Vio melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju gedung kampus. Ia masuk dan melihat sekeliling untuk mencari seseorang yang ingin ia temui.
Vio berdiri di lobby utama sambil mengedarkan pandangan ke sana kemari. Tak lama ia menelpon orang itu.
"Halo.. aku mau ketemu, ada yang mau aku omongin" Ucap Vio kepada pemilik suara diseberang telponnya.
"Kamu habis kelas jam berapa?" Tanya orng di seberang.
"Jam 2 udh selesai, eh pagi ini kamu ga ada kelas?"
"Enggak, aku pindah kelas malem.. eh yaudah nanti kelar ngampus aku jemput ya, sekalian nyari makan"
"Hmm oke.. bye Mac" Jawab Vio singkat
"Bye,love you" Ucap penelpon yang tak lain adalah Mac, yang notabennya masih berstatus pacar Vio.
Mendengar kalimat terakhir Mac, bukannya menjawab, Vio malah dengan sigap mematikan sambungan teleponnya.
.......
"Nin!"
Ninda menoleh ke belakang merasa terpanggil. Itu adalah Arda dengan senyum cengengesan khasnya.
"Lo liat Vio gak?"Tanya Arda lagi
"Enggak.." jawabnya singkat sambil kembali berjalan.
"Ehh buru buru amat" Arda meraih tangan Ninda yang hendak pergi menjauh.
Ninda melepaskan tangannya dengan cepat.
"Lo kenapa sih Nin?" Arda mencoba menerka ekspresi wajah Ninda yg terlihat gusar.
"Gue mau balik, ada kerjaan" Ninda berlalu dengan cepat meninggalkan Arda yang masih berdiri disana.
Melihat kepergian Ninda, Arda hanya mengangkat kedua bahunya tanda tak ingin tahu dan kembali mencari Vio.
"Arda!! Bro.. bro.. gue butuh bantuan lo darurat!!!" Seseorang teriak dari kejauhan sontak Arda menoleh cepat.
"Beno? Santai woi santai"
"Mati gue da, hari ini anniv gue ama cewe gue yang ke seratus hari,gue ga inget sama sekali terus sekarang dia ngambek sama gue da, gue harus gimana?" Jelas Beno panjang lebar.
"Lo kok bisa lupa sih bego" Arda menoyor kepala Beno. Membuat Beno sedikit terhuyung.
"Ya gue lupa aja! Gue mana tau ada anniv ke 100 segala gue taunya sebulan sekali gitu aja" Beno membenarkan letak kacamatanya yang turun.
"Hmm, yaudah lo harus minta maaf serius sama dia jangan lupa kasih hadiah sebagai permintaan maaf" Arda menepuk kedua pundak Beno dengan tegas.
"Nah yaudah sekarang lo bantuin gue nyari hadiah" Beno menarik tangan Arda. Arda hanya pasrah mengikut kemana Beno akan membawanya.
........
"Hei" Sapa Mac melihat Vio menghampirinya
Vio hanya tersenyum tanpa membalas sapaan Mac. Raut wajah Vio menunjukan kegusaran, membuat Mac sedikit banyak menyadarinya.
"Ayo masuk" Mac membukakan pintu mobilnya, Vio masuk dengan perlahan. Mobil Mac pun mulai bergerak.
"Darl, what's wrong?" Tanya Mac melihat kecemasan pada raut wajah Vio.
"Nothing, im fine Mac" Vio mencoba menyembunyikan kegusaran pada wajahnya dengan senyuman. Namun senyum itu terasa hambar.
Tak lama mereka sampai di salah satu pusat perbelanjaan besar.
"Kita makan disini ya, aku udh lama ga kesini sekalian jalan jalan deh" Mac membukakan pintu untuk Vio
Vio menatap wajah Mac teduh, ia benar benar merasa bersalah harus mengungkapkan semua kebenaran pada Mac, ia takut Mac akan kecewa. melihat semua kebaikan dan perhatian dari Mac yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Pervert Boy
Teen FictionMungkin buat sebagian orang, tinggal seatap dengan seorang cowo itu menyenangkan, Namun sebagian lainnya menganggap hal itu ga wajar. Tapi gimana kalo yang tinggal seatap sama lo, cowo yang mesumnya taraf dewa? Kebayang ga gimana nasib gue? -Vionnit...