Alvaro

19 7 3
                                    

Varo mengendarai mobilnya dengan masih perasaan yang campur aduk. Entah itu karena hal terlaknat yang ia lakukan kepada Adhika tadi atau karena mendengar Alvi sudah mempunyai... Pacar?

Tapi entahlah, Varo juga sedang pusing memikirkan ini semua. Tapi untunglah saat ini Varo tidak mengalami insiden yang mengerikan yang biasa dipikirkan oleh orang lain ketika mengendarai sedang frustasi seperti kecelakaan? Menabrak pohon? Dan lain sebagainya

Varo sampai diapartmentnya dengan selamat. Ia memarkirkan mobilnya dibasement, lalu dengan langkah gontai keluar dari mobil sambil menenteng kantong dan paper belanjaan. Ia berjalan dengan langkah lesu. Tak dihiraukannya tatapan aneh dari semua penghuni Apartment disini, yang ia focuskan saat ini adalah pulang. Mengistirahatkan pikirannya

Varo mengambil card apartmentnya, lalu menempelkan tanda pengenal itu dan pintu langsung terbuka. Varo masuk, dengan langkah terseret ia meletakkan sembarang barang belanjaannya itu

Varo melangkah kekamarnya, tak ia perdulikan lagi isi kamarnya yang seperti kapal pecah. Kini Varo duduk ditepi ranjangnya, ia memijit pelipisnya tanda ia sedang pusing saat ini.

Dan sialnya, besok adalah hari pertamanya masuk kuliah. Dengan keadaan seperti ini dan ia harus masuk kuliah? Sungguh mengenaskan

Ia berbaring diranjangnya, perlahan ia memejamkan matanya. Tetapi sedetik kemudian ia langsung terjaga karena sesuatu yang ia lupakan tadi

Bingkisan dari Alvira

Secepat kilat Varo bangkit dari ranjangnya, lalu melompat kelantai dan mengambil ranselnya. Ia mencari paper bag tersebut dan berhasil ditemukan

Varo terduduk, lalu lambat lambat ia mengambil bingkisan tersebut dari dalam Ranselnya. Varo menatao bingkisan itu lama, lalu perlahan membuka bingkisan tersebut untuk melihat isinya. Betapa terkejutnya Varo ketika melihat isi dari bingkisan tersebut

Fotonya dan Alvi ketika lulus SMA dan sebuah origami berwarna Merah

Langsung saja senyum Varo mengembang ketika melihat foto tersebut. Saat dirinya dan Alvira beberapa bulan yang lalu. Disaat mereka melanggar aturan sekolah untuk tidak merayakan kelulusan dengan acara coret mencoret malah mereka lakukan. Dan lebih tertantang lagi karena mereka melakukannya didepan sekolah mereka sendiri. Buktinya saat foto didepannya ini diambil dengan latar belakang pintu gerbang SMA mereka dahulu

Dan kini ia beralih pada sebuah origami merah berbentuk hati tersebut. Varo menatap origami itu lekat, lalu tiba tiba sebuah notes yang keluar dari origami tersebut

Hati yang merah menandakan hati yang mekar, hati yang bahagia

Dan ketika membaca kalimat itu, hati Varo menghangat. Sejenak ia melupakan kejadian tadi, kejadian yang disiarkan oleh sebuah radio di indonesia yang tergantikan dengan sebuat keyakinan untuknya kepada Vira

Varo menyimpan origami tersebut didalam laci nakasnya, dan beralih lagi menatao bingkai foto tersebut. Senyum Varo tak henti hentinya mengembang, tak sedikitpun Varo ingin memudarkan senyumnya. Ia sekarang yakin jika Alvi masih merasakan hal yang sama dengannya

Entah kekuatan dari mana, tiba tiba Varo langsung membereskan kamarnya, membereskan pekerjaan yang tadi sempat terbengkalai akibat pikirannya yang bercabang cabang

Varo memasukkan bajunya didalam lemari, dan peralatan lainnya. Dan taklupa juga ia meletakkan bingkai foto pemberian Vira kepadanya diatas nakas, samping tempat tidurnya

Lalu ia keluar, membereskan bahan bahan yang baru ia beli disupermarket tadi bersama... Adhila? Varo menggeleng gelengkan kepalanya, itu hanya sebuah kebetulan. Tidak ada yang disengaja terkecuali... Mengajak Adhila pulang bersama? Entahlah. Varo merasa hal itu ganjil, ia merasa bahwa hal itu murni ketidaksengajaan. Hatinya yang mengatakan tidak sengaja, tapi egonya mengatakan sebaliknya jika... Ia sengaja melakukan itu

Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang