mengeluarkan sebuah mawar putih dari belakang. Tak menyangka Niall akan 'menembakku' secepat ini. Kukira hari ini dia hanya akan menyatakan perasaannya saja.
Seluruh orang berseru-seru menunggu jawabanku,"katakan 'ya' padanya!" beberapa orang mengatakan seperti itu. Bersorak beberapa kali.
Felice sudah pergi. Baguslah.
Aku tersenyum manis,"yes Niall, i would. I would be your girlfriend."
Flashback on-
"Bisa kupesan bunga dari tempatmu? Ya, setangkai mawar putih." aku bisa mendengar Niall berbicara dengan seseorang ditelepon. Memang Niall agak menjauh dariku saat dia ingin menelepon, tapi hell, dikiranya aku sudi untuk berdiam disini? Aku menguping.
"Ya, untuk seorang gadis. Bukan.... Bukan Felice, dia hanya sahabatku...... Hahaha, aku bisa memperkenalkanmu padanya nanti..... Kau benar-benar ingin tahu?...... Namanya Selena Gomez...... Yayaya, diamlah, aku akan menembaknya hari ini ditaman depan. Temui aku ditaman dan beri bunganya tanpa dilihat orang."
God! Apakah Niall serius dengan ucapannya? Seratus persen pasti serius. Aku kemudian kembali ketempatku asal dan dengan manis menunggu Niall. Tak lama kemudian Niall datang dan mengenggam tanganku.
"Bisa ikut aku sebentar?"
Tidak ada yang tahu saat dimana aku mengetik pesanku untuk Gigi dan Kendall agar mengumpulkan orang ditaman ini. Membuat mereka memastikan agar Felice juga melihatnya. Dengan cara mereka...
Flashback off-
Anyway, let's see how many votes i can get. If i get 10 (?) or more that i'll update again.
Muacchhhhhhh.....
Salam dari:
Zaynmalik's wife
NiallHoran's girlfriend
ShawnMendes's sister
❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Heart
FanfictionDan kau harus menerima saat dimana waktu itu akan tiba. Disaat orang yang selalu kau tunggu tak pernah datang, dan disaat orang yang selalu kau perjuangkan tak akan pernah mengetahuinya. Here's the third One Direction fanfiction by @IsnainiHermiaa...