"udah lama aku gamain disini" ujar Sasya seraya menatap mata Devan. Devan pun hanya membalas-nya dengan senyuman
Yup, Sasya dan Devan memang sudah sampai di rumah Devan. Tadi setelah selesai latihan futsal dan selesai meredam emosi nya setelah beradu mulut dengan Radit, Devan langsung mencari Sasya dan mengajak Sasya pulang kerumah nya
Sasya dan Devan berjalan menuju rumah Devan dengan tangan Sasya yang menggelayut di lengan Devan
"Assalamualaikum, mamaa" ujar Devan dengan suara teriakan nya yang berisik. Nadine yang tengah menggambar di ruang bermain nya pun lantas berlari keluar dari kamar karena tidak sabar bertemu dengan kakak cantik nya
"Abaaaang!" teriak Nadine menghampiri Devan dengan membawa sekotak crayon dan buku gambar di tangan nya
"Hai nadine sayang" sapa Sasya yang kini sudah berjongkok agar tinggi ia dan Nadine setara
Nadine yang semula memasang wajah ceria nya pun seketika memanyukan bibir mungilnya. Tatapan nya beralih menatap Devan dengan wajah tidak terima
"Abang kakak cantik nya mana?" ujar Nadine dengan suara melengking. Devan dan Sasya pun sontak menutup telinga mereka kompak
"Looh, kak sasya juga kan cantik. Sama kak Sasya aja ya, sama aja kok" ujar Devan seraya mengelus kepala Nadine penuh sayang. Wajah cemberut Nadine kini sudah berwarna merah, matanya mulai mengeluarkan air mata. Bibirnya yang semula manyun kini sudah bertambah manyun dan di tambah dengan suara isakan di bibir mungilnya
"Nadine, kenapa sayang kok nangis?sttt nanti kakak beliin permen yaa" ujar Sasya mendekat ke arah Nadine. Dengan langkah cepat Nadine pun menghindar dari Sasya
"Gausah pegang aku!" teriak Nadine dengan suara isakan yang masih terdengar
"Nadine jangan kayak gitu! Udahlah kamu sama kak Sasya aja toh Caca juga ga bakal pernah kesini lagi" ujar Devan dengan nada tinggi. Nadine yang mendengar bentakan Devan pun berjengkit kaget dan kembali menangis
"Devan ada apa sih?" Ujar mama Devan dengan nada bingung. Tadi saat Devan pulang Nana memang tengah shalat Ashar dan ia terkejut mendengar suara teriakan Devan
Nadine yang mendengar suara Mama-nya pun segera berlari ke arah dan memeluk mama nya dengan kencang. Nadine kembali menangis dalam gendongan mamanya
"Stttt, udah ya jangan nangiss" bujuk nana dengan suara pelan seraya mengelus pundak anak bungsu nya itu dengan penuh sayang
"Kenapa sih van sampe bentak-bentak Nadine kayak gitu?" tanya Nana kepada Devan -lagi-
"Dia gasopan sama Sasya, mah" ujar Devan datar. Nana pun segera melirik ke arah Sasya yang hanya diam berdiri di samping Devan
"Sasya?" ujar Nana dengan dahi yang berkerut bingung. Jika boleh jujur, sebenarnya Nana tidak begitu suka dengan Sasya semenjak Sasya meninggalkan Devan sewaktu mereka smp.
"Sore tante" ujar Sasya seraya mencium punggung tangan Nana.
"Sore" ujar Nana seraya tersenyum simpul
"Yaudah mamah ajak Nadine ke atas dulu. Devan nanti Sasya nya sekalian ajak makan aja ya" ujar Nana yang kini sudah berjalan meninggalkan Sasya dan Devan yang berada di ruang tamu.
°°°
'Drrrt...drrrt'
Caca yang tengah membuat sebuah gambar di sketchbook nya pun lantas menggerakan tangan nya ke arah nakas, dimana handphone nya di letakan
'Tante nana's calling'
Alis tebal nya pun berkerut bingung saat mengetahui siapa yang menelfon nya. Caca menarik nafasnya pelan sebelum akhirnya memunutuskan untuk mengangkat telfon dari mama Devan
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY
Teen FictionKisah seorang gadis yang berjuang untuk mendapatkan cinta sang pangeran es pujaan-nya.