Ucapan Arda tadi terekam dengan jelas di kepala Vio, sebab lamaran Arda yang terlalu mendadak dan tentu saja sangat mengejutkan Vio. Mereka bahkan belum berpacaran atau menganggap lebih hubungan mereka.
Satu hal yang Vio sadari adalah kali ini tatapan Arda berbeda, dia terlihat tulus dan serius dengan ucapannya.
Vio mencuci mukanya dengan air yang mengalir di wastafel sambil mencubit pipinya memastikan ia tidak bermimpi.
Kini ia bingung bagaimana harus bertindak, di luar sana Arda sedang menunggu jawaban atas lamarannya barusan. Vio diam sejenak dan memikirkan semuanya matang-matang.
Kalau dipikir-pikir hubungan Arda dan Vio sudah berlangsung lama. Walaupun tak pernah ada kejelasan sama sekali.
Namun Vio sangat yakin semua perlakuan Arda padanya atas dasar cinta. Setidaknya itu yang ia yakini. Terlepas dari seberapa pengecutnya Arda menyatakan cintanya, hari ini Vio akui dia sangat berani.
Munafik jika Vio tidak mencintai Arda, buktinya selama Arda pergi Vio tidak pernah melupakan Arda. Bahkan saat memutuskan untuk bersama Mark, Vio tetap tidak bisa terlepas dari bayang bayang Arda. Tidak sekalipun
Vio mengatur tempo nafasnya, merapikan rambutnya dan beranjak keluar untuk menemui Arda.
Arda masih terdiam di sofa ruang tamu Vio sambil menunduk memainkan kedua ujung kakinya. Ia terlihat tidak percaya diri, Vio menyadari gesture itu dan segera menyapa Arda.
"Ehmm Ardaa..." Ucap Vio sambil berdehem agar Arda memperhatikannya yang tengah duduk berhadapan dengannya.
"Maaf kalo kesannya tiba-tiba" Ucap Arda memecah kecanggungan antara mereka.
"Gue hanya pengen nanya satu hal" Vio menatap Arda lekat. "Lo seriuskan sama perasaan lo?" Lanjut Vio memastikan.
"Maksud gue, pernikahan bukan sesuatu yang main-main, kita masih bisa pacaran dulu kok, baru mikirin kedepannya. Jadi ga perlu buru-buru, lagian kita sama sama belom lulus kuliah" Vio masih menatap Arda dan percaya diri dengan setiap kata katanya.
"Gue mau serius Vio, gue ngerasa ga ada poin lagi kita buat pacaran, gue udah mantepin hati gue buat nikahin lo" Ucap Arda kini menggenggam kedua tangan Vio.
"Gue bakal dateng bareng keluarga gue kerumah orang tua lo dan ngelamar lo, yakin sama gue ya?" Arda kini mendekap tubuh Vio, lalu mencium puncak kepala Vio.
Vio mengangguk dan membenamkan wajahnya di dada Arda.
............................................................................
Hari ini penghujung semester 5. Itu artinya Ujian akhir semester hanya tinggal seminggu lagi.
Vio melangkah pelan ke dalam kelas, setelah mendapatkan tempat duduk strategis, ia membenamkan seluruh wajahnya pada meja dan memejamkan matanya, ia kurang tidur.
Semalaman suntuk Vio memikirkan semua yang telah diterjadi, ditambah sebentar lagi UAS, menambah beban pikirannya saja.
Vio merasakan seseorang duduk tepat disebelahnya. Namun Vio terlalu lelah untuk menyapa atau sekedar berbasa basi. Ia perlu tidur lebih banyak.
Vio terlelap dalam beberapa menit.
"Vio, you don't want to wake up?" Bisik seorang pria itu condong ke telinga Vio.
"No, wake me up kalo ada dosen" Jawab Vio setengah sadar.
"But the lecturer been teaching us for 10 minutes already" Bisiknya lagi.
Sontak Vio mengangkat wajahnya cepat, ia mengerjapkan matanya berkali kali melihat ke depan. Memang benar dosennya telah disana.
Vio mengucek matanya berusaha mengumpulkan nyawanya. Untuk kesekian kalinya Vio benar benar kehilangan kesadaran saat mengantuk.
Ia bahkan tidak sadar orang yang membangunkannya adalah Mac.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Pervert Boy
Novela JuvenilMungkin buat sebagian orang, tinggal seatap dengan seorang cowo itu menyenangkan, Namun sebagian lainnya menganggap hal itu ga wajar. Tapi gimana kalo yang tinggal seatap sama lo, cowo yang mesumnya taraf dewa? Kebayang ga gimana nasib gue? -Vionnit...