Chapter 14

163 13 12
                                    

So sorry soalnya di part ini agak dirty [belom enaena]. See? Gua udah ingetin disini. Yg dibawah umur sekip wae. So enjoy this part^^
****

Sampailah aku di depan sebuah daun pintu dari kayu jati yg tak lain adalah kamar Kate. Setelah beberapa kali mencoba mengetuk pintu, selalu tidak ada jawaban. Dan akhirnya kuputuskan untuk langsung membukanya.

Tampaklah seorang gadis yg sedang berbaring di kasur berukuran Queen Size itu dengan menghadap kearah jendela yg masih terbuka menghantarkan angin malam yg dingin dan menyejukkan.

Mencoba menghampirinya dengan langkah santai, tidak lagi memperdulikan luka yg ada. Aku menduduki kasur dan mengangkat kaki Kate menuju pangkuanku. Matanya tertutup tapi terlihat ia masih berkedip dan itu menunjukkan bahwa ia tidak tidur.

"Berhenti berpura pura Kate. Aku tahu kau tidak benar benar tertidur." Mendengus sebal ia mulai membuka matanya, menatap kearahku, dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Huh. Lalu untuk apa kau kemari?"

"Meminta maaf. Karena kurasa aku telah menghancurkan mood mu hari ini."

"Oh."

"Hanya oh? Katakan sesuatu." ucapku dengan menggenggam kedua tangannya.

"Sesuatu."

"Bukan! Ah maksudku maafkan aku."

Tidak menjawab, ia beranjak ke lemari dan mengambil pakaian lalu berjalan menuju kamar mandi.

"Hey kau mau apa disana? Jawab aku!"

"Mengganti dressku."

"Aku ikut!"

"Tidak!"

Tawa ku pecah selagi aku mendengar jawaban darinya. Tak lama ia keluar dengan kaus putih polos yg sangat tipis dan jeans pendek diatas paha putihnya. Bahkan dari sini aku bisa melihat bra hitam yg dipakainya.

"Berhenti menatap tubuhku seperti itu."

Dan aku pun tersadar kalau aku sudah terlalu lama menatapnya. Ia berjalan mendekat dan sekarang ia duduk dikasur bersamaku.

"Oh uh.. jadi bagaimana? Kau memaafkanku?"

"Setelah kupikir pikir, karena kau telah menyelamatkan ku dari dia. Kumaafkan."

"Thankyou Kate!"

Kate's POV

"Thankyou Kate!"

Pekiknya senang dan memeluk erat tubuhku. Ia semakin mengurangi jarak denganku dan kami sangat dekat.

"Iya iya sudah lepaskan aku tidak bisa bernafas."

Lalu ia melepaskan pelukannya dan menatapku lekat tanpa melepas senyumnya. Perlahan ia mendekatkan wajahnya kearahku dan secara bersamaan kami menutup mata. Bibir lembutnya menyentuh bibirku. Harry menarik tengkukku agar memperdalam ciumannya. Ia menjulurkan lidahnya dan mulai menekan. Aku tidak tahu apa artinya ini. Lalu ia melepaskan ciuman kami.

"Kenapa kau tidak membuka mulutmu?"

"Aku tidak tahu, Harry."

Ia mulai menciumku lagi dan lidahnya menekan bibirku. Perlahan kubuka mulutku dan lidah Harry mulai bersatu dengan lidahku lalu lidahnya menjelajahi seluruh rongga mulutku membuatku kehabisan nafas. Tangannya menarik pahaku dan menginstruksikan agar aku duduk dipangkuannya. Tanpa melepas ciuman kami, aku pun beranjak menuju pangkuannya. Tangan kiriku merangkak untuk merangkulnya dan tangan kananku beralih menuju dada bidangnya untuk menahan beban tubuhku.

16. / H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang