Bel tanda berakhirnya kelas berbunyi. Vio bersiap untuk segera keluar kelas, berjalan melewati sudut kantin yang sepi untuk memotong jalan.namun langkahnya terhenti saat melihat Arda dengan seorang cewe berpelukan dengan mesranya di pojok Kantin yang sudah sepi penghuni ini. Hati Vio terasa remuk, nafasnya tak beraturan, hatinya hanya menyuruhnya untuk pergi menjauhi tempat terkutuk itu.
Ingin sekali Vio menangis. Namun untuk apa? Arda bukan pacar atau sahabatnya. Vio meneruskan langkah menuju parkiran sekolah. Ia menghapus bulir air matanya gusar, sampai sebuah tangan menahannya.
Vio menghadap kebelakang mencari tau siapa pemilik tangan ini dan ia adalah Arda. Vio menepis kasar tangan Arda, "apa apaan ini?"tanya Vio cepat.
"Jangan ngintipin orang lagi make out"Ucap Arda dingin, hati Vio terasa tercabik cabik mendengar pernyataan Arda. Dasar cowo gilaaaa!!"Eh, cowo mesum ga ada kerjaan kali ya gue harus ngintipin lo lagi mesum di kantin. Lagian gue ga sengaja liat, ini mah tempat umum, lagian gue ga ngelabrak kalian kok, gue juga ga aduin kalian ke ruang BP, so gue pamit pulang" Ucap Vio kemudian berjalan pergi menjauhi Arda.
Melihat Vio pergi Arda tak tinggal diam,ia menarik Vio untuk ikut dengannya, menuju mobil Arda yang terparkir rapih diparkiran.
Arda membawa masuk Vio kedalam mobil dan segera menguncinya, Vio berontak ingin keluar namun kuncinya tak dapat dibuka dari dalam.
"Lo harus tanggung jawab" Ucap Arda pelan.
"Arda gue ada janji sama Mac, turunin gue" Ucap Vio sambil berkali kali memukuli pundak Arda. Arda tak merespon Vio ia malah menjalankan mobil pergi dari area kampus. Vio berkali kali memukul mukul Arda agar Arda menurunkannya.
"Lo bisa diem gak?" Tanya Arda dengan nada tinggi, Vio tak membalas ucapan Arda ia masih tetap merengek minta turunin.
"Arda, turunin gue sekarang gue ada janji sam.."Ucapan Vio terputus saat Arda mencium bibir Vio sekilas. Vio seketika diam membeku, Arda yang melihatnya hanya tersenyum kemenangan.
2 menit berlalu dan keadaannya sangat hening, Vio masih ingin diam ia masih ingin mengendalikan degup pada jantungnya yang temponya sangat cepat. Tak ingin Arda mengetahuinya.
"Arda, kita mau kemana?" Ucap Vio dengan suara serak khasnya.
"Shit, bisa gak lo ga ngomong dulu" Umpat Arda."Emang kenapa? Gue cuma mau nanya aja" Tanya Vio sebal.
"Lo gak mau gue apa apain kan?" Vio menggeleng cepat menjawab ucapan Arda. "Makanya diem"lanjut Arda.
Arda masih memfokuskan dirinya untuk menyetir mobil, sesekali melirik kearah Vio.Vio mengigit bibirnya, sambil mengetikan sesuatu di ponselnya. Hal itu membuat Arda menggeram tak karuan mencoba tak tergoda oleh semua perbuatan Vio. Namun lagi lagi Vio mengigit bibirnya membuat Arda memberhentikan mobilnya ketepi jalan, Arda mulai mengontrol dirinya. Ia tak ingin semuanya berantakan sebelum waktunya.
"Ar, Kok berhenti?udah sampe?"Tanya Vio masih dengan wajah polos dan suara khasnya.
"Vio, rasanya gue pengen ngawinin lo sekarang juga"Ucap Arda antusias, Vio yang mendengarnya membulatkan matanya saking kagetnya.
"Arda mesum gila, udah mau main kawin kawinin anak orang aja, nikah dulu kali"
"Gue serius Vi, lo pikir kenapa gue ninggalin lo? klo mungkin malam itu gue ngapa ngapain lo, gue mungkin udah di hukum kebiri sama Tante Vero" Ucap Arda terkekeh.
"Ada ada aja kamu Ar" Vio ikut tertawa bersama Arda mengigat Arda pergi bukan karena masalah dirinya yang menolak keberadaan Arda diawal.
"Gue, rasa lo bisa jaga diri ga perlu ada gue di apartemen lo, dan ga pantes juga cewe sama cowo tinggal seatap, entah kenapa mama gue sama Mama lo bisa ngerencanain hal ini padahal tau konsekwensinya"jelas Arda panjang lebar.
"Gue juga ga habis pikir sama Mama" Vio berpangku tangan.
Arda keluar dari mobil diikuti oleh Vio dibelakang, sampailah mereka pada sebuah taman.
"Maaf" Ucap Arda lirih.
"Maaf? Untuk apa?" Tanya Vio menatap Arda.
"Di kampus tadi, gue hanya pengen buat Lo cemburu ke gue"Arda memegang kedua tanganku.
"Eh? Buat gue cemburu? Emang gue siapa lo? Gue ga bakal cemburu kali" Ucap Vio dengan sedikit getaran.
"Vi, gue benci liat lo berduaan sama cowo lain" Ucap Arda tegas dengan penekanan diakhir.
Vio memutar kedua bola matanya "Arda, lo kenapa sih?" Vio mengerutkan kedua alisnya.
Arda mendekatkan wajahnya beberapa sentimeter didepan wajah Vio ia menatap mata Vio lekat. Bahkan hembusan nafasnya terasa di wajah Vio.
"Gue sayang lo, lo udah kayak adek gue sendiri" Ucap Arda pelan dengan sedikit hembusan nafas lembut yang mengenai wajah Vio. Vio hanya diam tak berkutik lalu memalingkan wajahnya kearah lain.
"Vio, liat gue" Arda mencoba menggapai dagu Vio untuk mengarahkan pandangan Vio kembali menatapnya. Namun, karena gelap Arda tak menyadari air bening itu keluar dengan derasnya dipelupuk mata Vio, yang berkali kali Vio coba untuk menghapusnya.
"Gue juga sayang sama lo sebagai temen" Jawab Vio dibuat setegar mungkin untuk menutupi perasaannya sekarang. Perasaan yang berkecamuk dalam dirinya.
Tring Tring Tring
Suara Handphone Arda berdering, Arda menjawab telpon itu agak menjauh dari keberadaan Vio. Vio yang melihatnya hanya bisa diam tak berkutik.
Tak lama Arda kembali dan langsung menarik tangan Vio kembali masuk ke dalam mobil.
"Arda, tangan gue sakit lo tarik tarik"Rintih Vio.
"lo harus ikut gue"Arda perlahan menjalankan mobilnya, entah kemana? Vio hanya bisa mengikuti Arda kemanapun dia berada.Dari tadi hanya ada suara radio yang mengiringi perjalanan mereka, tak ada pembicaraan dari awal masuk tadi. Hal itu membuat Vio sesekali memperhatikan raut wajah gusar yang ditunjukan Arda sejak tadi.
"Ar, lo kenapa?" tanya Vio dengan cepat.
............
Sinar matahari mulai menerangi setiap sudut kamar ini.
Vio membuka matanya perlahan, memperhatikan setiap sudut kamar, ia baru menyadari bahwa ini bukanlah di apartemennya. Vio berjalan sempoyongan menuju sebuah pintu yang ia duga kamar mandi dan ternyata benar,segera ia mencuci muka, entah sekarang ia sedang dimana.Vio mencoba mengingat tadi malam. "Tadi malem, terakhir gue ada di mobil Arda, terus gue disini? Ini rumah siapa?" gumam Vio pelan. Tak sadar bahwa seseorang juga ada di ruangan itu.
"Vio itu lo?" Arda berteriak dari balik tirai mandi, tepat berada di belakang Vio sekarang. Vio kaget bukan main, bagaimana bisa ia tak sadar ada seseorang lagi mandi di kamar mandi ini.
"Shitt, Arda lo lagi mandi?" Tanya Vio dengan nada tinggi.
"Enggak gue lagi nanem toge" Ucap Arda kesal dari balik tirai.
"Iya lah gue lagi mandi pake nanya lagi" Lanjutnya."Emang kenapa sih? Gue salah apa?"Ucap Vio sambil menyisir rambutnya didepan cermin wastafel.
"Ga salah kok,cewe kan ga pernah salah"
"Dasar cowo"
....
Cowo perparas Irlandia itu berkali kali menelpon cewe itu, namun tak ada jawaban. Ia menunggu cewe itu diparkiran namun tak kunjung datang.
Setelah beberapa lama, ia melihat cewe yang sedang ia tunggu sedang berbicara dengan seorang cowo yang sangat ia kenal.
"Shit? Dia cewenya Arda?" gumamnya. Ia memperhatikan setiap gerak gerik dua pasang sejoli itu, sampai mereka berdua masuk kedalam mobil. "Pemaksaan?" gumamnya lagi. Saat mobil itu bergerak, cowo itu dengan cepat naik ke motornya dan mengikuti mobil itu dari kejauhan."Selama belum punya lo, ga papa kan gue rebut?" Ucapnya smirk
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Pervert Boy
Fiksi RemajaMungkin buat sebagian orang, tinggal seatap dengan seorang cowo itu menyenangkan, Namun sebagian lainnya menganggap hal itu ga wajar. Tapi gimana kalo yang tinggal seatap sama lo, cowo yang mesumnya taraf dewa? Kebayang ga gimana nasib gue? -Vionnit...