"CACA ADA TEMEN NYA NIH" teriak Bunda Caca dari bawah. Caca yang tengah menyisir rambut nya pun bergegas lari turun ke bawah.
Hari ini adalah hari bersejarah bagi Caca. Karena apa? Karena hari ini adalah hari pertama caca di ajak jalan oleh Devan! Caca memakai kemeja kotak-kotak berwarna hitam putih dan juga celana Jins panjang. Rambutnya yang biasa ia ikat pun kini sengaja ia gerai.
Caca berjalan ke arah ruang tamu. Disana sudah ada Devan yang tengah mengobrol dengan Audi dan Ayah Caca. Devan melirik ke arah Caca, lalu memberikan senyuman manis nya. Caca sempat terdiam melihat senyuman Devan sebelum akhirnya ia membalas senyuman itu.
"Sorry kak lama" ujar caca tidak enak pada Devan
"Iyaa woles gapapa" ujar Devan tersenyum manis pada caca
"Yaudah om,tante, bang Audi saya pamit keluar dulu ya. Makasih izin nya om heheh" ujar Devan dengan suara ramah -yang jarang sekali ia tunjukan-
"Iyaa. Hati-hati ya, van. Bawa motor nya jangan ngebut-ngebut" ujar Ayah caca pada Devan. Devan hanya menganggukan kepala nya
"Kalo caca malu-maluin sorry ya Van. Emang dia kayak gitu. Biasalah, bocah" ujar Audi yang langsung di hadiahi cubitan maut dari Caca
"Sakit, bego" umpat Audi sebal
"Berisik lo elah. Udah ayo kak" ujar Caca sinis. Devan yang mendengar nada bicara caca pun hanya terkekeh pelan
"Yaudah kalo gitu om, tante saya pamit dulu ya" ujar Devan seraya mencium tangan kedua orang tua Caca, caca pun mengikuti Devan dari belakang untuk salim pada ayah dan bunda nya
"Bang gue duluan ya!"
"Assalamualaikum" pamit Devan dan Caca
***
"Wiii keren!" Ujar Caca saat sudah sampai di tempat tujuan mereka
Devan hanya terkekeh mendengar ocehan lucu Caca. Ia seperti sedang mengajak anak usia 6tahun bukan anak 17tahun.
Devan mengajak Caca ke Bukit Bulan. Bukit Bulan adalah tempat favorite Devan dari kecil. Jika sedang ada masalah Devan akan pergi ke Bukit Bulan dan entah mengapa setiap Devan sudah sampai di Bukit Bulan, masalah itu seperti hilang dari fikiran nya.
Bukit Bulan adalah sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi namun tetap bisa menyaksikan keindahan kota Bandung dari atas sana. Di dekat Bukit terdapat sebuah danau yang indah, ada banyak pohon mawar dan juga ada sebuah rumah pohon dan sebuah ayunan di bawahnya!"Kok lo bisa nemu tempat sekeren ini sih, kak?" Tanya Caca yang kini sudah duduk di sebelah Devan
"Bukan gue yang nemuin. Tapi eyang gue. Dulu waktu kecil eyang gue suka ajak gue kesini. Itu rumah pohon sama ayunan juga eyang gue yang bikin" jelas Devan tetap menatap lurus ke arah Danau. Caca pun hanya mengangguk-anggukan kepala nya mengerti
"Sorry ya ca?" Ujar Devan tiba-tiba. Caca mengernyitkan dahi nya heran, maaf?untuk apa?
"Sorry? For?"
