Prolog

169 24 6
                                    

Alvira mendorong pintu bandara untuk keberangkatan internasional. Ia masuk lalu mengedarkan pandangannya keseliling ruang tunggu. Alvira tersenyum melihat seorang lelali yang lengkap dengan kopernya sedang duduk menunggu keberangkatan tiba.

Masih ada harapan buat ngucapin selamat tinggal

Alvira berlari kecil kearah alvaro yang sekarang sedang menunggu antrian untuk check-in lalu menunggu keberangkatan tiba. Tiba tiba saja alvaro menoleh lalu tersenyum kearah alvira yang membuat gadis tersebut membeku seketika

Gue gak bakalan lagi bisa nikmatin senyuman lo itu

Ketika sudah agak dekat, varo memanggil vira. Vira pun sampai dihadapan varo yang sedang duduk sambil tersenyum kearahnya

" hai vi " sapa varo

" ha-hai va " balas vira yang sangat gugup

" kok nyusulin gue kesini? " ujar varo yang langsung membuat vira murung

Lo seakan akan bilang gitu kayak udah gak mau ketemu gue aja va

" eh gak kok, gue cuma mau sampein salam perpisahan buat lo. Lo kan mau kuliah di Amerika, kan jauh tuh. Bisa bisa kita lama gak ketemu. Mungkin setahun 2 kali? " cicit vira yang sekarang menahan air matanya yang bisa saja suatu saat akan luruh.

Vira tau kalau sekarang ia bohong kepada varo. Jujur saja, ia baru kali ini berbohong dengan varo pasalnya varo sangat benci akan kebohongan. Kenapa vira harus berbohong? Karena vira tak ingin varo tau perasaannya. Perasaan yang dihinggapi vira sedari 12 tahun yang lalu.

Varopun tertawa renyah " lo mah selalu gitu, emang sih gue bakal jauh kuliah di Amrik, tapi kita gakbakal putus komunikasi yagak? " jeda varo " gue janji deh bakalan pulang setiap gue ada libur. Gue janji sejanji janjinya kalo gue punya libur 3 hari aja bakal pulang ke indonesia dan ngabisin waktu seharian sama lo. Kalo bisa gue bakal tidur dirumah lo. Gue janji " ujar varo tersenyum lalu mengacungkan jari kelingkingnya kepada vira yang langsung ditautkan oleh vira. Seketika saja air mata vira luruh. Cepat cepat vira menghapusnya secara kasar agar tak terlihat oleh varo. Vira hanya diam, tidak menjawab pernyataan dari varo

Gue bakal pegang janji lo va, gue bakal selalu disini nungguin lo

Varo yang menyadari ketidakberesan dengam vira, cepat cepat ia bertanya kepada gadis itu " vi? Are u okay? "

I'm not, va " yeah, i'm okay va " ujar vira yang berusaha memaksakan sebuah senyuman kepada varo. Varo yang melihat hal itu terkekeb geli dan mengacak acak rambut vira gemas

Please, jangan giniin gue terus kalo nyatanya lo harus pergi ninggalin gue

" gue bakal kangen sama celotehan lo, sama senyuman manis lo, sama wajah cemberut elo, sama ambekkannya elo, sama marah marahnya elo ke gue, pokoknya gue bakal kangen All about you, bestie " ujar varo yang membuat vira terdiam seketika

Apa? Bestie? Sekarang dia masih nyebut gue bestienya dia? Setelah 5 tahun gue nunggu tapi nyatanya sia sia. Bener dugaan gue, sejak hari itu dia pasti udah kecewa sama gue, pasti dia gak punya perasaan lagi sama gue. Ini semua salah gue! Gue salah!

" gue juga " cicit vira langsung memeluk erat varo. Varo membalas pelukan vira erat. entah kapan ia sadari air mata yang sedari tadi ia tahan luruh lagi. Ia kini menangis dalam diam dipelulan varo. Vira tidak ingin ia menangis diketahui oleh varo. Biarlah vira yang menanggung ini semua, asalkan varo bahagia. Vira rela melakukan apapun termasuk membiarkannya pergi

Vira tak ingin ini cepat berlalu. Ia ingin lebih lama lagi mendekap varo. Menurutnya, ketika ia sedang berada didekapan varo, ia merasa nyaman. Ia merasa seluruh beban yang dihadapinya hilang seketika ketika bersama varo.

Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang