"Morning?" Seorang pria berdiri diambang pintu apartemenku."Morning" Jawabku tanpa memperhatikan siapa yang datang.
"Ehm sorry, lo udah sadar?" Pria itu melambaikan tangannya didepan wajahku.
Aku mencoba mengumpulkan tenaga dan nyawaku. Namun mata tak mau berkompromi, tak dapat terbuka dengan baik, ia merekat bagaikan dibubuhkan lem super.
Aku mengisyaratkan pria itu untuk masuk. Aku tahu aku kacau, siapa yang memperbolehkan pria asing masuk?
"Masuklah, aku mau cuci muka dulu"
Aku berjalan gontai kearah kamar mandi, kamarku. Salah satu keahlianku adalah tidak pernah menabrak walaupun mataku tertutup, kurasa insting ku lumayan bagus dalam mengingat tempat.
Dengan cepat aku mencuci wajahku, menggosok gigi dan mengumpulkan nyawaku.
Mataku membelalak saat mengetahui bahwa aku sudah mengajak masuk seorang pria asing, bagaimana kalau dia pencuri? Tapi mana mungkin pencuri mengetuk pintu?
Dengan hati-hati aku melangkahkan kakiku kearah ruang tamu. Tidak ada tanda-tanda orang disitu.
"Hufft" aku menghembuskan nafas lega. Kurasa orang itu tidak benar benar masuk kerumahku.
Grep..
seseorang menggenggam bahuku. Reflek aku hendak menonjok orang itu, namun ditahannya.
"Stop, begini cara lo nyambut tamu?" Tanya pria itu sambil menahan tanganku yg sudah hampir mengenai hidungnya.
"Si..si..siapa lo?" Aku bertanya dengan nada ketakutan.
👨👨👨
Kejutan apa lagi ini? Apa tak cukup orang tuaku menempatkan ku di kota yg jauh ini? Mengapa aku tidak bisa memilih jalan hidupku sendiri? Hidupku selalu diatur atur oleh kedua orang tuaku, menyebalkan sekali.
Orang tuaku membiarkanku tinggal berdua dengan seorang pria yang tidak sama sekali aku kenal.
Aku tidak habis pikir dengan orang tuaku? Bukankah akan lebih berbahaya jika aku tinggal berdua dengan pria? Bagaimana cara mereka mempertimbangkan ini.
Baiklah, kedua orang tuaku membiarkan anak laki2 dari sahabat mama untuk tinggal dan kuliah di tempat yang sama denganku.. Alasannya untuk memantauku agar tidak macam macam selama tinggal jauh dari orang tuaku.
Lebih jelasnya begini, orang tuaku menyuruh anak dari sahabat mamaku untuk tinggal bersamaku di satu atap yang sama.
Katanya Pria asing ini akan menjaga sekaligus memantauku selama tinggal sendirian dan jauh dari orang tuaku.
What kind of joke is this?
Aku menatap pria itu kesal, ku yakin dia menyadarinya. Namun ia tidak bergeming, ia hanya duduk disana dengan wajah tidak pedulinya. Hey seharusnya dia berterima kasih padaku karena sudah menampungnya disini.
"Liat apa lo?" Aku berkali-kali memergokinya saat menatapku yang sedang konflik dengan batin dan jiwaku.
"Siapa juga yang ngeliatin lo?" Tanyanya sambil masih memainkan handphonenya. Sedangkan aku hanya menonton TV sambil memakan beberapa Snack.
"Ah udah ah gue nyerah" Aku berjalan kearah kamarku yg berada tepat disebelah kamarnya.
Cklek..
Aku menutup pintu kamarku, mengembuskan nafas berat.
"Gue ga tahan, hidup dampingan sama dia" Ucapku sambil berbaring di Tempat tidur sembari menatap langit-langit kamarku yang teduh.
Merasa cukup berkeringat, aku segera turun dari kasur ku dan berjalan ke arah kamar mandi.
Kepala aku pusing memikirkan cobaan ini. Sepertinya berendam akan memulihkan pikiranku sejenak.
Ku tanggalkan baju ku satu persatu sambil menghidupkan air di dalam Bath tub kamar mandiku. Aku menutup kedua mataku sambil menghirup bau aromatheraphy dari lilin aroma yang ku nyalakan sedari tadi. Ini cukup membatu menghilangkan stress, sampai membuatku sedikit terlelap.
Tiba tiba...
Klek..
Suara pintu terbuka. Sontak Vio langsung menoleh kearah sana.
"Hoi, lagi ngapain?" Tiba tiba pria brengsek itu sudah ada di ambang pintu kamar mandi ini. Oh tidak!! Aku lupa menguncinya.
"AAAAAAA" Vio berteriak cukup keras, sepertinya cukup untuk membuat tetangganya berprasangka buruk.
"Shhhh gendang telinga gue rasanya mau pecahh" Pria itu menutup kedua lubang telinganya.
"Keluar ga lo? Atau mau timpuk?" Ancam Vio.
"Gue hanya nanya lo lagi apa lo"
"Lo ga liat gue lagi mandi? udah sana pergi" Jawabku masih dalam keadaan berendam. Busa busa ini masih melindungi tubuhku yang berharga.
"Ga ah, gue pengen liat lo mandi"
"LO UDAH GILA?! PERGI GAK?;"
"No..."
"Pergi ga? Atau gue teriak?"
"Teriak aja" Ucapnya sambil mendekat ke arahku.
"Berhenti disitu, kalau gak gue lempar"
"Jangan kasar kasar gitu ah, gue sukanya yang soft"
"Pervert, pergi lo"
"Gue pergi kalo lo naked didepan gue"
"Ha? Lo emang udah ga waras apa?"
"Yaudah klo ga mau gue tungguin lo sampai lo selesai berendam, tapi handuk lo ditangan gue, klo mau sini ambil"
"Siniin handuknya!!" Vio mengulurkan tangannya sembari meraih handuk itu. Cowo itu malah semakin menjauhkannya.
"Ini ambil, gitu aja susah"
"Udah cukup ya, jangan sampe gue beneran lempar lo pake ini" Vio menunjuk kearah tempat sabun yang lumayan besar.
"Gue kan udah kasih pilihan, gue pergi kalo lo kasih liat"
"What? KELUARRR!!" Ucap Vio sambil benar benar melemparkan tempat sabun itu.
Cowo itu dengan mudah menghindarinya, sedikit terkekeh sedikit. Ia menyadari mata Vio yang mulai memerah.
"Iya iya gue keluar. Gue tungguin di kamar lo" Ucapnya sambil meletakkan handuknya didekat Vio.
"Oh iya jangan lupa! Habis mandi ga usah pake baju" lanjutnya sambil mengedipkan matanya yang cukup membuat Vio ngeri.
"In your wildest dream, Pervert"
Brukkk...
Suara pintu di banting sekencang kencangnya bersamaan dengan suara tawa dari arah luar.
HOW I WILL SURVIVE???
To be continued....
[Revisi 1: 22 Januari 2021]
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Pervert Boy
أدب المراهقينMungkin buat sebagian orang, tinggal seatap dengan seorang cowo itu menyenangkan, Namun sebagian lainnya menganggap hal itu ga wajar. Tapi gimana kalo yang tinggal seatap sama lo, cowo yang mesumnya taraf dewa? Kebayang ga gimana nasib gue? -Vionnit...