"Maaf gue cuma bisa ngajak lo kesini. Gue bukan nya ngajak lo nonton atau makan di tempat yang asik, gue malah ngajak lo ke Bukit. Sorry banget ya, ca sorry." ujar Devan dengan tatapan bersalah nya kepada caca
"Lo apasih kak! Gue lebih suka tempat kayak gini kali. Gue malah bersyukur banget lo ngajak gue ke tempat yang keren banget kayak gini. Gue juga ga begitu suka nonton yaa lo tau alesan nya apa kan? Gue ga bisa di tempat rame" ujar Caca jujur. Kini matanya menatap Devan dengan tata pan hangat nya. Caca tersenyum manis ke arah Devan dan memang benar adanya bila seseorang mengatakan bahwa senyum itu menular karena kini Devan sudah membentuk lengkungan indah di bibirnya. Ia tersenyum kepada Caca.
Devan tidak henti-henti nya tertawa mendengar celotehan Caca. Caca selalu bercerita tentang apapun dan aneh nya Devan tidak merasa risih sama sekali. Justru Devan sangat menyukai cara caca berbicara. Devan menyukai ekspresi caca yang berubah-ubah saat sedang cerita, Devan senang mendengar suara tertawa atau nada merajuk caca. Devan senang menatap wajah cantik caca, Devan baru sadar ternyata sahabat-sahabat nya benar, bahwa caca itu memang cantik. Dan Devan harus mengakui bahwa diri nya sangat senang dan nyaman bisa berdua bersama seorang Audrey Chairunissa.
"Lo orang kedua yang gue bawa kesini selain keluarga gue, ca" ujar Devan tiba-tiba. Caca yang sedang memakan jagung bakarnya pun menatap wajah tampan Devan
"Yang pertama siapa?" Tanya caca kepo
"Mantan gue. Itu juga mantan pas smp. Udah lama banget" ujar Devan yang masih tetap menatap lurus ke arah lampu-lampu rumah warga yang berada di bawah bukit
"Ooh mantan" gumam Caca. Entah mengapa caca merasakan senang dan sesak di waktu yang sama. Caca senang karena tadi Devan bilang ia adalah gadis kedua yang di bawa Devan setelah mantan nya dan sesak karena caca harus sadar bahwa ia hanya nomor dua setelah mantan Devan
"Eiyaa. Btw, Radit gamarah gue ngajak lo jalan?" Tanya Devan pada Caca. Caca yang semula tengah menundukan kepala nya pun sontak menatap Devan dengan tatapan bingung
"Kenapa harus marah? Gue sama kak Radit gaada hubungan apa-apa" jelas Caca
"Yakin? Nanti kalo Radit ngamuk gue ga ikut-ikutan yaa?" Goda Devan pada caca
"Yakin! Orang gue sama kak Radit cuma temenan"
"Temen apa temeeeeeen" goda Devan lagi. Caca yang di goda Devan pun hanya memberengutkan wajah nya sebal
"Mau lebih dari temen juga bolehh" lanjut Devan menggoda
"Bodo. Terah lo deh" ujar Caca kesal. Devan yang melihat wajah Caca pun hanya tertawa. Caca yang mendengar Devan tertawa pun lantas menatap Devan dengan tatapan membunuh nya. Tapi sial nya Devan yang di tatap seperti itu oleh Caca bukan nya takut malah tertawa semakin kencang
"Kak Devaaaaaaan! Demi tuhan lo ngeselin banget" rajuk Caca sebal. Caca mencabikan bibir nya lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Devan. Devan yang melihat caca sudah berdiri pun segera berjalan mengejar Caca, yaa tentu nya masih dengan sisa-sisa kekehan nya.
"Sorry sorry gue bercanda, kok caa. Jangan pundung gitu dongg" ujar Devan yang kini sudah berdiri di samping caca. Caca hanya melirik ke arah Devan sebentar lalu kembali menyebikan bibir nya kesal
"Gue bercanda kok ca"
"Gue juga ga bakal rela kali ngeliat lo jadian sama Radit"
Ucapan Devan berhasil membuat caca membeku.
'Devan ga rela kalo gue jadian sama orang lain?'
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY
Teen FictionKisah seorang gadis yang berjuang untuk mendapatkan cinta sang pangeran es pujaan-nya.