Felice POV
Niall menangkapku, oh, sekarang dia malah memelukku seolah tak ingin kehilangan diriku. Pelukannya seperti ini yang selalu kusukai. Walaupun dia hanya memelukku dari belakang, aku sangat sangat senang.
"Aku tak akan melepaskanmu kali ini sebelum kau menciumku!" ujarnya tepat dibelakangku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang menerpa leherku. Hangat.
Lalu aku bisa apa? Aku kembali bertanya padanya dengan nada yang sangat manis, "kau ingin dicium olehku?"
Dan dia hanya mengagguk.
Aku menyembunyikan rasa puasku. Masih tetap lurus tanpa berusaha melirik kearahnya.
"Atau kau lebih memilih dicium mesra oleh nando's?" tanyaku kembali.
"Kalau aku memilih dua-duanya bagaimana?"
"No, Niall. Kau harus memilih satu diantaranya." aku tersenyum.
Niall mulai melonggarkan pelukannya, membuatku berbalik menatapnya. Shit, matanya indah benar-benar membuatku terpukau.
"Hmm..." Niall berpikir sejenak. Membuat wajahnya semakin kelihatan cute, "baiklah, aku akan memilih....."
Aku mulai mengembangkan senyumku lagi.
"....nando's."
Aku sudah bisa menduganya. Dia bahkan mencintai makanan ketimbang dirinya sendiri.
Well. Aku hanya tersenyum melihat pipinya sudah berubah menjadi pink. Astaga! Dia imut sekali!
"Baiklah, aku akan memesankannya untukmu." ujarku.
Niall POV
Setelah puas dengan makananku, kini perutku membuncit. Yah, tidak besar-besar amat sepertinya. Felice makan dengan sopan dan beraturan, berbeda denganku yang makan dengan rakus mirip abang-abang kuli bangunan.
Ah, gadis itu kan sudah tahu diriku. Yah, tidak sepenuhnya juga sih. Hanya beberapa, maksudku hanya beberapa yang tidak diketahuinya.
Kini Felice tengah mencuci piring dibelakang. Aku mengambil remote tv dan duduk di sofa.
Rumah Felice memang selalu sepi. Begitu juga dengan rumahku. Hanya saja aku tinggal bersama Greg, kakakku dan ayahku. Felice hanya tinggal berdua dengan ibunya. Hampir setiap hari aku selalu bermain dirumahnya, seperti ini, makan, bermain, menonton dan tidur. Aku jarang berada dirumah, karna rumahku juga sama sepinya dengan rumah Felice. Greg sangat suka pulang malam! Kalau dad, aku tak bisa menyalahkannya, dia berkerja.
"Niall, kau mau orange juice?" tanya Felice dari arah dapur. Lalu tiba-tiba gadis itu menghampiriku sambil memberikan sebuah gelas berisi orange juice. Aku menerimanya sambil mengulurkan senyum.
Felice duduk disampingku, menyenderkan kepalanya dibahuku. Aku tahu, dia sangat suka seperti ini. Disaat aku selalu menyediakan bahuku untuk menjadi sandarannya.
"Kau sudah mengantuk, Felice?"
Dia tetawa sambil menepuk lenganku,"hahaha, ayolah Niall, kau kira ini jam berapa? Ini baru jam 7 malam! Aku bahkan bisa tidak tidur semalaman, kalau aku menginginkannya."
"Kau akan sakit seperti itu." nasihatku.
"Dan mataku akan berkantung. Hahaha. Ngomong-ngomong Greg lama sekali pulangnya, ya?"
Aku langsung memasang wajaha cemberut,"maksudmu kau ingin mengusirku?"
Felice mengangkat kepalanya, menatapku, "tidak, Nialler! Aku hanya bertanya saja."
"Well, aku juga tak tahu kapan ia akan pulang. Mungkin dia mabuk dan lupa jalan."
"Hahahaha, kau jahat sekali dengan kakakmu!" gadis itu tertawa dan kembali menyenderkan kepalaku. Dia merebut remote dariku dan mengganti channelnya.
"Hei!" tegurku berusaha mengambil kembali remote itu. Tapi ugh, Felice sama sekali tidak membiarkannya! Gadis itu benar-benar menyebalkan sekali!
"Yang ini saja, aku menyukainya!"
Aku memutar kedua bola mataku, "ya, hanya KAU! C'mon Felice, ini film snow white, masa aku juga harus ikut menonton denganmu?"
"Nonton saja! Lagian hanya sekali-kali. Aku juga sering menonton pertandingan bola denganmu,kan?"
Yosh, itu benar juga sih. Entah mengapa aku merasa menjadi perempuan sangat menyenangkan. Kau bisa bebas menonton acara apapun tanpa ada yang meledekmu. Lalu soal pakaian? Kalian bisa menggunakan kaus santai, celana panjang bahkan sneakers. Sementara kaum laki-laki tak akan bisa menonton frozen, tanglet, snow white (atau apalah namanya) juga tidak bisa menggunakan mini dress, rok bahkan high heels. Hidup memang sangat tidak adil!
Setelah stengah jam kami menghabiskan waktu menonton, tiba-tiba pintu depan terbuka. Memperlihatkan seorang wanita cantik yang sudah tidak muda lagi. Yosh, mom-nya Felice.
"Hi mom." sapa kami berdua. Bagi kalian yang ingin menanyakan mengapa aku memanggil mom-nya Felice dengan sebutan mom dan bukannya aunty.
Ayah dan ibuku sudah lama bercerai. Sejak aku berusia 5 tahun. Yosh, setahun setelah aku berteman dengan Felice. Sementara Felice juga kehilangan sosok dad-nya. Karna daddy Felice kabur begitu saja.
Mom tesenyum ramah, mengangkat sebuah plastik belanjaan. "Hai Niall, ini ada cemilan untuk kalian berdua."
Felice menghampiri mom dan membawa plastik itu kesofa kembali. Dan aku membukanya terlebih dahulu. Banyak sekali makanan ringan!
Oh, potatos chips!
Cemilan kesukaanku. Aku menghampiri mom yang saat ini berada di dapur.
"Thanks mom untuk cemilannya." sahutku ketika melihat mom.
Mom tersenyum," hanya cemilan. Tak perlu berterimakasih. Kalau mau berterimakasih, mom juga akan berterimakasih kepadamu karena selalu menjaga Felice."
"Aku sudah lama ingin memiliki seorang adik, dan dari usiaku empat tahun, aku sudah menganggap bahwa Felice adalah adikku. Jadi aku akan selalu menjaganya."
"Ah, terimakasih, Niall. Kau sangat baik!"
Aku jadi malu saat mom selalu menganggapku baik.
"Jadi kau masih akan disini, kan? Kulihat Greg sudah kembali, tadi. Kami berada dalam satu lift."
Oh, kakak super menyebalkan itu sudah pulang rupanya.
"Kufikir aku akan pulang saja, mom. Aku juga harus beristirahat, besok adalah hari pertamaku sekolah."
"Haha, baiklah." aku memeluknya. Betul-betul kuanggap seperti ibuku sendiri.
Aku melesat meninggalkan apartemen Felice. Melihat gadis itu masih menonton cartoonnya. Dan begitu aku sudah sampai didepan apartemennya, aku tersadar. Bahwa ada milikku yang tertinggal...
Untuk chapter kedua mungkin cuma sepanjang ini. Tapi untuk chapter selanjutnya, akan kuusahakan untuk lebih panjang san lebih ngreget lagi.
Oh ya, jangan lupa vomments pleaseee XXX
Salam hangat dari Zaynmalik's wife❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Heart
FanficDan kau harus menerima saat dimana waktu itu akan tiba. Disaat orang yang selalu kau tunggu tak pernah datang, dan disaat orang yang selalu kau perjuangkan tak akan pernah mengetahuinya. Here's the third One Direction fanfiction by @IsnainiHermiaa...