Cuaca sejuk pagi hari ini menyemangati semua orang untuk memulai hari dengan berolahraga ataupun sekedar berjalan-jalan di Taman.Berbanding terbalik denganku, aku memulai pagi ku dengan meringkuk di atas ranjang, yang kurasa sangat nyaman untuk melemaskan otot-otot ku yang sedari tadi terasa pegal.
"Vio!! tadi malam kamu dari mana aja hah?" Tanya Mama sembari membuka pintu kamarku. "Vio!" Teriak mama dengan lantang.
"Kenapa sih ma? masih pagi udah teriak-teriak gitu, Malu ah sama tetangga" Ucapku masih berkutat dengan guling dan selimutku.
"Vio, bukannya mama ga tau kamu pulang jam berapa semalem, kamu habis dari mana?"
"Aku semalem ke Club ma sama Jean"
"Apa? Club? Kalau kerjaan mu ke club terus mau jadi apa kamu hah?" Lagi lagi mama menaikan intonasi suaranya yang cukup memekikan telingaku.
"Mah, aku udah lulus SMA, bukan anak kecil lagi yang masih harus diatur-atur"
"Kalau kamu gini terus kamu mau jadi apa hah? Kamu mau jadi wanita penggoda?"
"Cukup!" aku meninggikan suaraku sekarang.
"Pokoknya mama ga mau tau, mulai besok kamu harus ikut ujian masuk universitas, mama pengen kamu kuliah!"
"Oke, aku kuliah" Jawabku lantang dan kembali terlelap. Apa aku akan menyesali ini?
🏠🏠🏠
"Ini apartemen kamu sekarang" kata papa mengusap kepalaku lembut.
"Jangan ngundang laki-laki ke apartemen, jangan pulang terlalu malem, kuliah yang rajin jangan bolos, jangan pernah datang ke Club malam, pokoknya jangan ngelakuin hal-hal buruk selama kamu kuliah, dan satu lagi kalau libur kunjungi mama, papa ya!"
"Banyak amat syaratnya pa" Ucapku sambil menatap papaku yang sudah berada di Ambang pintu.
"Masih banyak lagi sih, tapi kalau dibilangin semuanya nanti papa gak bisa ke kantor. Ya udah Vio jaga diri baik-baik ya" Ucap papa sambil mengecup puncak keningku.
"Dah pa, hati-hati di Jalan"
BLAM...
aku membanting pintu dan berjalan masuk ke dalam apartemen baruku.
"Yeah Vio, Welcome to the new life"
Sekarang aku tinggal di apartemen sederhana di Pinggiran kota. Aku sengaja di tempatkan lumayan jauh agar tidak berhubungan dengan teman lamaku.
Kedua orang tuaku sangat berambisi untuk melihatku sukses dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Salah satu langkah yang mereka ambil adalah menguliahkan ku di luar kota.
Sepertinya itu sudah cukup jelas.
Well, aku sedikit kaget melihat semua kebebasan yang mereka berikan. See? Aku hidup sendirian, tidak ada yang bisa memarahiku lagi! Tapi apakah ini berita baik?
Bagaimana bisa mereka membiarkan aku hidup sendirian? mana mungkin kedua orang tuaku membiarkan aku sendiri tanpa pengawasan pihak manapun, terlebih aku tinggal di kota yang bahkan tak ku kenal seluk beluknya.
Aku tebak mereka sudah merencanakan sesuatu yang tak akan terduga.
Sama seperti pada ulang tahunku yang ke 17, pada saat itu mereka seolah melupakannya. Namun tak kusangka mereka merencanakan sebuah pesta besar-besaran yang bahkan tak pernah harapkan. Ku harap kali ini lebih baik, Semoga saja...
🏢🏢🏢
Tok tok tok..
Suara ketukan pintu depan membangunkanku dari tidurku. Sungguh tubuhku terasa sangat sakit, bahkan untuk berangkat pun sungguh sulit.
Tbh im not such a morning person. Sulit bagiku untuk sekedar membuka mata dipagi hari.
"Ughh, pagi-pagi siapa yang dateng sih?"
Aku langsung membuka pintu apartemenku tanpa cuci muka ataupun gosok gigi, dengan rambut yang masih acak-acakan, dan jangan lupa tampang tanpa dosa.
"Morning!!" Suara berat seorang pria di hadapanku membuatku membelalakan mataku yang tadinya masih sedikit tertutup.
Siapa cowo ini?
To be continued...
[Revisi 1: 21 Jan 2021]
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Pervert Boy
Teen FictionMungkin buat sebagian orang, tinggal seatap dengan seorang cowo itu menyenangkan, Namun sebagian lainnya menganggap hal itu ga wajar. Tapi gimana kalo yang tinggal seatap sama lo, cowo yang mesumnya taraf dewa? Kebayang ga gimana nasib gue? -Vionnit...